NAJAF, MENARA62.COM – Gedung Konsulat Iran kembali menjadi sasaran amuk demontrasi anti-pemerintah Irak yang telah berlangsung marathon selama hampir dua bulan sejak 1 Oktober 2019. Jika pada bulan lalu yang menjadi sasaran serangan dan pembakaran oleh pengunjuk rasa adalah Konsulat Iran di kota suci Syiah Karbala, kali ini di selatan kota Najaf.
“Para saksi mata mengatakan bahwa pengunjuk rasa mengepung konsulat Iran di Najaf kemudian membakar gedung itu atau pagar yang mengelilingiya. Tapi, kami masih menunggu detail lebih lanjut tentang peristiwa itu,” bunyi laporan Mohammed Jamjoom, reporter Al Jazeera di Baghdad, ibukota Irak, Kamis (28/11/2019).
Peristiwa itu berlangsung di tengah kekacauan di Irak terus meningkat, Rabu (27/11/2019) malam. Al Jazeera melukiskannya sebagai ekspresi terkuat dari sentimen anti-Iran oleh demonstran Irak.
Buruknya reputasi pemerintahan Irak pimpinan Perdana Menteri (PM) Adel Abdul Hadi – yang sektarian, korup, serta tak becus mengurus ekonomi dan layanan publik — dinilai demonstran tidak terlepas dari kuatnya pengaruh Iran di dalamnya. Mereka juga menuding Iran berada di balik kendali milisi dan pengerahan penembak jitu (sniper) untuk membubarkan unjuk rasa sehngga jatuh korban jiwa ratusan orang.
Pada persitiwa di Najaf, demonstran mengambil bendera Iran dari gedung konsul dan menggantinya dengan bendera Irak. Staf konsulat Iran melarikan diri dari gedung melalui pintu belakang tanpa terluka.
Otoritas setempat memberlakukan jam malam setelah insiden itu. Seorang pengunjuk rasa tewas dan sedikitnya 35 orang terluka ketika polisi menembakkan peluru tajam untuk mencegah para demonstran memasuki gedung konsulat.
Demonstrasi yang Mematikan
Pasukan keamanan Irak telah menembakkan peluru langsung, gas air mata, dan bom asap hampir setiap hari sejak unjuk rasa pecah. Sedikitnya 350 orang telah tewas dan ribuan lainnya luka-luka dalam gerakan protes akar rumput terbesar dalam sejarah modern Irak. Aksi berpusat di Baghdad dan menyebar ke berbagai kota provinsi.
Pembakaran konsulat Iran terjadi setelah hari-hari menegangkan di Irak selatan, tempat para pemrotes membakar ban. Aksi mereka memotong akses ke jalan-jalan utama di beberapa provinsi.
Di Karbala, juga kembali terjadi bentrokan, mengakibatkan empat pengunjuk rasa tewas oleh tembakan langsung dari pasukan keamanan dalam 24 jam sebelumnya. Sementara seorang pengunjuk rasa meninggal karena luka-luka yang diderita ketika tabung gas air mata menghantamnya dalam bentrokan pada hari sebelumnya.
PM Adel Abdul Mahdi menyatakan keprihatinan atas kekerasan dan korban kerusuhan. “Ada banyak martir di antara demonstran dan pasukan keamanan, banyak yang terluka dan ditangkap … Kami sedang berusaha mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan oleh pasukan keamanan dalam mencoba untuk menghentikan protes,” katanya dalam pertemuan kabinet.