Apalagi yang kita harapkan di dunia ini, jika hidup tanpa cinta. Masih adakah kedamaian tercipta, jika cinta sudah menjadi barang langka? Masih adakah canda-tawa di antara kita, jika cinta tak lagi bersemayam di dada kita?
Hidup ini terasa indah, karena masih ada cinta di antara kita. Hidup ini terasa damai, karena cinta masih tersemai di hati kita. Hidup ini terasa nikmat, karena cinta masih melekat kuat di batin kita.
Dunia ini tercipta karena cinta Sang Pencipta. Kita hadir di muka bumi ini karena buah cinta kedua orang tua kita. Berjuta karya baik berupa buku maupun karya seni lahir di bumi ini karena cinta manusia pada ilmu pengetahuan dan alam sekitarnya. Semua karena cinta. Tanpa cinta hidup ini terasa hampa. Tanpa cinta hanya angkara murka yang akan tercipta.
Nabi Muhammad Saw. dalam salah satu sabdanya pernah mengingatkan, “Tidak sempurna keimanan seseorang dari kalian, sebelum ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri.” (H.R. Al-Buhkari)
Hadis ini menunjukkan bahwa mencintai sesama manusia adalah bagian dari ciri kesempurnaan iman seseorang. Dengan demikian, menjaga serta merawat cinta antarsesama adalah suatu yang niscaya, tidak bisa ditawar-tawar. Karena abai dalam menjaga serta merawat cinta antarsesama, berarti hilangnya kesempurnaan iman seseorang.
Mari kita simak dan saksikan kehidupan kita saat ini. Betapa sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, rasa cinta antarsaudara sedarah dan sekandung hilang berganti dengan pertikaian tak berujung, hanya karena masalah sepele dan remeh. Karena tersinggung dengan ucapan, tidak terima dengan sikap dan tindakan, mengakibatkan putusnya rasa cinta dan persaudaraan. Walhasil, kehidupan keluarga sudah tidak lagi harmonis. Hilang canda-tawa, sirna riang gembira antarsesama saudara.
Betapa banyak kita saksikan, antartetangga saling bermusuhan, tidak hanya berbilang tahun, bahkan hingga antargenerasi, hanya karena salah paham dan kurang komunikasi. Akhirnya, meski tinggal berdekatan, bahkan mungkin berdampingan, tetapi tidak ada lagi kehangatan hubungan antartetangga.
Tidak jarang juga kita dapatkan, antarrekan kerja tak saling tegur sapa karena suatu masalah, yang sebenarnya bisa dibicarakan secara baik-baik dari hati ke hati. Akibatnya, suasana kerja menjadi tidak nyaman, hilang rasa kebersamaan, tak ada lagi keceriaan, yang ada hanya kejenuhan dan kebosanan di tempat kerja.
Jika hidup seperti ini adanya, apa lagi yang kita harapkan? Bukankah tujuan hidup kita adalah meraih kebahagiaan? Bagaimana mungkin bahagia akan hadir, jika hati antarsesama saling menyingkir. Bagaimana mungkin jiwa akan bahagia, jika tak ada lagi tegur sapa di antara kita. Bagaimana batin akan tenang, jika antarsesama tak lagi saling kenal.
Sungguh indah ajaran Nabi, bahwa kita harus saling mencintai. Betapa mulia teladan yang beliau ajarkan, bahwa hidup harus saling menyayangi. Dalam sebuah kesempatan beliau mengatakan, “Bukan termasuk golonganku, orang yang tidak menyayangi orang muda di antara kami dan tidak menghormati yang tua.” (HR. At-Tirmidzi)
Jelas sekali hadis ini menandaskan bahwa saling menyayangi dan menghormati adalah akhlak mulia yang diajarkan Nabi. Menyayangi yang muda dan menghormati yang tua akan melahirkan rasa cinta antarsesama. Ketika hubungan atargenerasi ini terjalin dengan baik, maka kehidupan akan terasa indah. Ketika ikatan emosional antarsesama terjalin erat, maka keharmonisan dalam pergaulan akan tercipta.
Betapa indahnya kebersamaan dalam balutan cinta dan kasih sayang. Betapa mulianya hidup ini jika antarsesama tidak sekadar dekat secara fisik, tetapi juga mengikatkan hati dalam bingkai cinta, kasih sayang dan saling menghormati satu sama lain.
Tugas kita adalah menjaga serta merawat cinta antarsesama. Kewajiban kita adalah memelihara kebersamaan, menguatkan ikatan persaudaraan, serta menjaga keutuhan nilai-nilai kemanusiaan berlandaskan ajaran agama yang bersumber dari wahyu Tuhan dan teladan Nabi.
Ruang Inspirasi, Selasa, 8 Desember 2020.