“Tubuh boleh sakit, tapi sebagai dai, dakwah tidak boleh berhenti. Harus tetap menyeru, mengajak dan menemani umat harus tetap jalan.” Seloroh Buya Yunahar Ilyas ketika memberikan kultum bakda salat dhuhur di Mushola Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta.
Padahal waktu itu Buya Yun baru pulang dari RS PKU Kota Yogyakarta untuk melakukan pemeriksaan rutin, dimana sebelumnya beliau sempat dirawat beberapa hari di PKU Kota Yogyakarta untuk pemulihan sakit yang dialaminya.
Tapi Allah SWT menentukan jalan akhir hayat dengan memanggil ke haribaan-Nya. Sosok kader intelektual itu tutup usia pada 2 Januari 2020 pukul 23.47 WIB, pada usia 64 tahun di RS Sardjito Yogyakarta.
Dikonfirmasi Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah menyebut almarhum sebagai seorang ulama yang penguasaan ilmu nya mendalam. Khususnya dalam bidang tafsir, tabligh dan gaya komunikasi yang sederhana, sehingga mudah dicerna umat.
“Saya telah lama berkawan dan berinteraksi secara intens dengan Prof Yunahar sejak tahun 1980an, banyak teladan yang baik yang dapat diambil dari beliau. Penguasaan ilmu agama yang mendalam khususnya di bidang tafsir, kepiawaian dalam bertabligh yang mudah dicerna umat, ramah dan mudah bersahabat, serta kehati-hatian dalam bersikap sehingga seksama dan bijaksana,” kenang Haedar ketika ditemui pada Jum’at (3/1/2020), seperti dilansir situs muhammadiyah.or.id.
Bukittinggi
Ulama kelahiran Bukittinggi, Sumatera Barat 22 September 1956 ini merupakan sosok gigih dalam berdakwah. Karena itu pada tahun 1980 selama bulan ramadhan (1402 H), Buya Yun didaulat untuk mengisi ceramah agama atas undangan Persatuan Pelajar Muslim se-Eropa (PPME) wilayah Jerman. Selain di Jerman, beliau juga sering diundang ke Amerika Serikat (AS), United Kingdom (UK), Jepang, Taiwan, dan beberapa negara lain, termasuk kawasan Timur Tengah.
Keseriusannya berdakwah dibuktikan dengan mengikuti Pelatihan Da’i Internasional di Universitas Al Azhar, Kairo tahun 1988. Guru Besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) ini juga tampil di stasiun televisi, beliau juga rutin mengisi pengajian di stasiun televisi Muhammadiyah (TVMU) di program khusus “Ustadz Yun Menjawab”.
Dalam karir organisasinya, telah aktif sejak kuliah sebagai Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Imam Bonjol Padang, lalu merintis karir di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai ketua Pimpinan Cabang IMM Kota Padang (1977-1979) dan Wakil Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IMM Sumatera Barat (1978-1979).
Di Muhammadiyah, ia menjabat sebagai Wakil Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus PP Muhammadiyah periode (1995-2000), Ketua Majelis Tabligh dan Dakwah Khusus PP Muhammadiyah periode (2000-2005), Ketua PP Muhammadiyah sejak periode (2005-2010) sampai (2015-2020), dan karena kepakarannya beliau diangkat menjadi Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat sejak 2005 sampai 2015, serta menjadi Wakil Ketua Umum MUI Pusat (2015-2020).
Bukan hanya bertabligh, Buya Yunahar juga menuangkan pemikirannya ke dalam bentuk tulisan. Banyak karya almarhum yang dijadikan rujukan bagi mahasiswa di Perguruan Tinggi Muhammadiyah, diantaranya adalah Kuliah Aqidah Islam, Kuliah Akhlaq, Tafsir Tematis Cakrawala Al Qur’an.
Serta karya lain yakni, Feminis dalam kajian Tafsir Al Qur’an Klasik dan Kontemporer, Akhlaq Masyarakat Islam, Konstruksi Pemikiran Gender dalam Pemikiran Mufasir, Kisah Para Rasul yang diterbitkan berkala di Majalah Suara Muhammadiyah, Kesetaraan Gender dalam Al Qur’an, Studi Pemikiran Para Mufasir, dan Tipologi Manusia dalam Al Qur’an.