SOLO,MENARA62.COM– Geliat dinamika sekolah daring di masa pandemi Covid-19 tidak menyurutkan MI Muhammadiyah 1 Program Khusus Sukoharjo untuk terus menggenjot ciri khas dan keunggulan, menggalakkan sekolah sehingga masyarakat bisa memilih sesuai dengan kencederungan dan potensinya, Selasa (22/9/2020).
Soal brand, Kepala Madrasah Abdul Rahman Burhani SPdI mengungkapkan, MIM 1 PK mengusung konsep ”PELANGI” yang merupakan akronim dari Penghafal Al Qur’an, Entreprenurship, Literasi, Atlit dan Ngaji.
Humas harus dapat memanfaatkan teknologi informasi yang ada dalam rangka mendukung kegiatan penjenamaan atau branding.
“Pada era Marketing 4.0, penyebaran informasi begitu cepat. Warga sekolah sebagai penggerak. Jejaknya tidak ada yang hilang. Dinamika kunci sebuah kemajuan, tanpa dinamika hanya rutinitas sekolah akan mati dan tenggelam, kegiatan dikuti 8 peserta,” ucap Kepala Sekolah Burhani.
Dengan begitu, tambahnya, madrasah dapat terus memberikan informasi setidak ada tanda-tanda kehidupan. Sekolah harus bisa membaca tanda-tanda zaman. Dampaknya masyarakat luas mengenal, dan semakin mendunia.
Usai sambutan Abdul Rahman Burhani SPdI ,kegiatan dilanjutkan dengan dialog kehumasan menghadirkan praktisi pendidikan humas, yaitu wakil kepala sekolah berkebudayaan unggul SD Muhammadiyah 1 Ketelan Surakarta, Jatmiko.
Menurutnya, pendampingan dan pelatihan kehumasan yang uniknya dengan by Phone untuk mengakses Google Form untuk mendukung sekolah Adiwiyata dengan cara mengurangi kertas.
4 hal pokok yang harus diperhatikan pihak sekolah, meliputi kebijakan berwawasan lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif, dan pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan.
“Komponen menyusun branding madrasah diawali ceklist visi, misi, nilai-nilai inti madrasah, potensi lingkungan (situasi sosial, budaya, kearifan lokal, dukungan sumber daya manusia di sekitar sekolah, dan sumber-sumber pembelajaran yang tersedia). Keunikan (ciri khas) sekolah, keunggulan sekolah, kekuatan sekolah dan potensi bencana,”papar Jatmiko.
Beberapa prinsip kolaborasi. Bekerja dalam team, tidak sendirian, bertempur bersama pasukannya, berkawan dengan media masa, hadapi tantangan internal maupun eksternal, berkomunikasi dengan komite sekolah, dewan pendidikan, lakukan questionaire pada wali murid, aktifitas sekolah yang bersentuhan dengan masyarakat.
“Semua orang bisa jadi humas. Ketika sekolah dibangun secara bersama-sama dengan konsisten, tidak berarti apa-apa, kalau tidak disampaikan ke publik. Agar publik mengetahui jungkir balik madrasah kita dan kami dalam menjaga kualitas layanan pendidikan,”pungkasnya.