JAKARTA, MENARA62.COM – Organisasi relawan Ndaru Nderek Guru melakukam langkah politik dengan adanya pergantian ketua umum pasca pemilu dan pilkada.
Hal ini ditandai dengan diumumkannya Habib Soleh Alatas sebagai Ketua Umum yang baru menggantikan Aditya Yusma sebagai Ketua Umum Periode sebelumnya.
Aditya Yusma, pendiri dan Ketua Umum Relawan Ndaru Nderek Guru Periode 2023-2024, mengklarifikasi kabar mengenai pengunduran dirinya. Menurutnya, ia tidak mengundurkan diri sebagai ketua umum, tetapi diberhentikan berdasarkan keputusan internal organisasi.
“Saya tidak mengundurkan diri sebagai Ketua Umum, tetapi Alhamdulillah saya diberhentikan. Saya menerima keputusan tersebut dengan lapang dada. Sebagai tindak lanjut, saya juga memutuskan untuk mengundurkan diri dari keanggotaan Ndaru sepenuhnya,” ujar Aditya, usai serah terima jabatan ketua umum, di Kantor DPP Nduru Nderek Guru, Jakarta, Jum’at (6/12).
Menurut Aditya, keputusan ini, adalah bentuk ketaatan kepada perintah guru spiritualnya, Maulana Habib Lutfi bin Yahya, yang merupakan sosok sentral di balik pendirian Ndaru.
Pemberhentian terhadap Aditya diduga berkaiatan dengan beda dukungan pasangan pilkada Jakarta. Aditya memilih secara pribadi mendukung pasangan Pramono dan Rano Karno (Doel)
“Perbedaan terjadi dalam dukungan pasangan pilkada Jakarta, saya mendukung pasangan Pramono dan Rano Karno. Padahal dukungan itu adalah pribadi dan sudah dikomunikasikan kepada jajaran pengurus,” jelasnya.
Namun secara gamblang, Aditya mengaku perjalanan bersama Ndaru merupakan bagian penting dari hidupnya. Sebagai pendiri dan inisiator, ia menggambarkan organisasi ini seperti anak yang ia lahirkan, besarkan, dan biayai hingga menjadi besar. Di bawah kepemimpinannya, Ndaru berkembang pesat dengan membangun 30 DPW di tingkat provinsi, lebih dari 100 DPC di kabupaten/kota, hingga memiliki perwakilan di Amerika Serikat.
“Saya mendirikan, menggagas, dan membesarkan Ndaru dari nol. Jadi, wajar jika ada rasa sedih ketika saya harus meninggalkan sesuatu yang telah menjadi bagian hidup saya,” ungkapnya.
Dalam Pilpres 2024, Ndaru menjadi salah satu elemen pendukung pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Aditya menjelaskan bahwa seluruh kegiatan kampanye yang dilakukan Ndaru dibiayai secara mandiri oleh para anggota dan simpatisan, tanpa menerima dana dari Tim Kampanye Nasional (TKN).
“Kami tidak meminta dana dari TKN, dan tidak ada sepeser pun dana yang diberikan. Kami bergerak dengan dana pribadi, berkat dukungan keluarga, dewan pembina, dan simpatisan. Semua ini adalah bentuk cinta kepada guru kami, Maulana Habib Lutfi, yang mendukung pasangan Prabowo-Gibran,” jelasnya.
Kampanye Ndaru yang masif tersebar di berbagai wilayah, mulai dari Jawa, Sumatera, Kalimantan, hingga Papua, dilakukan atas dasar gotong royong dan loyalitas kepada ajaran sang guru.
Aditya mengaku menerima pemberhentian dirinya tanpa pertanyaan, sanggahan, atau pembelaan. Ia menyebut perintah itu datang dari Dewan Pembina Ndaru, yang dikoordinasikan oleh Habib Soleh Alatas.
“Ketika perintah itu datang, saya hanya bisa menjawab sami’na wa atho’na (kami mendengar dan kami patuh). Tidak ada ruang untuk bertanya, apalagi membantah. Ini adalah perintah guru, dan kami wajib tegak lurus,” tegasnya.
Namun, ia juga melihat momen ini sebagai waktu untuk fokus pada keluarga. “Setahun terakhir saya terlalu sibuk dengan Ndaru. Waktu untuk anak-anak dan istri hampir habis. Sekarang, saya ingin kembali ke rumah, menjadi ayah yang hadir, suami yang mendampingi, dan mengejar hobi sederhana seperti berbincang dengan alam,” katanya.
Aditya menutup pernyataannya dengan doa dan harapan agar Ndaru terus berkembang dan memberikan manfaat untuk masyarakat Indonesia. Ia juga menyatakan dukungan tegaknya kepada pasangan Prabowo-Gibran, dengan keyakinan bahwa guru spiritualnya merestui langkah tersebut.
“Ndaru adalah anak saya, dan saya ingin melihatnya terus tumbuh besar. Meski tidak lagi menjadi bagian dari organisasi ini, saya tetap mendoakan yang terbaik. Kepada pasangan Prabowo-Gibran, saya tegak lurus, mengikuti arahan guru kami, Maulana Habib Lutfi,” tambahnya
Siap Menjadi Pengganti Gus Miftah
Disisi lain dalam perjalanan politik, dengan segudang pengalaman termasuk membesarkan organisasi relawan Ndaru Nderek Guru, Aditya dinilai tokoh yang baik dan memiliki peluang untuk posisi di pemerintahan.
Salah satunya, bisa membantu presiden dan menggantikan posisi Gus Miftah yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai utusan khusus Presiden.
Aditya mengaku siap menggantikan Gus Miftah menjadi Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. “ Saya siap menjalankan perintah jika berasal dari Guru saya Habib Lutfi dan menjadi keinginan Presiden Prabowo,” tandasnya.(*)