JAKARTA, MENARA62.COM – Penguatan ekosistem sains dan teknologi (saintek) nasional untuk mendorong Indonesia menjadi lumbung ilmu pengetahuan di kancah global menjadi prioritas program yang akan dilaksanakan Direktorat Jenderal Sains dan Teknologi Kemdiktisaintek tahun 2025. Untuk mewujudkannya, Kemendiktisaintek melalui Ditjen Sains daan Teknologi membentuk tiga direktorat teknis, yakni Direktorat Bina Talenta Sains dan Teknologi, Direktorat Strategi dan Sistem Pembelajaran Transformatif, juga Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi.
“Tiga direktorat ini yang akan banyak mendorong program – program yang bisa berdaya guna dan bisa berdampak untuk masyarakat. Bagaimana program – program yang akan digulirkan kedepannya dan ada yang sudah teradopsi dari Kemendikbudristek sebelumnya lalu kita transformasikan kedalam Dirjen Saintek,” ungkap Sesditjen Sains dan Teknologi Kemendiktisantek, Samsuri dalam Coffee Morning with Media pada Selasa (18/2/2025).
Ia menjelaskan bahwa potensi Indonesia sendiri sangat kaya, baik dilihat dari keanekaragaman hayati, sumber daya mineral, hingga budaya. Sayangnya, sains dan teknologi terkesan kurang membumi karena identik dengan keilmuan yang dianggap hanya diakses oleh ilmuwan dan akademisi.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Diseminasi dan Pemanfaatan Sains dan Teknologi, Kemdiktisaintek, Yudi Darma menjelaskan, sains dan teknologi perlu didekatkan kepada khalayak luas untuk membentuk masyarakat ilmu pengetahuan (citizen-based science). Hal ini penting untuk menghindarkan masyarakat dari berbagai fenomena sosial, seperti penyebaran hoaks, kasus judi online, dan pinjaman online.
Ada beberapa arah kebijakan yang akan diikuti dan dikembangkan, Direktorat ini ingin mewujudkan masyarakat yg sangat dekat dengan saintek, menjaga dan mengembangkan saintek yg sudah ada di masyarakat, lalu terakhir peran dan saintek dalam pencapaian pembangunan berkelanjutan.
“Jadi masyarakat yang benar – benar dekat dan menjadikan ilmu sains itu budaya kesehariannya sudah berlandaskan pada sains, jadi mereka akan bersikap, bertindak dan mengambil keputusan based on saintek,” jelasnya.
Oleh sebab itu, program yang disusun adalah untuk diseminasi dan pemanfaatan saintek. Kaarena ketika pemanfaatan saintek semakin besar, menurut Yudi, maka harapannya sains akan membudaya, bahkan mampu tumbuhnya ekonomi yang mampu meningkatkan ekonomi masyarakat melalui implementasi saintek, kemudian terciptanya masyarakat yang berbasis pada ilmu pengetahuan citizen-based science dan terciptanya ekosistem saintek yang inklusif dan berkelanjutan itulah yang menjadi harapan kita kedepannya nanti.
Pada ranah diseminasi saintek, Yudi memaparkan pihaknya akan memberdayakan berbagai asosiasi untuk melakukan diplomasi sains. Strategi yang dilakukan tidak sebatas memamerkan produk atau inovasi saintek, tetapi juga menggabungkan saintek dengan seni agar lebih mudah diterima dan dipahami oleh berbagai kalangan masyarakat. Yudi menyebut, program ini nantinya akan dinamai rapsodi saintek dan seni.
Sedangkan pada pemanfaatan saintek, program yang akan digarap adalah pengembangan living lab yang diartikan sebagai ekosistem hidup berbasis sains dan teknologi. Guru Besar dari Institut Teknologi Bandung (ITB) itu menjelaskan, selama ini kesenjangan pengetahuan terjadi karena sebagian besar penelitian berada di laboratorium tertutup yang terbatas aksesnya. Melalui living lab, proses penelitian dikembangkan di tengah masyarakat dengan berlandaskan pada kolaborasi dan ko-kreasi sehingga pengembangan saintek akan berbasis pada potensi lokal. Lebih lanjut, living lab juga akan membentuk sebuah rantai ekonomi yang bertujuan untuk menyejahterakan komunitas.
Pendanaan Riset LPDP
Selain program yang baru akan dilaksanakan di tahun 2025, Direktorat Diseminasi dan Pemanfaatan Saintek juga mengelola program riset pendanaan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang sedang berjalan. Program tersebut merupakan kelanjutan dari Program Ekosistem Kemitraan yang sebelumnya dilakukan oleh Konsorsium Perguruan Tinggi Penyelenggara Pendidikan Vokasi (PTPPV) di 27 provinsi pada tahun 2023-2024.
“Program lanjutan ini disebut dengan Program Berdikari, yaitu fokus pada riset berbasis potensi daerah untuk peningkatan ekonomi komunitas berdasarkan hasil dari pemetaan di tahun sebelumnya yang sudah disetujui oleh Pemerintah Daerah. Luaran dari program ini adalah berupa teknologi tepat guna,” ucapnya.
Skema Program Berdikari meliputi Ekonomi, Mandiri, Sejahtera (EMAS) yang berfokus pada pengembangan riset guna menghasilkan produk saintek yang dimanfaatkan untuk meningkatkan ekonomi komunitas melalui potensi lokal. Besaran pendanaan per riset ada pada rentang Rp100 juta s.d. maksimal Rp500 juta. Skema berikutnya adalah Berdaya Saing, Efektif, Berkelanjutan (BERLIAN) yang berfokus pada kontribusi riset terapan untuk rantai pasok dan peningkatan daya saing industri dalam negeri. Besaran pendanaan per riset maksimal Rp700 juta.
Total pendanaan Program Berdikari tahun ini dari LPDP adalah Rp40 miliar yang sudah disalurkan ke 100 tim periset pada Desember 2024 lalu. Pendanaan dari LPDP memungkinkan program dilaksanakan lintas tahun, dan baru akan berakhir pada Desember 2026. Contoh gambaran Program Berdikari adalah riset terintegrasi yang dilakukan oleh Konsorsium PTPPV Jawa Timur oleh Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS). Melalui lima judul riset, Konsorsium PTPPV Jawa Timur ingin meningkatkan produktivitas peternakan sapi di Kecamatan Pudak, Ponorogo, Jawa Timur. Ragam riset dari mulai optimalisasi ternak hingga pengolahan limbah adalah sebagai berikut:
D-COWs-Reog: Otomatisasi kandang dengan sistem informasi terpadu untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas peternakan sapi perah;
SMART-UHT: Pemanfaatan IoT untuk otomatisasi produksi susu UHT guna meningkatkan efisiensi, kualitas, dan daya saing ekonomi lokal;
POROS-PJU: Smart Penerangan Jalan Berbasis IoT untuk Efisiensi Energi;
CREATE e-ATV: Solusi Ekosistem Elektrifikasi Transportasi pada Mobilisasi Hasil Susu dan Limbah Peternak Sapi Perah;
WAROK-GREEN: Optimasi Produksi Biogas dari Limbah Kotoran Sapi untuk Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat.
“Dari judul riset yang didanai, sektor agro cukup mendominasi, baik di agrokreatif maupun agroteknologi. Kami sangat berharap bantuan kerja sama media sebagai stakeholder paling penting untuk menyebarkan pemanfaatan saintek kepada masyarakat. Semoga berbagai terobosan ini dapat meningkatkan ekosistem saintek hingga membentuk masyarakat Indonesia yang berbasis pada ilmu pengetahuan,” tutup Yudi.