27.3 C
Jakarta

Dari ZyrexMu ke EdutabMu

Baca Juga:

Setelah mandek 10 tahun, prototipe Zyrexmu, laptop Muhammadiyah kolaborasi Lazismu dan Zyrex, lahir kembali dalam bentuk tablet dengan nama EdutabMu. Berikut sepenggal cerita di balik kolaborasi Lazismu, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah PP Muhammadiyah, perusahaan startup pendidikan Enuma Inc Korea Selatan dan produsen komputer, smartphone dan tablet lokal Advan.

EDUTABMU menjadi kado istimewa dari Muhammadiyah untuk dunia pendidikan nasional karena diluncurkan pada perayaan hari ulang tahun ke-76 proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Saya mengikuti dengan perasaan senang yang membuncah dari kamar perawatan ibu saya di RS Permata Bunda, Grobogan.

Enuma adalah sarana belajar – mengajar digital produksi Enuma Inc, Korea Selatan. Produk ini dibangun dari konten pendidikan yang ‘ditanamkan’ ke dalam perangkat pintar berupa tablet PC. Dengan cara ini, enuma bisa digunakan di mana saja karena untuk mengakses kontennya tidak butuh internet sama sekali.

Konsep itu sama persis dengan ZyrexMu yang dikembangkan Lazismu bersama Zyrex 10 tahun lalu. Bedanya, perangkat pintar ZyrexMu berwujud laptop dan netbook (laptop mini). Pengembangan Zyrexmu berhenti hanya sampai tahap prototipe karena trend pasar produk pintar bergeser dari laptop ke smartphone dan tablet.

Setahun setelah prototipe Zyrexmu tercipta, Enuma Inc, Korea Selatan, pada tahun 2012 meluncurkan produk Enuma berkolaborasi dengan produsen perangkat pintar Samsung. Produk Enuma yang sudah hadir dalam mobile apps mendapat sambutan positif di berbagai negara maju di seluruh dunia. Dengan bantuan guru dan jaringan internet yang baik, Enuma menjadi sarana belajar – mengajar yang sangat menyenangkan.

Sukses itu mendorong lahirnya Enuma versi lain: Enuma versi Web yang gratis dan bisa diakses tanpa internet. Tujuannya agar bisa digunakan di wilayah-wilayah yang belum terjangkau jaringan internet.

Lima tahun lalu, Enuma mulai diujicoba di sejumlah kawasan pedesaan terpencil di Afrika untuk mengatasi ketertinggalan siswa-siswi di sana karena kurangnya guru.

Hasil ujicoba itu yang sangat menggembirakan. Prestasi pendidikan siswa di kawasan terbelakang meningkat pesat.

Enuma bisa menjadi solusi untuk mendorong percepatan program pendidikan modern meski jumlah gurunya sangat kurang dan akses Internet belum tersedia.

Ketimpangan jumlah guru dan jaringan internet tidak hanya terjadi di Afrika. Di Asia pun masih banyak yang kondisinya serupa. Salah satunya, Indonesia.

Enuma Inc kemudian berkolaborasi dengan Dikdasmen PP Muhammadiyah menguji coba Enuma dengan konten yang telah disesuaikan untuk Indonesia di Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Hasilnya sama: Enuma bermanfaat besar untuk mengatasi kurangnya jumlah guru dan kebutuhan bahan ajar modern yang bermutu, meski tidak ada jaringan internet.

Hasil evaluasi uji coba itulah yang akhirnya melahirkan rekomendasi untuk pengembangan produk baru dengan nama EdutabMu. Lazismu kembali mendapat tugas untuk membangun kolaborasi dengan berbagai pihak di dalam negeri.

Saya dikontak Pak Leo, perwakilan Enuma Inc di Indonesia, awal bulan Mei yang lalu. Pak Leo mendapat nomor saya dari Prof Hilman Latief, Ketua Umum Lazismu. Belakangan saya baru tahu, Prof Hilman sudah lama mengirim informasi itu, tetapi saya merasa tidak pernah menerimanya. Ternyata Prof Hilman mengirimkan pesan melalui nomor Whatsapp lama yang sudah tidak digunakan lagi.

Intinya, Prof Hilman minta saya menghubungkan Lazismu dengan produsen tablet lokal yang spesifikasi produknya sesuai kebutuhan Enuma.

Hanya ada tiga orang yang terlintas dalam ingatan saat itu: Boss Zyrex, boss Telkomsel dan boss Tabloid Selular.

Segera saya cari nomor telepon masing-masing. Boss Zyrex ternyata tidak ada di phone book handphone baru. Boss Telkomsel ada tetapi tidak bisa dihubungi. Tinggal satu: Mas Uday Rayana, boss Tabloid Selular.

Nama yang terakhir ini pun tidak bisa saya kontak. Mungkin karena sudah terlalu malam. Akhirnya saya kirim pesan pendek: Kalau sempat tolong hubungi saya. Penting!

Dengan Mas Rayana, saya memang biasa berkomunikasi kapan saja, walau tengah malam. Biasanya kami ngobrol bertiga dengan Pak Khasanah Anab Afifi. Pak Anab yang merekomendasikan saya menjadi konsultan pengembangan majalah Selular menjadi situs Selular.id.

“Sorry, saya baru selesai isolasi mandiri. Ini hari pertama saya buka handphone setelah isolasi selama 10 hari,” jawab Mas Rayana, dua hari kemudian.

Tidak mau berlama-lama menulis jawaban, saya segera meneleponya. Dari Mas Rayana saya mendapat nomor telepon Pak Chandra Tanari, CEO Advan.

Produk Advan ternyata memenuhi spesifikasi Enuma. Pembicaraan Lazismu dengan Advan melahirkan kesepakatan untuk mengembangkan produk dengan nama baru: EdutabMu.

Tugas saya pun selesai. Alhamdulillah.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!