28.2 C
Jakarta

Dari GWO Sriwedari, Belajar Jadi Manusia Seutuhnya

Baca Juga:

Oleh : Hendro Susilo*)

SOLO, MENARA62.COM – Dua kali saya menyaksikan tampilan seni budaya dalam bentuk drama dan pagelaran seni daerah nusantara persembahan dari siswa SMA Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta. Gelaran seni budaya oleh siswa yang diselenggarakan di gedung wayang orang (GWO) Sriwedari ini menarik untuk ditelisik dalam perspektif pendidikan. Mengapa? Sebab, proses pendidikan itu sangat kompleks, tujuan pendidikan itu membentuk manusia seutuhnya. Jadi, harus mengembangkan seluruh aspek potensi manusia yang meliputi cipta, rasa, dan karsa.

Sebelum menelisik lebih jauh tentang proses pendidikan yang terjadi, saya tertarik mengenai sejarah dan fungsi tempat gedung wayang orang (GWO) Sriwedari ini. Salah satu siswa SMA Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta, Nashira Bilqis Sabrina pernah menulis artikel tentang Gedung Wayang Orang Sriwedari. Gedung yang memiliki sejarah panjang, yang diawali pada tahun 1911, di mana kesenian wayang orang dipopulerkan oleh pegiat budaya kota Solo hingga digemari masyarakat hingga saat ini. Dalam tulisannya, Nashira Bilqis Sabrina ini mencermati fenomena antusiasme anak muda “zaman now” terhadap pertunjukan wayang orang di GWO. Setelah membaca tulisan tersebut, saya menyimpulkan bahwa mendekatkan dan atau bahkan menggerakkan anak muda berkegiatan seni budaya di gedung ini, menjadi sebuah praktik pembelajaran untuk menjadi manusia seutuhnya.

 

Pendidikan Holistik Integratif

 

Secara konseptual, pendidikan holistik merupakan pendidikan yang mengembangkan seluruh potensi siswa secara harmonis, meliputi potensi intelektual, emosional, phisik, sosial, estetika, dan spiritual. Saya mengamati proses pembelajaran berbasis proyek seni pertunjukan oleh siswa adalah sebuah proses pembelajaran holistik integratif.yang meliputi semua aspek potensi pengembangan manusia.  Saya akan coba urai satu persatu aspek tersebut.

Aspek kognitif intelektual dalam pembelajaran proyek ini diasah melalui penyusunan konsep gelaran, baik drama maupun seni budaya nusantara yang akan ditampilkan kelompok siswa. Perkembangan intelektual manusia merupakan proses psikologis yang di dalamnya melibatkan proses memperoleh, menyusun, dan menggunakan pengetahuan serta kegiatan mental dan berfikir, menimbang, mengamati, mengingat, menganalisis, mensintesis, mengevaluasi dan memecahkan permasalahan yang berlangsung melalui interaksi bersama tim. Konsep tampilan gelaran yang dipentaskan merupakan kristalisasi dari proses intelektual kelompok.

Aspek kecerdasan emosi terlatih dari aspek interaksi di kelompok. Antara lain misalnya kemampuan untuk memahami orang lain, kepemimpinan, kemampuan membina hubungan dengan orang lain, kemampuan berkomunikasi, kerjasama tim, membentuk citra diri positif, memotivasi dan memberi inspirasi terwujud melalui kegiatan proyek ini. Tampilan seni yang baik akan lahir dari kerjasama tim yang mampu berkomunikasi dengan baik dibawah arahan koordinator tampilan (ketua tim) yang harus memiliki kepemimpinan yang baik untuk mengarahkan puluhan anggota menuju konsep tampilan yang dikehendaki.

Aspek pengembangan sosial budaya juga tercipta dalam proses pembelajaran proyek ini. Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Atau juga bermakna sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.

Menyajikan tampilan seni yang indah, jelas harus membuang ego pribadi demi suksesnya pertunjukkan. Termasuk juga melestarikan dan menghargai budaya masyarakat Solo, dengan tampilan seni daerah di GWO merupakan komponen pengembangan sosial budaya. Sehingga pengembangan sosial budaya melalui pembelajaran proyek akan mendorong  dan memberi banyak manfaat. Salah satunya, kemunculan dan perkembangan inovasi di bidang seni budaya.

Proyek gelaran seni budaya siswa SMA ini juga mengasah perkembangan seni pada siswa. Kegiatan dalam mengekspresikan imajinasi dan daya kreativitas yang ada pada diri siswa teraktualisasi dalam sajian tampilan karya. Kemampuan intelektual dan imajinatif serta keterampilan teknik untuk menciptakan karya seni yang memiliki fungsi personal atau sosial dengan menggunakan berbagai media untuk menambah keindahan tampilan karya ditunjukkan oleh siswa SMA dalam proyek ini.

Pagelaran seni budaya siswa ini juga akan mendorong perkembangan non fisik, seperti kecerdasan spiritual. Kecerdasan ini sangat penting untuk perkembangan siswa, apalagi memasuki usia remaja. Kecerdasan ini mendorong siswa memiliki motivasi diri. Memiliki motivasi yang baik bisa membuat siswa bersemangat untuk melakukan apa yang diinginkan. Tentu motivasi ini harus positif dan tidak berhubungan dengan sesuatu yang melanggar etika dan norma kesusilaan.

Kecerdasan spiritual ini juga mendorong siswa  menghargai perbedaan. Jika siswa dilatih bisa cerdas secara spiritual dan bisa menghargai berbagai perbedaan yang ada dalam masyarakat, maka ini akan jauh lebih baik dan menggembirakan. Mereka tidak akan dengan mudah memaksakan kehendak yang dimiliki pada orang lain. Karakter ini bisa diasah dan diperoleh dari media pembelajaran yang bernama proyek tampilan seni budaya siswa ini.

Berdasarkan uraian di atas, saya dapat menyimpulkan bahwa proyek pembelajaran berbasis tampilan seni budaya merupakan sebuah pendekatan pendidikan holistik integratif yang menjadi sarana bagi siswa untuk mengembangkan semua aspek sisi humanitas. Tujuan pendidikan yang membentuk manusia seutuhnya saya lihat dan amati dalam proses pembelajaran berbasis proyek yang dilakukan siswa SMA Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta di GWO Sriwedari. Dari GWO Sriwedari, kita belajar menjadi manusia seutuhnya…

*)MPI PDM Surakarta

 

 

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!