JAKARTA, MENARA62.COM– Setelah berjaya di tingkat Jakarta Selatan, kembali Teater Hijrah Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) menoreh prestasi gemilang pada ajang Festival Teater Jakarta 2018.
Melalui pementasan teater berjudul Bulan dan Kerupuk, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) UHAMKA tersebut meraih juara III untuk kategori Grup Terbaik dengan hadiah Rp10.000.000. Selain itu Novia Rossa Waniza juga terpilih sebagai Pemain Utama Wanita Terbaik dengan hadiah Rp3.500.000.
Zulfanis Hermaniri, Ketua Umum Teater Hijrah UHAMKA mengatakan keikutsertaan Teater Hijrah UHAMKA pada ajang FTJ 2018 adalah setelah lolos dalam festival teater tingkat Jakarta Selatan.
“Ditingkat Jaksel kami memperoleh lima penghargaan yakni Grup Terbaik I, Sutradara Terbaik, Aktris Terbaik, Penata Artistik Terbaik dan Penata Musik Terbaik,” kata Zulfanis, Senin (3/12).
FTJ sendiri sudah digelar untuk ke-46 kalinya. Tahun 2018, FTJ diikuti 15 grup satu diantaranya Teater Hijrah UHAMKA.
Dalam FTJ yang digelar di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakpus, lanjut Zulfanis, Teater Hijrah menawarkan naskah yang sama dengan naskah yang ditampilkan di Festival Teater Jakarta Selatan yakni Bulan dan Kerupuk karya Yusef Muldiana dengan sutradara Imam Widayat. Festival ini berlangsung 27-29 November 2018 atas inisiatif Dewan Kesenian Jakarta didukung Dinas pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta.
Bulan dan Kerupuk adalah sebuah kisah tentang pasangan suami istri Ipah dan Jalu. Kisah pasangan ini mewakili kehidupan masyarakat urban dengan berbagai persoalan yang komplek.
Seperti halnya ciri khas masyarakat urban dimana seorang istri sah-sah saja menjadi tulang punggung ekonomi keluarga, demikian juga dalam kehidupan Ipah dan Jalu. Ipah digambarkan sebagai istri yang harus bekerja keras menopang ekonomi keluarga, meski tengah hamil besar.
Sementara Jalu, adalah sosok suami yang mengandalkan segudang khayalan. Setiap hari benaknya dipenuhi dengan imajinasi tentang kehidupan yang bahagia, kaya, berkecukupan dan sejahtera. Khayalan untuk menjadi kaya secara instan, tetapi ia enggan untuk bekerja.
Dalam perjalanan kehidupan selanjutnya, pasangan Ipah dan Jalu semakin terpuruk kondisi ekonominya. Kondisi tersebut mengantar episode Bulan dan Kerupuk untuk mengeksplorasi kemiskinan mereka dengan menyajikan mimpi hidup di bulan.
Bulan dan Kerupuk adalah naskah dengan genre surealis. Konsep pertunjukan ini berusaha menyatukan antara dunia nyata dan dunia imajinasi dengan memakai semangat pertunjukan teater tradisional dan modern.