28 C
Jakarta

“BUMBU CINTA UNTUK MAMUJU”, Jejak rekam relawan Kaltim (4)

Baca Juga:

 

Kuantar engkau dengan cinta nak, agar jiwa bergelora senantiasa. Ibu adalah perempuan satu-satunya yang terkadang lupa berdoa untuk dirinya dalam shalatnya, karena ia sibuk berdoa untuk anak-anaknya.

Besi itu kuat, tetapi api dapat melelehkannya, api itu kuat tetapi air mampu memadamkannya, air itu kuat tetapi matahari bisa mengalahkannya, matahari itu kuat, awan mampu menghalanginya, awan itu kuat, tetapi angin mampu memindahkannya. Angin itu kuat, tetapi manusia mampu menahannya. Manusia itu kuat tetapi ketakutan bisa melemahkannya, dan pelukan seorang ibu yang mendamaikannya.

Ibu, Selamat hari rindu setiap waktu
Dari aku anakmu yang selalu menemukan bulan di tiap kelopak matamu

MAMUJU, MENARA62.COM-Namanya Ibu Hj. Masnah ibunda Aisyiyah dari Balikpapan Kalimantan Timur. Tangannya masih ada plester bekas Infus ada 8 botol cairan katanya. Setelah di Rawat di RS. HIS Bhayangkara karena drop, HBnya rendah setelah menjadi relawan di dapur umum pos koordinasi (poskor) MDMC Sulawesi Barat di Pusat Dakwah Muhammadiyah jl. Soekarno Hatta. Tetapi bukan menjadi alasan beliau baru pulang dari rumah sakit langsung terjun lagi ke dapur.

Tulisan status media sosial atas nama Immawati Rhena di atas sedikit banyak menggambarkan sebuah kesungguhan, ketangguhan dan keteladanan dari salah seorang relawan kemanusiaan yang ditugaskan Muhamamadiyah Disaster Management Center (MDMC) dan Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhamamdiyah (KOKAM) Kalimantan Timur dalam kluster dapur umum.

Ibu Masnah (tengah) bersama sekretaris PDA Balikpapan

Ya, Sosok Masnah seorang ibu dengan putri semata wayang yang masih SMP, kesehariannya tingal di kampung baru Balikpapan dengan amanah di Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) kota Balikpapan sebagai bendahara Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) serta wakil ketua Pimpinan Cabang ‘Aisyiyah Balikpapan Barat.

Bersama dari Kaltim kami datang bersama-sama. Dengan enam personil tim dapur umum, sepuluh Kokam dan dua termasuk saya bidang data dan informasi sekaligus melakukan peliputan kemanusiaan dan kebencanaan. Saya pernah menemani beliau saat ada wawancara melalui via telpon dengan Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah dan juga dengan beberapa media online.

Hj. Ida Djuraidah, Sekertaris PDA Balikpapan mengungkapkan, bahwa  Bu Masnah itu pandai masak. “Sering dipanggil khusus ketika ada yang mengadakan walimahan juga pengurus fardlu kifayah (pengurusan jenazah ketika ada yang meninggal), orangnya sabar, cekatan dan tangguh luarbiasa,”ungkap Hj Ida Djuraidah.

Tim dapur umum ‘Aisyiyah Balikpapan ini sangat fenomenal. Sebelumnya juga turun saat bencana gempa dan likuifaksi di Palu menjadikan sedikit banyak relawan terutama MDMC Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengenalnya. Cak Anam misalnya, ketika tim dapur umum datang langsung menyambut dengan berkata, “Besok pagi pesan menu soto Banjar ya Bu.”

Di samping Masnah, ada juga menyertai juru masak lainnya yang jika kita melihat amanah di organisasi ‘Aisyiyah pasti istimewa. Sebut saja Hj. Sri Harniati posisi di ‘Aisyiyah sebagai ustadazah Majelis Tabligh PDA Balikpapan, kemudian Rustianingsih adalah sekretaris Majelis Tabligh PDA Balikpapan & Ketua PCA Balikpapan Selatan, Zuraidah Sadeli pengurus di Majelis Kesehatan PDA Balikpapan dan pengurus di PCA Balikpapan Tengah. Dua lainnya adalah Hj. Hawa dan Suwarni yang bersama-sama sebagai pengurus di PCA Balikpapan Barat.

Sebagian Tim Dapur umum di Mamuju

Tim dapur umum ini mulai beraktifitas pukul 03.00 menyiapkan sarapan bagi 200 relawan tiap harinya. Bukan hanya sarapan pagi namun juga untuk siang dan malam dengan menu berbeda dan disajikan secara prasaman sehingga selalu menggugah selera untuk menikmatinya. Dibantu relawan muda setempat saling membantu menyiapkan segala sesuatunya yang menjadikan relawan terjamin kebutuhan makannya, termasuk jika ada para pengungsi di area sekitar sesekali harus disiapkan makanan siap sajinya. Terkadang juga ada yang minta dibungkus sebagai bekal karena jarak penugasan yang menempuh waktu ketika harus balik ke poskor sekedar menikmati hidangan.

Para juru masak, tim dapur umum ini seolah ibu yang menyiapkan anak-anaknya untuk makan. Mereka bangun dinihari dan membersihkan segala sesuatu berkait hidangan ketika jelang malam. Kelelahan bisa jadi tak terasakan, suara-suara khas para ibu ketika memasak masih nyaring terdengar. Mereka bangga, gembira menyiapkan makanan untuk para relawan yang datang dengan keikhlasan membantu para penyintas.

” Alhamdulillah, kami PDA Balikpapan terharu dan mengapresiasi ibu-ibu team relawan yang dengan tulus juga semangat untuk berjihad kemanusiaan di tempat bencana dengan tugas mempersiapkan makanan bagi para relawan dan pengungsi,”ungkap Ketua Pimpinan Daerah ‘Aisyiyah (PDA) Kota Balikpapan Hj. Asmadhani mengatakan

Lanjutnya, “Hal ini sejalan dengan program ‘Aisyiyah melalui dakwah sosial. Kami berharap apa yang telah dilakukan relawan dapur umum ini dapat memotivasi ibu-ibu ‘Aisyiyah yang masih muda terpanggil untuk melakukan hal yang sama. “

Mereka, tim dapur ‘Aisyiyah Balikpapan ini tinggal hitungan jari bertugas di Mamuju. Semoga terus sehat dan terjaga semangatnya, dan terus bersiap menyiapkan bumbu cinta ketika ada panggilan kemanusiaan, melayani sesama ketika ada bencana. Dan relawan pun kelak mengenang, ada rindu tertinggal di Mamuju, rindu masakan ibu. Kutip Helvy Tiana Rosa sang novelis, Ibu;Selamat hari rindu setiap waktu, Dari aku anakmu yang selalu menemukan bulan di tiap kelopak matamu.

-Uzni Gumbira-

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!