“Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.s. Al-‘Ankabut : 20)
Siapakah yang menyurutkan banjir bandang pada masa Nabi Nuh as yang konon ketinggiannya melebihi tingginya puncak gunung? Siapakah yang mengeluarkan Nabi Yunus as dari perut ikan paus? Siapakah yang mendinginkan api yang tengah berkobar hebat, sehingga menyelamatkan Nabi Ibrahim as yang tengah berada di dalamnya? Siapakah yang membelah laut merah, sehingga bisa dilalui oleh Nabi Musa as dan pengikutnya, dan akhirnya selamat dari kejaran Fir’aun? Siapakah yang menyelamatkan Nabi Isa as dari penyaliban dan pembunuhan? Siapakah yang menyelamatkan Nabi Muhammad Saw. beserta sahabat karibnya Abu Bakar ra dari kejaran orang-orang kafir Mekah?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah: Allah. Ya, Allahlah yang telah menyurutkan banjir bandang, mendinginkan api, serta membelah lautan. Allahlah yang telah menyelamatkan Nabi Isa as. Allah pula yang menyelamatkan Nabi Muhammad Saw. bersama sahabat karibnya, Abu Bakar Ash-Ashiddiq ra.
Jika untuk hal-hal yang tampak mustahil dalam pandangan kita saja Allah mampu dan kuasa melakukannya, apalagi hanya sekadar menghadirkan solusi untuk persoalan kita?
Sungguh, betapa bodohnya kita, jika di saat persoalan hidup datang menghadang, kita justru lari dari Sang Maha Pemberi solusi. Sungguh, betapa naifnya kita, jika di saat ujian dan cobaan hidup hadir menghampiri, kita justru menjauh dari Sang Ilahi. Sungguh, alangkah dungunya kita, jika di saat masalah tiba mendera, kita justru menjaga jarak dari Sang Maha Kuasa.
Bagaimana mungkin persoalan kita akan terselesaikan, jika kita tidak melibatkan Allah Sang Maha Pemberi solusi. Mustahil kita bisa menghadapi ujian dan cobaan hidup dengan penuh kesabaran hati dan kelapangan jiwa, jika kita tidak menyandarkan diri kepada Sang Ilahi.
Beragam ujian dan cobaan hidup sengaja Allah hadirkan untuk melihat siapa di antara hamba-Nya yang tetap bersabar dan istiqamah di jalan-Nya.
Para Nabi dan Rasul, juga para sahabat dan salaf al-shalih memberikan teladan kepada kita bagaimana sikap yang seharusnya kita lakukan ketika dihadapkan pada pelbagai persoalan hidup, ketika didera serangkaian ujian dan cobaan, ketika dirundung masalah.
Mereka, manusia-manusia pilihan itu hanya berharap, memohon serta bermunajat kepada Allah agar persoalan yang tengah dihadapi, ujian dan cobaan hidup yang sedang dialami, segera diberikan jalan keluarnya. Di saat yang sama, mereka juga melakukan introspeksi diri (muhasabah) atas segala sikap, tindakan serta perilakunya yang selama ini mereka jalani.
Nabi Adam as tak henti-hentinya bermunajat kepada Allah, mengakui dosa-dosanya sekaligus mememohon ampunan-Nya, atas dosa dan kesalahan yang telah dia lakukan. “Rabbana zhalamna anfusana wa in lam taghfir lana wa tarhamna lanakunanna min al-khasirin”. (Wahai Tuhan kami. Kami telah menzalimi diri kami sendiri. Dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan menyayangi kami, sungguh kami akan menjadi orang-orang yang rugi).
Nabi Yunus as ketika berada di dalam perut ikan paus, beliau menyadari kesalahannya karena meninggalkan umatnya, seraya bermunajat kepada Allah: “La ilaha illa Anta subhanaka inni kuntu min al-zhalimin” (Tidak ada tuhan selain Engkau. Maha suci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk ke dalam golongan orang-orang yang zhalim).
Nabi Muhammad SAW dalam banyak riwayat dijelaskan bahwa beliau tidak pernah melewatkan shalat malam (qiyam al-lail) untuk bermunajat kepada Allah, memohon ampun atas segala dosanya, serta memohon diberikan jalan keluar atas segala persoalan yang tengah dihadapinya.
Inilah contoh sikap yang dilakukan oleh manusia-manusia mulia pilihan Allah. Mereka hanya memohon dan berharap pertolongan kepada Allah, tidak yang lainnya. Karena mereka yakin sepenuh hati bahwa hanya Allahlah Sang Maha Pemberi Solusi.
Ruang Inspirasi, Senin, 27 Juni 2022