KLATEN,MENARA62.COM – Dalam rangka belajar bahasa dan budaya Indonesia melalui program Indo-Austay bersama Lembaga Bahasa dan Ilmu Pengetahuan Umum (LBIPU) dan program studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), empat warga Australia melakukan kegiatan di SD Muhammadiyah PK Bayat, Klaten.
Pada hari terakhir kegiatan Indo-Austay di Bayat, Kamis (16/1/2025), para peserta mengunjungi SD Muhammadiyah PK Bayat untuk belajar alat musik tradisional angklung. Mereka disambut dengan permainan angklung yang begitu indah oleh siswa siswi SD Muhammadiyah PK Bayat. Para siswa memainkan lagu Suwe Ora Jamu dengan angklung.
Selain itu, tamu mancanegara ini juga disambut dengan wedang jahe dan jajanan khas lainnya. Setelah menikmati hidangan yang diberikan, peserta kemudian memulai kegiatan belajarnya di SD Muhammadiyah PK Bayat.
Pendamping dari LBIPU UMS, Anggoro Dias, S.Pd., menyampaikan kegiatan di SD Muhammadiyah PK Bayat itu adalah belajar bahasa Indonesia dasar.
“Peserta belajar bagaimana cara menyusun kalimat dengan benar. Peserta juga belajar membuat kalimat dengan bahasa Indonesia dengan benar,” tuturnya.
Selain belajar tentang pembuatan kalimat yang baik dan benar, peserta didik juga belajar tentang beberapa sapaan yang digunakan dalam bahasa Jawa seperti sugeng rawuh, sugeng enjing, sugeng sonten, dan pripun kabare.
Hector Warren Fraser yang menjadi peserta dari Indo-Austay itu juga aktif bertanya dengan guru di SD. Hector bertanya tentang bagaimana cara menjawab sapaan nuwun sewu.
“Jika kita bilang ‘nuwun sewu‘ like permisi, bagaimana cara menjawabnya,” tanya Hector.
Kemudian guru di SD Muhammadiyah PK Bayat pun menjelaskan cara menjawabnya. “Misal kalian bilang nuwun sewu, saya menjawab monggo,” ujar Kepala Sekolah SD Muhammadiyah PK Bayat itu.
Selain itu, Laili juga mengungkapkan bahwa ini merupakan suatu kebanggan bisa dikunjungi orang dari Australia dan bisa memperkenalkan budaya Indonesia.
“Senang sekali karena memperkenalkan budaya dan kearifan lokal. Juga memberikan pengalaman bagi anak anak. Dan bisa menunjukkan keindahan dunia bahwa dunia itu luas, mungkin mereka juga bisa menunjukkan budaya dari Australia atau negara lain,” tambah Laili.
Selanjutnya para peserta juga belajar tentang kalimat dalam bahasa Indonesia yang tidak memakai objek. Seperti “saya bermain” dan “saya menangis”
Selain disambut dengan alunan angklung, peserta dari Australia juga belajar tentang angkung dan mencoba mempraktikkan cara memainkan angklung. Malcolm Rogers merasa senang setelah bisa mencoba memainkan angklung dan merasa itu bukan hal yang sulit.
“Bagus, saya senang. Itu cukup mudah,” tutur Malcolm.
Warga asal Australia itu kemudian memainkan lagu Advance Australia Fair dengan angklung bersama dengan siswa siswi SD Muhammadiyah PK Bayat. Para peserta terlihat lihai dalam memainkan angklung dengan mengikuti arahan dari pelatih.
Para peserta menyatakan kesenangannya setelah memainkan lagu Advance Australia.
“Itu bagus, bagus sekali. Tetapi akan lebih bagus apabila dimainkan di Australia,” ujar Hector. (*)