TANGERANG, MENARA62.COM — Untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi, terutama karena Pandemi Covid-19, mulai dari disrupsi teknologi yang berdampak pada semua sektor baik penerapan otomatisasi, artificial intelligence, big data, Internet of Things (IoT) Badan Pengembangan sumber Daya Manusia Perhubungan (BPSDMP), melalui Pusat Pengembangan SDM Perhubungan Udara, menyelenggarakan Focus Gorup Discussion (FGD) mengenai Analisis Lingkungan dan Isu Strategis Untuk Pengembangan Perguruan Tinggi Vokasi Bidang Penerbangan yang digelar oleh Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Perhubungan Udara (PPSDMPU) di Tangerang, Banten (13/8/2020).
FGD yang bertujuan untuk memperoleh masukan, saran, dan informasi dari seluruh stakeholder terkait isu-isu strategis terkini serta teknologi penerbangan di masa yang akan datang untuk pengembangan perguruan tinggi vokasi bidang penerbangan, baik dalam jangka pendek, menengah, dan panjang.
Kepala BPSDM Perhubungan Sugihardjo pada pembukaan FGD menyampaikan bahwa pendidikan vokasi harus menunjang penguasaan keahlian terapan tertentu agar mampu bersaing dalam menghadapi tantangan zaman dan kebutuhan industri. Saat ini, BPSDM Perhubungan telah melakukan transformasi kelembagaan perguruan tinggi guna mencapai visi BPSDM Perhubungan dalam membangun sumber daya manusia transportasi yang prima, profesional dan beretika.
Selanjutnya, Ia mengajak semua pihak untuk bekerja sama dengan pendekatan Quadruple Helix yaitu dengan kerja sama antara pemerintah, industri, masyarakat, dan lembaga pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang kompeten dan profesional dan langsung dapat diserap oleh pasar.
“Untuk mendukung RPJMN 2020-2024 di bidang pendidikan, Presiden Jokowi menekankan perlu dilakukan akselerasi program pendidikan vokasi dengan target penambahan 500 Politeknik yang link and match dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI), menindaklanjuti arahan tersebut Menteri Pehubungan memerintahkan BPSDM Perhubungan untuk melakukan perubahan kelembagan dan pendirian perguruan tinggi baru baik dalam bentuk Politeknik maupun Akademi,” ungkap Sugihardjo.
Secara khusus Sugihardjo juga menyoroti perkembangan pendidikan vokasi bidang penerbangan secara sistemik terdiri dari 2 variable yaitu, pertama sebagai perguruan tinggi di Indonesia harus mengikuti aturan yang berlaku dari Kemendikti, dan yang kedua perguruan tinggi bidang penerbangan harus menghasilkan lulusan yang memenuhi standar internasional penerbangan sipil (ICAO) serta berkerja sama dengan Direktorat Jenderal Udara Kemenhub dalam penerbitan sertifikat kompetensinya.
“Ini merupakan tantangan bagi BPSDMP bagaimana bisa mengawinkan antara peraturan yang berlaku secara nasional, sehingga para lulusan kita nantinya tidak hanya mendapatkan kompetensi internasional sebagai bekal kerja di industri penerbangan, namun juga mendapatkan ijazah yang diakui di dalam negeri dalam kaitannya bagi lulusan yang bekerja di pemerintahan atau sebagai dosen,” tutur Sugihardjo.
Lebih lanjut, Sugihardjo menyampaikan bahwa akan dilakukan evaluasi secara komprehensif oleh PPSDMPU terhadap perubahan kelembagaan perguruan tinggi vokasi matra udara di lingkungan BPSDM Perhubungan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan tinggi Kemendikbud, standar akreditasi BAN-PT, standar internasional penerbangan sipil (ICAO), serta standar internasional lainnya seperti FAA, EASA, IATA, dan lain sebaagainya.
“Pandemi Covid, harus membuat kita bangkit dan mencari solusi, Evaluasi yang akan dilakukan oleh PPSDMPU ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi UPT matra udara untuk melihat kekurangan dan kelebihan masing-masing yang mengacu pada Artificial Intelligence, digitalisasi dan IT di dalam kurikulum sehingga dapat melakukan akselerasi menuju perguruan tinggi yang unggul, baik di tingkat nasional maupun internasional,” tambah Sugihardjo.
Sugihardjo juga mengajak seluruh peserta FGD merumuskan bagaimana kebijakan untuk merekrut para dosen di linkungan BPSDM Perhubungan yang berasal dari professional atau ahli dari jabatan struktural sehingga saat masuk menjadi dosen dapat dikonversi atau inpassing kompetensi meraka pada level tinggi sebagai pengajar.
“Perlu dipikirkan jenjang karir dosen, bagaimana seseorang dengan kompetensi, jenjang pendidikan level tertinggi bekerja di lapangan dengan banyak pengalaman dapat menjadi pengajar dengan level tertinggi pula, Multi Entry Multi Exit,” tutup Sugihardjo.
Kepala Pusat Pengembangan SDM Perhubungan Udara, Heri Sudarmadji selaku penyelenggara FGD ini menyampaikan nara sumber Direktur Sumber Daya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Sofwan Effendi, M.Ed., Direktur Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat Kementerian Ritek / BRIN, Ocky Karna Radjasa, dan Direktur Dewan Eksekutif BAN-PT, Prof. Dr. T Basaruddin, M.Sc. Ph.D.
“Semoga dengan melibatkan pihak yang kompeten dalam bidangnya, FGD ini dapat merumuskan kebijakan yang meningkatkan kualitas para lulusan sekolah matra udara di lingkungan BPSDM Perhubungan,” ujar Heri.