JAKARTA, MENARA62.COM–Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) merupakan mitra strategis Gubernur DKI Jakarta dalam merumuskan kebijakan bagi pengembangan dan penciptaan kreativitas seni di Ibukota. Pengembangan seni tari merupakan salah satu agenda utama DKJ sejak lama. DKJ melalui Komite Tari berupaya membangun iklim yang inspiratif terhadap penciptaaan dan apresiasi karya seni tari yang bermutu, baik bagi pelaku seni tari maupun masyarakat. Untuk melaksanakan tujuan tersebut, Komite Tari DKJ mengembangkan platform bernama Jakarta Dance Meet Up (JDMU) yang dilakukan secara berkala sejak 2017. Hal itu disampaikan lewat komfrensi pers pada hari ini, Senin (28/08) di Gedung Galeri Cipta III, Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat.
Setelah sukses dengan penyelenggaraan yang pertama, DKJ kembali menggelar perhelatan JDMU edisi kedua pada 30 Agustus 2017 di Gedung Kesenian Jakarta. Pada JDMU berikutnya ini akan tampil komunitas tari dari beragam genre. Para komunitas tari yang terpilih, yaitu Ali Dance Company (koreografer Irfan Setiawan), Chiva Production (Yohanes Christo), Namarina Dance Academy (Andhini Rosawiranti dan Truly Rizki Ananda), Rafa Dance (Enindita Sih Lastyari, Felicia Chitraningtyas) dan Sanggar Tari Cipta Budaya (llham Muji Riyanto). Masing-masing koreografer dari setiap sanggar akan membawakan karya dengan terna yang berbeda.
Semua komunitas terpilih tidak hanya mempresentasikan kreasinya di hadapan penonton, tetapi juga di hadapan dua pengamat, Adinda Luthvianti (Anggota Komite Teater DKJ) dan Jefriandi Usman (koreografer). Setelah tampil, semua komunitas tari ini kemudian akan menyampaikan aspek kreatifitas, estetika hingga manajemen pengelolaan setiap karya keesokan harinya. Pada momen ini, para pengamat akan memberikan evaluasi kepada masing-masing karya secara mendalam dan simultan. Sesi ini akan dilakukan secara bersamaan, sehingga masing-masing kornunitas tari akan saling belajar dari berbagai masukan yang berlangsung.
“Ruang dialog yang dibangun oleh JDMU, semakin menggali pernikiran kami dalam memahami filosofi penciptaan dan ruang eksplorasi seni tari yang akan dikreasikan,” jelas perwakilan Cipta Urban selaku alumni JDMU edisi pertama. Sementara Eki Dance Company menilai bahwa JDMU merupakan wadah yang tepat untuk menyatukan berbagai genre seni tari yang sudah demikian berkembang, khususnya di kota besar seperti Jakarta. “Sudah semestinya seni tari itu jangan dikotak-kotakan, karena dari segi historis seni tari begitu kuat dipengaruhi perkembangan kebudayaan manusia,” ungkap peserta JDMU Iainnya.
Komite Tari DKJ melihat bahwa pengembangan seni tari khususnya di Jakarta tidak bisa dimonopoli oleh satu pihak saja. Memajukan kreatifitas dan apresiasi pada industri tari merupakan tanggung jawab semua pemangku kepentingan yang ada di ibukota tanpa terkecuali. Sehingga perlu adanya kerja bersama yang berkelanjutan untuk terus memberikan wadah seluas-luasnya kepada semua pelaku seni tari yang ingin berkembang.
Karenanya, konsep penyelenggaraan JDMU juga menggandeng langsung para komunitas dan sanggar tari di Jakarta. Keterlibatan mereka sudah dimulai sejak tahap awal persiapan, pembahasan konsep hingga pelaksanaannya. Pelaksanaan JDMU selama tahun 2017 akan melibatkan puluhan kornunitas tari yang bersedia tampil dalam ajang ini. Pada setiap perhelatan JDMU, setiap komunitas yang terpilih akan berbeda pada tiap edisi. Hartati, selaku Ketua Komite Tari DKJ mengungkapkan, “Bagi DKJ, kornunitas tari, sanggar, sekolah tari ClPTA informal, atau grup kecil dengan genre tari apa saja memiliki posisi strategis untuk terus menumbuhkan semangat berkreasi sekaligus berekspresi seni tari di masyarakat.”
Penyelenggaraan JDMU selalu terbuka bagi semua kornunitas, sanggar dan sekolah tari yang ingin bertemu, berkolaborasi dan bersama memajukan tari Indonesia. Sementara masyarakat pencinta seni tari Indonesia dapat menikmati semua penampil yang ada di JDMU secara gratis.