Oleh: Naufal Yoga Pratama*)
LATAR BELAKANG
Kearifan lokal adalah identitas atau kepribadian budaya sebuah bangsa yang menyebabkan bangsa tersebut mampu menyerap, bahkan mengolah kebudayaan yang berasal dari luar/bangsa lain menjadi watak dan kemampuan sendiri (Wibowo 2015, 17). Kearifan lokal merupakan cara orang bersikap dan bertindak dalam menanggapi perubahan lingkungan fisik dan budaya (Istiawati 2016, 5). Kearifan lokal merupakan suatu bagian dari budaya yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Kearifan lokal sangat berpengaruh dalam suatu kehidupan bermasyarakat. Bentuk-bentuk kearifan lokal adalah Kerukunan beragaman dalam wujud praktik sosial yang dilandasi suatu kearifan dari budaya (Haryanto 2014).
Kearifan lokal merupakan tata aturan tak tertulis yang menjadi acuan masyarakat yang meliputi seluruh aspek kehidupan, berupa tata aturan yang menyangkut hubungan antar sesama manusia, misalnya dalam interaksi sosial baik antar individu maupun kelompok, yang berkaitan dengan hirarkhi dalam kepemerintahan dan adat, aturan perkawinan antar klan, tata karma dalam kehidupan sehari-hari (Wahyudi 2014, 13). Kearifan lokal memiliki nilai-nilai luhur yang diwariskan kepada warga masyarakat. Nilai- nilai luhur tersebut membentuk suatu aturan kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat atau yang sering disebut norma sosial. Dapat disimpulkan bahwa kearifan lokal terbentuk dari suatu aturan yang dipandang baik lalu dijadikan kebiasaan oleh masyarakat itu sendiri.
Seiring berjalannya waktu, kearifan lokal mulai memudar atau hilang dari kehidupan masyarakat. Masyarakat masa kini mulai berpindah ke peradaban yang lebih modern. Masyarakat mulai meninggalkan kearifan lokal karena dianggap tertinggal untuk hidup pada masa kini. Kehidupan modern dianggap lebih praktis dan lebih maju daripada budaya-budaya atau tradisi terdahulu.
Dari sinilah masalah tentang kearifan lokal mulai muncul. Maka dari itu, kearifan lokal dijadikan sebagai dasar-dasar pembelajaran Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila atau sering disingkat 5P. SMA Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta (SMA Muh PK) membimbing peserta didiknya untuk aktif terlibat dalam lingkungan masyarakat. Implementasi dari pembelajaran 5P adalah terlaksananya kegiatan Live In Society. SMA Muhammadiyah PK memfasilitasi dan menjembatani peserta didiknya untuk melaksanakan pembelajaran 5P dengan mengadakan kegiatan Live In Society di dusun Pancot, kelurahan Kalisoro, kecamatan Tawangwangu. Peserta didik diharapkan menemukan apa saja yang menjadi kebiasan masyarakat, budaya, dan tradisi yang biasa disebut kearifan lokal.
Kehidupan bermasyarakat pasti mempunyai berbagai masalah. Salah satunya dapat berupa konflik antartetangga yang terjadi karena perbedaan dan pemikiran orang satu dengan yang lainnya. Masalah tersebut tidak akan selesai jika tidak ada yang memcahkan masalah tersebut. Maka dari itu, diharapkan peserta didik juga menjadi problem solver atau pemecah masalah yang ada di masyarakat serta dapat merencanakan cara-cara mengatasi berbagai masalah yang terjadi di dalam masyarakat atau yang sering disebut social planning.
PEMBAHASAN
SMA Muhammadiyah PK Kottabarat Surakarta melaksanakan kegiatan Live In Society di dusun Pancot, kelurahan Kalisoro, kecamatan Tawangmangu pada hari Kamis tanggal 12 Januari 2023. Kegiatan tersebut diawali dengan sarasehan atau pertemuan antara peserta didik dan guru pendamping dengan orang tua asuh yang akan menyediakan tempat tinggal bagi peserta didik selama kegiatan ini berlangsung. Peserta didik dan guru disambut hangat oleh warga masyarakat dusun Pancot dan kemudian langsung diantarkan menuju rumah orang tua asuh.
Peristiwa tersebut memperlihatkan sikap dan tingkah laku serta budaya penyambutan orang luar yang dilakukan oleh warga dusun Pancot. Sikap diartikan sebagai suatu reaksi atau respon yang muncul dari seorang individu terhadap objek yang kemudian memunculkan perilaku individu terhadap objek tersebut dengan cara-cara tertentu (Saifudin Azwar 2010, 3). Dapat diakui bahwa sikap serta tingkah laku warga masyarakat dusun Pancot sangat baik dan hangat ketika menyambut orang yang berasal dari luar daerahnya.
Saat pertama kali berada di rumah orang tua asuh, peserta didik beserta guru pendamping melakukan kegiatan “kulo nuwun” atau berbincang hangat dengan orang tua asuh masing-masing. Tiba waktu untuk sholat Ashar, warga masyarakat dusun Pancot langsung menghentikan segala aktivitas yang dilakukan. Kemudian mereka berbondong-bondong menggunakan gamis, koko, sarung, peci (untuk laki-laki) serta rukuh (untuk perempuan) berjalan menuju masjid Darussalam untuk melakukan kegiatan sholat Ashar berjamaah.
Peristiwa tersebut menggambarkan bahwa warga masyarakat dusun Pancot sangat religius dalam hal agama atau yang biasa disebut “Islam ndeles”. Menurut Shihab (1992) agama adalah hubungan antara makhluk dengan Khalik (Tuhan) yang berwujud dalam ibadah yang dilakukan dalam sikap keseharian. Warga masyarakat dusun Pancot sangat semangat apabila berurusan dalam hal agama. Selain kegiatan sholat Ashar berjamaah di masjid Darussalam, mereka juga mengadakan Taman Pendidikan Al Quran (TPA) di masjid yang berbeda yaitu, masjid Ar Rahman serta masjid Al Maming. Anak-anak dusun Pancot sangat berantusias mengikuti TPA. Mereka sebagai generasi penerus bangsa diharapkan memiliki bekal keilmuan yang baik serta mampu menjadi penghafal Al Quran.
Seusai melakukan kegiatan TPA, peserta didik serta warga masyarakat dusun Pancot melakukan kegiatan sholat Maghrib berjamaah. Lalu diakhiri dengan khitobah dari salah satu peserta didik. Khitobah yang dilakukan peserta didik berfungsi untuk menambah keimanan dan ketaqwaan serta melatih public speaking untuk menambah kepercayaan diri.
Setelah melewati aktivitas selama satu hari, saatnya peserta didik kembali ke rumah orang tua asuh. Peserta didik berbincang hangat serta melakukan kegiatan wawancara dengan narasumber seorang pria bernama bapak Prihanto. Beliau berusia 59 tahun dan berprofesi sebagai guru SMP Negeri 3 Karangpandan. Beliau menjelaskan hubungan antar sesama warga masyarakat sangat baik, ramah serta saling membantu dan gotong royong. Perwujudan dari hubungan antar sesama warga berupa pengajian keluarga yang diadakan secara bergilir, paguyuban air minum, serta para remaja mengikuti Karang Taruna dengan salah satu agendanya membersihkan sampah di lingkungan sekitar.
Bapak Prihanto juga menjelaskan bahwa rata-rata warga masyarakat dusun Pancot bermata pencaharian sebagai petani dan pedagang, serta sedikit warga bekerja sebagai pegawai. Dari warga yang bermata pencaharian sebagai petani, mereka mempunyai hasil pertanian berupa bawang, daun bawang, dan wortel. Hasil pertanian tersebut biasanya dijual ke pasar Gede dan pasar Legi di kota Surakarta.
Bapak Prihanto melanjutkan penjelasannya tentang keadaan rumah yang aman apabila ditinggal pergi si pemilik walaupun dalam keadaan tidak terkunci dan tertutup. Selain rumah, kendaraan bermotor juga sangat aman apabila diletakkan di luar rumah dalam keadaan posisi kunci masih mengantung di motor. Penjelasan tersebut membuat saya kaget atau yang biasa disebut culture shock. Karena perbedaan tingkah laku dan keadaan antara dusun Pancot dengan kota-kota besar lainnya. Dari pernyataan tersebut, dapat dilihat bahwa keamanan di dusun Pancot sangat luar biasa. Keamanan tersebut bisa terjadi karena perilaku warga masyarakat yang jujur, tenggang rasa, serta rasa saling menjaga antar warga.
Keesokan harinya, kegiatan diawali dengan sholat Subuh berjamaah di masjid Darussalam. Setelah sholat Subuh berjamaah sudah selesai, dilaksanakanlah pengajian Jumat Berkah dengan pemateri ustad Safaat. Di sela-sela pengajian, para jamaah masjid Darussalam diberi suguhan bubur dengan teh hangat. Adanya bubur dan teh tersebut membuat para jamaah lebih bersemangat mendengarkan pengajian.
Setelah pengajian Jumat Berkah selesai, peserta didik dan guru menuju SD Negeri 03 Kalisoro untuk mengikuti kegiatan senam pagi dengan antusias. Selanjutnya ada pertunjukan Reog yang dilakukan oleh anak-anak SD Negeri 03 Kalisoro dengan sangat atraktif dan lincah hingga membuat penonton terkagum-kagum. Pertunjukan tersebut menelaskan bahwa kesenian dan budaya di dusun Pancot masih kental dan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Tibalah pada hari Sabtu tanggal 14 Januari 2023, peserta didik harus berpisah dan berpamitan dengan orang tua asuh. Perpisahan tersebut melewati beberapa acara yang sangat meriah. Acara dimulai dengan pertunjukan karawitan dan diakhiri dengan berpamitan serta peserta didik memberi kenang-kenangan berupa hadiah kepada orang tua asuh.
PENUTUP
Berdasarkan hasil pengamatan atau observasi tentang kegiatan yang ada di dusun Pancot, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
- Dusun Pancot merupakan dusun yang mempunyai banyak tradisi, budaya, dan kegiatan. Dapat dilihat pada keseharian masyarakat sudah terstruktur atau terpola mulai dari kegiatan ibadah, bekerja, dan kerukunan warganya dapat dikategorikan sangat baik. Tidak hanya kegiatan masyarakat yang menarik perhatian, pentas Seni Reog ditampilkan dengan diiringi suara gamelan. Hal tersebut menandakan warga masyarakat masih menjaga kelestarian tradisi dan budaya terdahulu. Inilah yang mampu membedakan dusun Pancot dengan dusun-dusun daerah lainnya.
- Peserta didik diharapkan bisa menjadikan pengalaman di dusun Pancot sebagai refleksi dan bahan pembelajaran untuk kedepannya. Peserta didik juga diharapkan menjadi problem solver di lingkungan rumah serta memiliki social planning untuk berkehidupan yang lebih baik kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Wibowo, dkk. 2015. Pendidikan Karakter berbasis kearifan lokal di sekolah (konsep, strategi, dan implementasi). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Istiawati, F.N. 2016. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-nilai Kearifan Lokal Adat Ammatoa dalam Menumbuhkan Karakter Konservasi. Cendekia: 10 (1), 1-18.
Haryanto, J.T. 2014. Kearifan lokal Pendukung Kerukunan Beragama pada Komunitas Tengger Malang Jatim. Jurnal Analisa, 21(02), 201-213.
Wahyudi, D. 2014. Peran Keluarga dalam Membina Sopan Santun Anak desa Galis kecamatan Galis kabupaten Pamekasan. 1(2).
Azwar, S. 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Shihab, M. Quraish. 1992. Membumikan Al-Qur’an, Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung: Mizan.
*)
SMA Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta
Email: naufalyogapratama0@gmail.com