25.5 C
Jakarta

Demo Rakyat dan Darah Tumpah di Baghdad, Ada Apa dengan Irak?

Baca Juga:

BAGHDAD, MENARA62.COM – Sedikitnya 31 warga Irak tewas dalam bentrokan antara pengunjuk rasa dan pasukan keamanan di Baghdad, ibukota Irak, pada pekan ini. Ini adalah protes pertama dalam lebih setahun di negara Teluk itu yang menyebabkan banyak korban.

Mengapa rakyat Irak memprotes? Berikut adalah ulasan media internasional Arab, Asharq Al-Awsat, yang berbasis di London (Inggris).

Setelah dua tahun mengalahkan ISIS, meski sebagai negara kaya dengan minyak, sebagian besar rakyat Irak hidup dalam situasi yang memburuk. Kondisi keamanan meningkat dibandingkan beberapa tahun terakhir, tetapi infrastruktur yang hancur belum diperbaiki, juga pekerjaan yang langka.

Para pemuda menyalahkan para pemimpin yang korup, dengan mengatakan bahwa mereka tidak mewakili rakyat Irak.

Mengapa situasi memburuk?

Setelah perang berturut-turut sepanjang tahun dengan negara-negara tetangga, sanksi PBB dan perang sektarian, kemenangan atas ISIS pada 2017 adalah sinyal bahwa Irak memasuki tahap damai dan menjadi bebas. Penjualan minyak meningkat ke level rekor, namun infrastrukturnya sudah habis dan pembangunan kota — yang hancur karena perang — belum dimulai. Sementara itu, beberapa kelompok sipil tetap bersenjata di jalanan.

Korupsi berlanjut sejak masa Saddam Hussein dan diperkuat di bawah partai sektarian yang muncul setelah menggulingkannya.

Siapa yang Memicu Protes?

Protes yang berlangsung sejak awal pekan ini tampaknya tidak diorganisir oleh kelompok politik. Tetapi, ribuan rakyat dari berbagai level terpanggil oleh pesan berantai di medis sosial (medsos) untuk turun ke jalanan Baghdad. Membludaknya massa demonstrans telah mengejutkan pasukan keamanan.

Dua alasan utama untuk kemarahan rakyat Irak: kurangnya layanan negara dan kurangnya peluang pekerjaan.

Akankah lingkup rotes melebar?

Itu tergantung pada cara pemerintah dan badan keamanan menangani situasi. Jika lebih banyak demonstran terbunuh maka ini akan meningkatkan kemarahan orang.

Akankah pemerintah memenuhi permintaan pengunjuk rasa?

Perdana Menteri (PM) Irak Adel Abdul Mahdi berjanji untuk meningkatkan lapangan kerja. Ia juga mengeluarkan instruksi kepada Menteri Perminyakan Irak dan otoritas pemerintah bahwa 50 persen dari staf harus warga Irak dalam kontrak mendatang dengan perusahaan asing.

Tapi, sejauh ini, janji tersebut belum mampu meredakan aksi unjuk rasa. Korban pun terus berjatuhan karena pasukan keamanan menghadapinya dengan kekerasan.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!