JAKARTA, MENARA62.COM – Kementerian Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) menyelenggarakan Scientific Forum bertajuk “Strengthening Global Collaboration Through Science and Technology Diplomacy”, Rabu (30/7). Kegiatan ini menjadi bagian penting dari kunjungan Delegasi Australian Academy of Science (AAS) dan International Science Council (ISC) ke Indonesia.
Adapun tujuan dari Scientific Forum adalah untuk memperkuat diplomasi sains sebagai instrumen strategis dalam membangun kemitraan internasional yang inklusif dan berkelanjutan. Forum ini diharapkan dapat menginisiasi kolaborasi ilmiah dan kemitraan strategis antara perguruan tinggi di Indonesia dengan kedua lembaga tersebut.
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto dalam sambutannya menekankan pentingnya sains dan inovasi sebagai instrumen strategis untuk menjawab tantangan global seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, kesehatan masyarakat, dan transformasi digital.
“Kemampuan kita untuk merespons secara efektif bergantung pada kekuatan kerja sama ilmiah internasional. Di era yang penuh kompleksitas dan ketidakpastian ini, diplomasi ilmu pengetahuan dan teknologi bukan lagi pilihan melainkan kebutuhan. Pada saat yang sama, kita harus memastikan bahwa keunggulan ilmiah senantiasa berakar pada integritas, inklusivitas, dan dampak yang nyata. Itulah alasan utama forum ini diselenggarakan,” ujar Menteri Brian.
Menurut Mendiktisaintek, kolaborasi atau kerjasama adalah sesuatu yang sangat kita butuhkan untuk mengembangkan pengetahuan, mengingat kita tidak bisa mengembangkan riset secara sendiri. “Oleh karena kita membuka kerjasama dengan semua pihak, pada hari ini kita adakan forum, scientific forum, dengan prominent professor yang berasal dari Australia,” lanjut Brian.
Ke depan, Kemendiktisaintek akan menyelenggarakan konvensi sains dan teknologi Indonesia (KSTI) 2025. Ini adalah awal bagaimana riset-riset itu boleh dilakukan di Australia. “Tentu itu salah satu contoh yang sangat baik untuk ditiru oleh Indonesia, oleh Indonesia, peneliti-peneliti Indonesia,” jelas Brian.
Selain itu juga bagaimana membangun kolaborasi kerjasama antara professorprofessor yang ada di Indonesia dan professor-professor yang ada di Australia. Sehingga berbagai keterbatasan yang barangkali masih ada di sini, bisa diatasi dengan cara kerjasama dengan pihak Australia.
Indonesia dan Australia lanjut Brian masing-masing memiliki keunikan dan kepentingan. “Australia benar-benar sudah lebih maju, tetapi kita punya keunikan. Nah, dari situ kita saling mengisi berbagai keunikan kita itu bisa menjadi keunggulan kita. Yang kemudian bertemu dengan keunggulan teknologi yang sudah ditemukan di Australia, harapannya itu menjadi suatu penemuan atau bisa berkontribusi bagi pengembangan teknologi, dan tadi kami sampaikan juga bahkan beberapa riset kita akan dorong untuk cara komersialisasi industri, jadi bagaimana pangan, bagaimana peternakan, bagaimana elektronika, bagaimana digitalisasi, itu kita berharap bisa bekerjasama dengan pihak Australia,” tegas Menteri Brian.
Salah satu agenda utama adalah Inspiring Science Address oleh Presiden AAS, Chennupati Jagadish dan Keynote Panel Discussion bertema “Scientific Culture of Excellence: From Ethics to Impact”, yang menghadirkan pimpinan kampus, akademisi, dan peneliti dari Indonesia dan Australia. Diskusi ini menyoroti pentingnya membangun budaya keilmuan yang unggul, beretika, dan berdampak nyata pada masyarakat.
“Kami sangat senang bahwa Pak Menteri dan Pak Presiden Prabowo benar-benar percaya bahwa sains dan teknologi akan meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Semoga melalui kolaborasi ini kita bisa menemukan solusi untuk menghadapi tantangan Global,” ujar Chennupati Jagadish.
Dalam rangkaian acara juga dilakukan strategic dialogue antara Kemdiktisaintek dan Delegasi AAS yang membahas peluang kolaborasi kebijakan, program saintek dan inovasi, pertukaran akademik, serta penguatan ekosistem diplomasi sains nasional.
Kegiatan ini dihadiri oleh lebih dari 200 peserta yang terdiri dari pimpinan perguruan tinggi, perwakilan lembaga riset, pejabat pemerintah, dan perwakilan Kedutaan Besar Australia.
Melalui forum ini, Kemdiktisaintek mempertegas peran aktifnya dalam diplomasi sains global dan membuka peluang kemitraan strategis yang lebih luas dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan bersama.


