JAKARTA, MENARA62.COM – Orang tua telah memberikan keteladanan yang sangat baik bagi remaja Palestina. Itu sebabnya, remaja Palestina memiliki keberanian yang luar biasa untuk membela tanah airnya dari zionis Israel. Mereka tidak takut mati, karena mati berarti syuhada.
“Ketika saya usia 16 tahun, sepulang menghadiri aksi Great Return March atau Aksi Kepulangan Akbar, saya ditembak betis kaki kanan, saya tidak sadar selama 6 jam di rumah sakit Eropa, tekanan darah hanya 4. Saat itu ada rasa sakit luar biasa di kaki saya, tetapi saya berbahagia karena akhirnya mati syahid,” kata Maryam Yusuf Abu Mathor dalam kesaksiannya melalui tayangan video pada Talkshow virtual bertema Mengungkap Realita Kepedihan bangsa Palestina yang digelar Adara Relief Internasional, Ahad (22/11/2020).
Bagi Maryam, mati syahid membela tanah air dan membela Al Aqsha, adalah cita-cita semua pemuda Palestina. Karena mati syahid membela tanah air, membela tauhid ganjarannya surga.
“Tetapi saya tidak mati waktu itu. Dan saya pun melanjutkan perjuangan hingga kini. Saya berterimakasih karena Indonesia mendukung perjuangan rakyat Palestina,” lanjut remaja berusia 18 tahun yang kini mempelajari ilmu kedokteran.
Menurutnya anak-anak Palestina gembira jika mati sebagai syuhada. Itu sebabnya meski dihadang dengan senjata, mereka tak gentar sedikit pun.
Maryam adalah gambaran penderitaan yang dialami penduduk Palestina dibawah tekanan zionis Israel. Selama lebih dari 14 tahun, mereka hidup dibawah kokangan senjata penjajah.
“Sosok Maryam adalah gambaran sosok anak Palestina, yang lahir dari darah para syuhada,” jelas Nurjannah Hulwani, ketua Adara Relief Internasional periode 2016-2020.
Nurjannah yang berkesempatan mengunjungi Gaza pada tahun 2019, benar-benar melihat bagaimana anak-anak Palestina belajar langsung di lapangan. Mereka mendapatkan kepungan keladanan dari para orangtua, lingkungan, saudara, teman dan sekolah.
Diakui Nurjannah, ketika anak-anak dan remaja Palestina beraktivitas seperti halnya menghadiri Aksi Kepulangan Akbar, kadang jarak mereka dengan tentara zionis Israel hanya 300 meter, 50 meter bahkan lebih dekat lagi. Tetapi transfer keberanian dari para orang tua mereka, membuat anak-anak Palestina tidak menunjukkan rasa gentar sedikit pun terhadap penjajah.
Menurut Nurjannah, kebiadaban zionis Israel terhadap warga Palestina sudah sangat luar biasa. Tetapi sayangnya dunia internasional seperti menutup mata.
Anak-anak Palestina dan juga kaum perempuan lanjut Nurjannah sering mendapatkan pemukulan ketika ditangkap tentara Israel. Mereka disiksa tanpa melihat apakah tawanan itu anak-anak, perempuan atau pria dewasa. Parahnya lagi, 75 persen anak-anak yang menjadi tawanan Israel mengalami tindakan pelecehan seksual.
“Hanya di Palestina hak-hak anak bebas dilanggar, hanya di Palestina anak-anak menghadapi persidangan,” tutur Nurjannah.
Talkshow yang digelar Adara tersebut bertujuan mengedukasi masyarakat Indonesia tentang kondisi Palestina. Dalam kesempatan tersebut Adara juga meluncurkan kampanye 20K Challenge yakni gerakan donasi Rp20 ribu untuk menyediakan kebutuhan masyarakat Palestina dalam menghadapi musim dingin.