Oleh : JATIEM, M.A *)
SURABAYA, MENARA62.COM – Berbicara soal cinta hampir setiap orang mempunyai interprestasi yang berbeda. Konotasi biasanya terkait hubungan laki dan perempuan atau akrab disebut pacaran, sehingga muncul istilah I Love You, saya cinta kamu. Sering dilambangkan gambar hati yang berwarna merah. Kata cinta konteksnya bisa berupa apa saja dan bisa untuk siapa saja. Cinta identik dengan pasangan atau lawan jenis, namun sebenarnya tidak selalu seperti itu, karena cinta yang kita rasakan dan berikan bisa untuk siapa saja, misalnya orang tua, kakak, adik atau sahabat. Cinta biasa disertai dengan pengorbanan, tidak ada cinta tanpa pengorbanan, tidak ada pengorbanan tampa cinta, baik cinta kepada manusia terutama cinta kepada Allah.Swt. Agar lebih fokus, dipandang perlu untuk dirumuskan terlebih dahulu apa itu cinta. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, cinta adalah suka, sayang, kasih, berharap, keinginan, dan rindu.
Ada apakah dengan cinta? Orang bilang cinta itu buta, tahi kucing rasa coklat, satu kata tapi bisa menggoncangkan dan menggetarkan jiwa. Tidak sedikit satu kata itu berujung petaka bila salah menempatkan, dan juga menjadi pemantik motivasi bila bisa menempatkannya. Secara empiris membuktikan bahwa ketika seseorang sudah berkata cinta seolah-olah sudah menjadi miliknya, seakan bebas melakukan apa saja padahal belum ada ikatan yang sah, sehingga sering terjadi hal-hal yang tidak diinginkan terutama wanita yang menjadi korbannya, padahal kata cinta sebelum menikah biasanya gombal penuh dengan rayuan nafsu dan lamunan semu.
Bagaimana kata cinta dalam pandangan agama, rasa cinta dan mencintai merupakan rasa yang sudah lumrah dimiliki oleh setiap insan manusia. Persoalan cinta dalam Islam merupakan kodratnya manusia seperti ketika saat memilih pasangan, namun disyaratkan karena Allah bukan karena yang lain, seperti yang pernah disampaikan Ibnu Qayyim Al Jauziyyah Rahimahullah ; bahwasanya cinta (mahabbah) ada empat jenis yang harus dibedakan, karena jika tidak bisa membedakan maka akan timbul kesesatan. Seharusnya cinta hanya kepada Allah SWT., cinta kepada apa yang dicintai oleh Allah, cinta untuk dan karena Allah, serta mencintai atau mensejajarkan dengan kecintaan Allah atau melebihi cintanya ke yang lain, untuk yang terakhir termasuk perbuatan kesesatan. Sehingga batasan mencintai walaupun kepada lawan jenis itu hanya karena Allah SWT. Bukan karena yang lain, akan tetapi jika insan manusia sedang jatuh cinta tentu saja kata beliau tidak dilarang, namun dipastikan ingat bahwa perasaan datang dari Allah. Inilah yang di maksud cinta dan saling mencintai itu parameter dan barometernya adalah Allah. Oleh karenanya janganlah kita mencintai sesuatu karena sesuatu, janganlah membenci sesuatu karena sesuatu, namun cinta dan bencilah sesuatu karena Allah, sebagaimana yang dicontohkan Nabi Ibrahim As.
Ketika Nabi Ibrahaim diperintah oleh Allah untuk menyembelih putranya Ismail, karena Nabi Ibrahim mencintai Ismail bukan karena Ismail, melainkan karena Allah, maka apapun yang terjadi dia lakukan atas dasar perintah Allah dan lebih besar cintanya kepada Allah daripada yang lain, akhirnya Allah mengganti Ismail dengan seekor domba. Mereka berdua cinta kepada Allah, Allahpun cinta dan ridho kepada mereka, sebagaimana dalam firman-Nya “Sesungguhnya orang yang beriman itu lebih besar cintanya kepada Allah SWT” ( Q.S Al Baqoroh ayat 165 ) Wallahu A’lamu bis Showab, semoga bermanfaat. Aamiin.
*)Kepala SD Muhammadiyah 29 FDS Surabaya