Bagi Aryanto, menjadi guru bukan hanya sekadar mengajar dan menyampaikan materi pelajaran kepada para siswa. Mengajar, bisa pula menjadi kesempatan untuk mengukir berbagai prestasi dan berkarya.
Artinya, dengan menjadi guru yang terus belajar maka peluang untuk mengikuti dan menang di berbagai perlombaan semakin besar.
Aryanto pun berhasil menorehkan pencapaian akademisnya dalam bidang perlombaan Olimpiade Guru Nasional (OGN) tingkat Kota Surakarta, dengan predikat juara satu mata pelajaran Bahasa Indonesia. Berkat hasil itu pun, Aryanto berhak mewakili Kota Surakarta maju di OGN tingkat Provinsi Jawa Tengah yang digelar pada 20-21 Maret 2019 di Semarang.
“Alhamdulillah atas berkat rahmat Allah SWT saya diberikan kesempatan menjadi juara pertama dan bisa berpartisipasi dalam OGN tingkat Provinsi,” ujarnya saat ditemui media.
Aryanto yang sehari-hari mengampu mata pelajaran bahasa Indonesia di SMP Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta pun berharap, bisa mendapatkan hasil yang terbaik sehingga bisa menjadi finalis tingkat nasional di Jakarta pada bulan Mei mendatang.
Bukan hanya itu, sebelumnya Aryanto pun pernah menorehkan catatan menjadi juara pertama lomba resensi buku kategori umum tingkat Kota Surakarta. Lomba ini digelar di Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah (Arpusda) Oktober 2016 lalu.
Lelaki kelahiran Kupang, 5 Januari 1985 pun mengaku, mendapatkan motivasi dan semangat untuk mengikuti kegiatan perlombaan dari Kepala Sekolah, Muhdiyatmoko dan rekan-rekan guru di sekolah.
“Memang dalam tradisi sekolah kami baik siswa dan guru sudah terbangun iklim kompetisi dan kerja jamaah,” jelasnya.
Artinya, jika siswa dan guru ikut lomba maka semua warga sekolah ikut memberikan dukungan baik dengan doa maupun tukar ilmu pengetahuan.
Menurut guru Bahasa Indonesia yang juga diberikan amanah menjadi Humas sekolah tersebut, agar meningkatkan motivasi para siswa untuk berani dan percaya diri berkompetisi dalam setiap perlombaan maka perlu guru menjadi contoh teladan. Hal itu karena wujud citra ideal siswa tercermin pada guru.
Guru merupakan orang dewasa yang ditiru sikap dan perilaku oleh siswa. Seperti ibarat jika guru makan berdiri maka murid makan berlari. Maka dari itu, guru perlu menjadi contoh teladan baik dari segi sikap, perilaku maupun segi akademiknya.
Lelaki yang kini tinggal di Karang Rt 04/07, Sanggrahan, Grogol, Sukoharjo tersebut, juga sudah senang ikut lomba sejak kuliah di FKIP Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah, UMS tahun 2003 lalu. Dua kali berturut-turu, tahun 2006 dan 2007, Aryanto bersama temannya berhasil menjadi wakil kampusnya untuk menjadi finalis Lomba Karya Tulis Mahasiswa (LKTM) Bidang Seni tingkat nasional.
“Sebenarnya pengalaman-pengalaman sejak kuliah ikut lomba dan organisasilah juga yang membuat saya tambah percaya diri ikut dalam berbagai kompetisi,” ujarnya.
Sembari mengajar Bahasa Indonesia, kegiatan Aryanto di sekolah adalah membina majalah sekolah bernama majalah PKTeenable bersama rekan guru yang lain. Ia pun tercatat sebagai Pemimpin Umum majalah tersebut. Melalui komunitas boardcasting yang ia bina juga, ia ingin media daring PKTeenable.com, media youtube SMPMUHPK.TV, dan Radio PKTeenable bisa menjadi media pengembang kreativitas para siswa.
Menurutnya, masa-sama SMP inilah seharusnya masa penggalian dan pengembangan minat dan bakat para siswa. Tingkatan sekolah berikutnya, menurut Aryanto, bisa lebih menjurus lagi untuk pengembangan diri siswa.