Pekalongan, MENARA62.COM. Selain menggerakkan Muhammadiyah COVID-19 Command Center (MCCC) dan LAZISMU sebagai lembaga filantropy dalam menanggulangi dampak bencana nasional akibat virus corona. Muhammadiyah terus bergerak dan berinovasi diri agar dampak pandemi bencana nasional ini bisa meringankan beban masyarakat, diantaranya dilakukan oleh Baitut Tamwil Muhammadiyah (BTM) yang mengeluarkan dana qardhul hasan atau dana kebajikan yang disalurkan sebagai penyangga gaji kepada para guru dan karyawan di lingkungan sekolah Muhammadiyah setempat. Dengan demikian selama adanya wabah covid – 19, para karyawan dan guru sekolah Muhammadiyah tak resah menghadapi masalah tersebut dan bisa menikmati hidup seperti sedia kala.
Kebijakan yang membahagiakan itu dilakukan ketika hari ini sabtu (4/4/2019), Pusat BTM Jawa Tengah, menggelar rapat koordinasi yang dihadiri oleh Ketua Akhmad Sakhowi dan seluruh manager BTM se – Jawa Tengah di kantor pusat di Wiradesa – Pekalongan – Jawa Tengah.
Dijelaskan oleh Akhmad Sakhowi, bantuan kebencanaan nasional terhadap dampak covid – 19 bukan hanya itu saja, tapi sebelumnya juga telah bergerak bersama LAZISMU dan MCCC ditiap – tiap Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) dalam penggalangan dana, sosialisasi dan bakti sosial penyemproten sanitizer anti corona kerumah masyarakat serta fasilitas umum. “Jadi kami sudah bergerak cepat karena kami sadar bahayanya virus ini terhadap kesehatan masyarakat,”terang Ketua BTM Jawa Tengah.
Kemudian mengenai bantuan qardhul hasan, Sakhowi menilai bahwa sekolah Muhammadiyah adalah sekolah swasta. Dimana memperoleh pemasukkan pendapatan sejauh ini hanya dari uang gedung dan SPP siswa yang dipungut setiap bulan saja. Lantas bagaimana jika saat ini sekolah pada libur karena kebijakan social distancing dan work from home (WFH). Otomatis tak ada biaya sama sekali yang diperoleh sekolah untuk membayar biaya operasional serta gaji para guru dan karyawan. Disinilah peran BTM sebagai Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) melakukan ta’awun saling tolong menolong untuk menyelamatkannya.
Sementara Ketua Induk BTM Achmad Suud, menambahkan, bersyukurlah bagi PDM – PDM yang memiliki BTM. Dengan demikian dalam kondisi krisis yang semacam ini keberadaan BTM bisa dimanfaatkan untuk saling membantu dan menutupi jika salah satu AUM mengalami dampak dari bencana. “Sehingga roda gerakan dakwah di Muhammadiyah khususnya PDM bisa tetap survive,”ucapnya.
Mengenai dana qardhul hasan yang dimiliki oleh BTM, Suud menambahkan, setiap tahun BTM telah mencadangkan dana 5 persen dari pendapatan sisa hasil usahanya (SHU). Dimana dari 5 persen dana tersebut dalam implementasinya dibagi dalam dua program yakni untuk personal dan institusional secara proposional. “Jadi ada atau tidak ada bencana tetap kami keluarkan sebagai tanggung jawab social responsibility,”terangnya.
Dalam pedoman BTM yang dituangkan dalam Gerakan Microfinance Muhammadiyah (GMM) sejauh ini tertulis sangat jelas bagaimana potret dari pengelolaan keuangan BTM yang berbeda dengan jenis keuangan mikro syariah lainya. Dimana di BTM ada mekanisme pemberian SHU minimal 20 persen untuk Muhammadiyah, ex-officeo Muhammadiyah minimal 51 persen, dana qardhul hasan 5 persen dan zakat institusi dan karyawan kepada LAZISMU. “Jadi dari potret tersebut tak diragukan lagi komitmenya BTM kepada Muhammadiyah meskipun selevel AUM akar rumput,”tandas Ketua Induk BTM.