JAKARTA, MENARA62.COM – National Battery Research Institute (NBRI) menggelar agenda International Conference on Battery for Renewable Energy and Electric Vehicles (ICB- REV 2022) selama tiga hari berturut-turut yakni 21-23 Juni 2022. Agenda yang digelar secara virtual tersebut mempertemukan makalah-makalah dari periset, akademisi dan narasumber dari berbagai institusi terkait baterai dan energi terbarukan.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN Ratno Nuryadi menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ICB-REV 2022. “ICB-REV 2022 adalah tempat pertemuan untuk peneliti, akademisi, cendekiawan, insinyur, mitra industri, dan semua pemangku kepentingan yang berfokus pada teknologi baterai dan energi terbarukan,” kata Handoko saat membuka resmi ICB-REV 2022, Selasa (21/6/2022).
Selama beberapa tahun terakhir, diakui Handoko, banyak dibahas tentang teknologi baterai dan energi terbarukan, terutama untuk aplikasi kendaraan listrik. Kendaraan listrik membutuhkan sistem penyimpan energi (baterai) yang menjadi salah satu perhatian teknologi kendaraan listrik saat ini. Sejumlah besar baterai diperlukan untuk memastikan tingkat kinerja yang diinginkan, yang mengarah pada peningkatan bobot kendaraan, biaya, dan penurunan kinerja kendaraan.
Oleh karena itu, lanjut Handoko, banyak topik penelitian tentang teknologi baterai telah menarik minat para peneliti dan industri, termasuk daya spesifik, efisiensi energi, tingkat pengisian, masa pakai, lingkungan pengoperasian, biaya, daur ulang, dan keselamatan.
Menurut Handoko, saat ini BRIN merupakan satu-satunya lembaga penelitian di Indonesia kecuali perguruan tinggi setelah integrasi lima lembaga penelitian (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Nasional Lembaga Penerbangan dan Antariksa (LAPAN), dan Kementerian Iptek-KEMENRISTEK) dan unit penelitian lainnya dari beberapa kementerian ke dalam BRIN pada tahun 2021 lalu. BRIN memiliki harapan besar terhadap pelaksanaan kegiatan baterai. Sumber daya manusia baterai yang sebelumnya tersebar di berbagai institusi kini terintegrasi dalam satu kelompok riset, yaitu Kelompok Riset Baterai di Pusat Riset Material Canggih, Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material.
Diharapkan SDM baterai yang berjumlah 15 peneliti ini dapat fokus mendalami teknologi inti baterai sehingga dalam waktu dekat dapat menghasilkan output dan hasil penelitian yang dapat meningkatkan kemandirian teknologi bangsa.
“BRIN juga membuka peluang kerjasama riset baterai dengan universitas, industri dan lembaga riset lainnya baik di tingkat nasional maupun internasionaldi berbagai platform, antara lain Degree by Research (DBR), Program Postdoctoral, Visiting Researcher dan juga Visiting Professor,” tuturnya.
Lebih lanjut Handoko mengingatkan bahwa baterai lithium ion memiliki aplikasi yang sangat luas, terutama untuk kendaraan listrik dan penyimpanan energi. Aplikasi ini menuntut berbagai kinerja baterai seperti ringan, ukuran kecil, biaya rendah, aman dan andal, dan sebagainya. Teknologi utama dari tuntutan ini termasuk material, manufaktur, dan sistem manajemen baterai. Namun, teknologi material memiliki peran paling penting.
“Oleh karena itu, BRIN, khususnya Lembaga Riset Nanoteknologi dan Material kami, memperhatikan riset material dari hulu hingga hilir. Dari teknologi penambangan, sintesis prekursor, dan bahan aktif hingga proses daur ulang. Kami akan fokus pada penelitian untuk meningkatkan nilai tambah sumber daya alam lokal seperti nikel sebagai bahan baterai melalui proses yang ramah lingkungan dan hemat biaya,” tukasnya.
Diakui Handoko, ICB-REV 2022 menjadi agenda yang sangat penting untuk menjadi wadah pertemuan para peneliti, akademisi, akademisi, insinyur, mitra industri, dan seluruh pemangku kepentingan di bidang baterai dan energi terbarukan untuk berbagi hasil penelitian mereka, yang secara otomatis akan memperkuat ekosistem riset dan inovasi, sekaligus membuka potensi kerjasama dengan berbagai rekan baik di dalam negeri maupun di luar negeri. “Saya berharap konferensi ini dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap isu-isu yang berkaitan dengan penelitian dan inovasi pada baterai, energi terbarukan, serta kendaraan listrik,” tandasnya.
Kontribusi NBRI dalam Riset Baterai
Pada kesempatan yang sama, Prof. Dr. rer. Nat. Evvy Kartini, Pendiri National Battery Research Institute menjelaskan bahwa National Battery Research Institute (NBRI) tergerak untuk berkontribusi dalam kemajuan riset baterai di Indonesia. Sejak memulai kegiatannya pada Januari 2020, NBRI telah melakukan berbagai kegiatan antara lain Focus Group Discussion (FGD), NBRI lectures, Millennials Talks, dan Joint Webinars dengan berbagai institusi, universitas, industri, komunitas, baik dari lingkup nasional maupun internasional.
“Salah satu program yang bergengsi adalah International Conference on Battery for Renewable Energy and Electric Vehicles (ICB- REV 2022) yang digelar selama 3 hari yakni 21 hingga 23 Juni 2022,” kata Prof. Dr. rer. Nat. Evvy Kartini.
Dengan mengusung tema “Akselerasi agenda transisi energi global melalui teknologi baterai revolusioner, energi terbarukan, dan kendaraan listrik”, International Conference on Battery for Renewable Energy and Electric Vehicles menawarkan platform untuk mempertemukan dan mendiskusikan ide-ide penelitian inovatif dan mendorong kolaborasi dalam bidang baterai dari hulu ke hilir dari para ahli baik lokal maupun internasional. ICB-REV juga menjadi ajang bagi Pemerintah, Peneliti, Industri, Millenial, dan semua golongan masyarakat yang memiliki ketertarikan terhadap Baterai, Energi Terbarukan, dan Kendaraan Listrik.
Melalui event ICB-REV2021, NBRI memberikan kesempatan kepada peserta tidak hanya mendengarkan, namun juga mempresentasikan gagasan mereka, serta mendaftarkan paper mereka di jurnal internasional.
Menurut Prof Evvy, baterai menjadi komponen penting untuk mencapai target zero emisi dan mendukung mobil listrik di Indonesia. Karena itu NBRI sebagai sebuah lembaga yang menjalankan riset baterai terus berupaya mendorong Indonesia mandiri energi melalui kolaborasi dengan industri dan lembaga riset lainnya. “Targetnya pada 2024 kami membangun kampus baterai untuk melakukan pendidikan dan latihan tentang baterai,” katanya.
NBRI sendiri merupakan platform yang menyatukan ilmuwan, akademisi, mitra industri, pemerintah, dan semua pemangku kepentingan yang fokus pada teknologi baterai dan energi terbarukan. Tujuan utamanya adalah mendorong dan mendukung industri pembuatan baterai yang menggunakan sumber daya lokal, yang akan memungkinkan Indonesia mandiri dalam energi.
“Visi kami untuk NBRI adalah mengumpulkan semua pemangku kepentingan Indonesia dalam penelitian dan produksi baterai, untuk membantu membentuk penelitian baterai nasional yang kuat dan meningkatkan visibilitas penelitian baterai di tingkat pemerintah,” tukas Prof Evvy.
ICB-REV2022 menghadirkan sejumlah narasumber antara lain, Kepala Organisasi Riset Nanoteknologi dan Material (ORNM) BRIN Ratno Nuryadi, Ir. Agus Tjahajana Wirakusumah (Staf Khusus Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral), Prof. B. V. R. Chowdari (Direktur Regional IUMRS), Prof. Bambang PS Brodjonegoro (Co-Chair T20 Presidensi G20 Indonesia), Prof. Colin Grant (Vice Principal of International, Queen Mary University of London), Komjen. Pol. Purn. Nanan Sokarna (Ketua Umum Asosiasi Penambang Nikel Indonesia), dan lainnya.
Terdapat 43 institusi, 8 pembicara utama,16 pembicara pleno, 8 pembicara tamu, dan 21 kontributor lisan yang terlibat dalam ICB-REV2022 ini. Dari makalah-makalah yang ada, 36 persen tentang electric vehicles, 21 persen tentang renewable energy, dan 43 persen tentang battery.
“Bagi National Battery Research Institute tentu ini merupakan sebuah kehormatan, bahwa ide untuk dapat menyuarakan pentingnya pengetahuan tentang baterai diapresiasi oleh semua kalangan masyarakat serta mendapat dukungan dari sektor Industri, mitra kita di dalam dan luar negeri, serta pemerintah,” tegas Prof Evvy.
Terbangunnya dialog konstruktif diharapkan dapat menjadi sarana transfer ilmu pengetahuan khususnya bagi Indonesia dalam memperkuat sektor baterai. “Kami juga berharap melalui ICB-REV2022 semua partisipan mendapatkan informasi yang first-hand dari para expert guna memupuk kesiapan kita untuk Energi Baru Terbarukan (EBT) serta realisasi percepatan kendaraan listrik,” tutup Prof. Evvy Kartini.