JAKARTA – Untuk kedua kalinya, Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) menggelar kegiatan Biology Fair. Kegiatan yang berlangsung 25-27 April di Kampus FKIP UHAMKA, Pasar Rebo, Jakarta Timur tersebut terdiri atas berbagai kegiatan yakni Workshop Media Ajar ICT, Olimpiade Biologi bagi siswa SMA/SMK/MA (Olimpus), Seminar dan Workshop Pengenalan Reptil Eksotis di Indonesia dan Penanganan Gigitan Ular Berbisa dan Exibio dan Bazaar di Lapangan Miring FKIP UHAMKA.
Seminar dan Workshop Reptil Eksotis di Indonesia dan Penanganan Gigitan Ular Berbisa menampilkan pembicara dr Tri Maharani, dokter spesialis Biomedik yang juga Kepala Instalasi Gawat Darurat RS Dungus, Madiun Jawa Timur. Kegiatan yang digelar di aula Ahmad Dahlan, 27 Aril 2018 tersebut diikuti peserta dari berbagai kalangan termasuk akademisi dan mahasiswa.
Dalam sambutannya, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dr. Desvian Bandarsyah, M.Pd meminta agar mahasiswa dan dosen untuk berkolaborasi bersama terutama dalam hal penelitian.
“Kami mendorong dosen biologi melakukan riset bersama dengan mahasiswa. tentunya riset bermutu dan bermanfaat,” katanya.
Tri Maharani selama ini dikenal sebagai dokter yang menguasai management snake bite. Karena itu dalam kegiatan 2nd Biology Fair UHAMKA 2018, ia berbagi ilmu dan pengalaman bagaimana menghadapi ular berbisa,termasuk mengatasi gigitannya.
Menurutnya, penanganan yang benar terhadap kasus gigitan ular berbisa bisa menyelamatkan seseorang dari kematian. Sayangnya, banyak masyarakat yang tidak paham bagaimana menangani gigitan ular berbisa yang kadang hanya memiliki waktu sekian menit untuk terbebas dari bisa mematikan.
Tri mengingatkan menghadapi binatang ular, kuncinya adalah tetap tenang. Ular akan menggigit jika merasa terganggu dan terkejut. Tetapi sepanjang tidak ada kondisi keduanya, ular akan takut pada manusia.
Untuk mengatasi gigitan ular, pertolongan pertama yang bisa dilakukan terhadap korban adalah membebat luka dan seminim mungkin menggerakkan tangan atau kaki korban. Setelah itu tentu harus segera dibawa ke layanan kesehatan seperti puskemas atau rumah sakit untuk mendapatkan serum anti bisa ular.
“Terkadang orang menghisap bekas luka gigitan ular dan menyedot darah korban. Ini tindakan yang salah. Karena yang terjadi malah mempercepat aliran bisa ular ke otak dan jantung,” katanya.
Tri menjelaskan bahwa ular sangat suka hidup ditumpukan kayu, batu-batu dan daerah lembab. Karena itu jika tidak ingin didekati ular, sebaiknya disekitar rumah tidak ada tumpukan kayu dan batu serta usahakan tidak lembab.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Biology Fair ke-2 Agus Pambudi Dharma Pambudi M. Si mengatakan kegiatan Bioloy Fair merupakan salah satu kegiatan promosi yang dilakukan untuk mengenalkan prodi Biologi kepada siswa SMA di Jabodetabek.
Dengan mengambil fokus bahasan berupa bisa ular, kegiatan Biology Fair diharapkan akan jauh lebih menarik dan berwarna. Mengingat ular adalah jenis binatang reptil yang mudah dijumpai dimana saja terutama di daerah-daerah pedesaan.
“Melalui seminar ini tentu kami ingin menambah pengetahuan dan wawasan mengenai reptil dan penanganan gigitan ular berbisa bagi peserta dan mahasiswa biologi,” tutup Agus.