“Lihatlah orang yang lebih rendah dari kamu dan janganlah melihat orang yang lebih tinggi dari kamu. Itu lebih baik supaya kamu tidak meremehkan nikmat yang diberikan Allah Swt. kepadamu.” — Muttafaqun ‘alaih
Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita agar melihat orang lain yang lebih rendah adalah dalam urusan materi, lebih tepatnya harta dan kekayaan. Hal ini dimaksudkan agar kita menjadi orang yang pandai bersyukur atas nikmat Allah. Memandang yang lebih rendah dari kita, atau yang lebih menderita dibanding kita, juga bisa dalam hal cobaan hidup. Kita akan merasa jauh lebih bersyukur ketika kita melihat orang lain yang mendapat ujian dan cobaan hidup lebih berat dari kita. Pada saat itu kita akan menyadari bahwa kita masih lebih beruntung dibanding mereka. Ternyata ada orang yang jauh lebih susah dari kita, ada yang lebih tidak beruntung dibanding kita.
Sedikit berbeda dengan hadis di atas, dalam beberapa hal kita justru diperintahkan untuk melihat orang lain yang lebih tinggi dari kita. Ini juga merupakan cara kita untuk bersyukur kepada Allah. Ada dua kondisi yang dibolehkan, bahkan dianjurkan bagi kita untuk melihat orang lain yang lebih tinggi dari kita, yaitu dalam urusan ilmu dan ibadah.
Pertama, kita dianjurkan untuk melihat orang lain yang lebih tinggi dari kita kualitas keilmuan serta pemahaman tentang pengetahuannya. Kita akan terus menemukan, ternyata di atas orang yang pintar masih ada yang lebih pintar, begitu seterusnya. Dengan demikian, kita akan terpacu untuk terus belajar dan belajar. Karena memang perintah belajar itu sepanjang hayat, tidak dibatasi ruang dan waktu. Di mana pun kita berada, berapapun usia kita, selagi masih ada kesempatan untuk belajar, kita tetap berkewajiban untuk terus belajar.
Kedua, kita hendaknya melihat orang lain yang lebih tinggi dari kita kualitas ibadahnya. Kita pun akan terus menemukan, ternyata di atas orang yang rajin beribadah masih ada lagi yang lebih rajin beribadah, begitu seterusnya. Dengan melihat kenyataan ini, kita akan terus semangat untuk meningkatkan kualitas ibadah kita. Di mana pun dan kapan pun kita berada, selagi hayat masih di kandung badan, maka ibadah harus terus kita jalankan. Tentunya disertai dengan peningkatan kualitas dan kuantitasnya. Hal ini sesuai yang difirmankan Allah dalam Q.S. Al-Hijr: 99, “Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (ajal).”
Jika kita masih sering merasa sulit untuk mensyukuri nikmat Allah, maka beberapa alternatif cara yang diajarkan Rasulullah SAW di atas bisa kita coba.
Semoga kita termasuk orang-orang yang selalu mensyukuri nikmat, sehingga Allah akan terus menerus menambah nikmat-Nya kepada kita. Amiin.
Ruang Inspirasi, Senin, 9 November 2020.