JAKARTA – Isu-isu seputar toleransi dan diskriminasi akibat adanya keberagaman lintas budaya sering terjadi di Indonesia, demikian halnya di negara Belanda dan Paris. Dua negara ini tidak berbeda jauh dengan Indonesia, sama-sama memiliki tantangan dalam mengatasi isu-isu seputar toleransi dan diskriminasi akibat adanya keberagaman lintas budaya.
Sebagai contoh Belanda, meskipun dikenal sebagai negara dengan tingkat toleransi yang tinggi, pada tahun 2023-2024 pernah mengalami peningkatan insiden yang berkaitan dengan konflik agama. Beberapa peristiwa seperti pembakaran Al-Qur’an dan tindakan diskriminasi terhadap kelompok minoritas agama menjadi sorotan media internasional. Peristiwa-peristiwa ini tentu saja menimbulkan kekhawatiran dan ketegangan, baik di dalam negeri Belanda maupun di tingkat internasional.
BACA JUGA : Sekjen MUI Mengajak Para Dai Menguasai Media Teknologi Sebagai Media Dakwah |
Demikian juga halnya di Paris, meski dikenal sebagai kota metropolitan yang multikultural, menjadi rumah bagi beragam komunitas agama, pada tahun 2023-2024, kota ini juga menghadapi beberapa tantangan terkait dengan konflik agama. Beberapa peristiwa seperti terjadinya serangan terhadap tempat ibadah, ujaran kebencian, dan diskriminasi berbasis agama menjadi sorotan media internasional.
Itulah sebabnya, Belanda dan Paris sama-sama dipilih oleh Tim Dai Kamtibmas Polda Metro Jaya dan tiga dosen komunikasi dari Universitas Mercu Buana Jakarta untuk melakukan studi berupa riset dan dialog lintas budaya. Khususnya dengan pihak KBRI yang ada di Negara Belanda dan Paris.
Tim Dai Kamtibmas Polda Metro Jaya dipimpin langsung oleh Ketua umumnya, Drs. KH. Tatang Rahmat Firdaus Anggadinata, M.Pd. Bersama 6 anggotanya, H. Anas Efendy, SH. MM., KH. Muslihuddin, SHI. MSHI., Drs. KH. Rasyud Syakir, MA., Drs. KH. Musthofa Tabrani., Dra. Hj. Nuryati Murtadho, MA., dan Hj. Tuty Alawiyah, Lc.MA. Adapun tim dosen komunikasi dari Universitas Mercu Buana yaitu, Dr. Rosmawaty Hilderiah Pandjaitan, S.Sos., M.T, dan Dr. Santa Lorita Simamora, M.Si, serta Sabena S.Ikom., M.Ikom.
BACA JUGA: Belajar Toleransi dan Harmoni Sosial, Mahasiswa PMM 3 di UMS Kunjungi Desa Kemuning |
Kolaborasi studi berupa riset dan dialog lintas budaya tersebut dilakukan dengan pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Belanda dan Paris. Program ini ditujukan dengan harapan dapat ikut serta memberikan kontribusi positif bagi pihak KBRI Belanda dan Paris dalam hal peningkatan cara interaksi dan komunikasi massa melalui pemberdayaan para DAI di kawasan Eropa Barat, guna membangun dan menjaga reputasi bangsa Indonesia di Luar Negeri. Selain itu, juga sebagai cara untuk mencari solusi dan inovasi dalam mengatasi isu-isu seputar toleransi dan diskriminasi akibat adanya keberagaman lintas budaya.
Dialog di KBRI Belanda dilakukan pada hari Kamis, 3 Oktober 2024, dari pk. 10.00 – 12.45 waktu Den Haag. Diterima oleh Atase Hubungan Internasional, Sugeng Wahyudiyono (alumni Akpol 99), dan Sekretaris 3 dari Kementerian Luar Negeri (Fitri Nuril Islamy). Dialog di KBRI Paris dilakukan pada hari Selasa, 8 Oktober 2024, dari pk. 11.30–13.30 waktu Paris. Diterima oleh Bagian Fungsi Penerangan, Sosial, Budaya (Anet Adilla), dan Fungsi Komunikasi (Fathur), serta bagian Fungsi Administrasi (Ade Mulyawan).
BACAA JUGA : Sabena, Sosok MC Dibalik Suksesnya Musda X PPM DKI Jakarta |
Pertemuan ini telah membawa perwakilan dari masing-masing pihak untuk bertukar pikiran dan pengalaman seputar upaya KBRI dalam memberdayakan para Dai untuk menjaga dan membangun reputasi bangsa Indonesia di Negara Belanda dan Paris. Kegiatan ini tidak hanya memperkaya wawasan para peserta, tetapi juga menunjukkan komitmen dari Universitas Mercu Buana Jakarta dan Dai Kamtibmas Polda Metro Jaya dalam hal membangun kerjasama internasional dan pengembangan sumber daya manusia. Misalnya tentang pertukaran pelajar dan dosen, serta kerjasama dalam bidang penelitian dan pengembangan, berikut kesempatan magang dan beasiswa bagi mahasiswa dan dosen. (Sabena S.Ikom, M.Ikom, Dosen UMB Jakarta)