JAKARTA, MENARA62.COM – Upaya melestarikan budaya berkebaya di Indonesia, Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) gagas penyelenggaraan Kongres Berkebaya Nasional (KBN). Kegiatan yang rencananya digelar pada 21-22 Desember 2020 tersebut akan melibatkan berbagai komunitas berkebaya, wakil organisasi baik organisasi politik, organisasi sosial, organisasi profesi maupun akademisi dan masyarakat umum.
“Ini akan menjadi pertemuan besar yang mendiskusikan dan mengambil keputusan tentang perlestarian kebaya sebagai elemen budaya Indonesia,” kata Ketua Penyelenggara Lana T Koentjoro, dalam keterangan persnya, Selasa (10/11/2020).
Menurutnya, kebaya sebagai busana nasional Indonesia merupakan warisan para leluhur. Sejak dahulu kebaya dipakai oleh banyak perempuan Indonesia yang tersebar di banyak daerah di seluruh Indonesia. Kebaya mengandung filosofi mendalam dengan nilai sejarah yang tinggi. Kehadirannya di berbagai wilayah Indonesia menjadikan kebaya sebagai salah satu alat pemersatu bangsa.
Saat ini kebaya kembali mendapat perhatian masyarakat dan pemerintah seiring tumbuhnya kesadaran mengenai kekayaan budaya Indonesia. Hal ini ditandai dengan maraknya kemunculan berbagai komunitas perempuan yang bertujuan mengangkat kembali kebaya sebagai busana tradisional kebanggan Indonesia, yang dapat digunakan di dalam setiap aktivitas sehari-hari.
Adapun tujuan digelarnya Kongres Berkebaya Nasional adalah untuk memperkuat gerakan pelestarian budaya khususnya busana tradisional Indonesia, melalui pengenalan dan ajakan menggunakan kebaya kepada generasi muda. Selain itu, untuk mendapatkan pengakuan dunia (UNESCO), dengan cara mendaftarkan kebaya sebagai warisan tak benda asal Indonesia.
“Kita juga ingin mendorong pemerintah untuk menetapkan Hari Berkebaya Nasional sehingga tahap berikutnya dapat merancang program pemberdayaan masyarakat melalui produksi dan pemasaran kebaya,” tegas Lana.
Rahmi Hidayati, Ketua Gerakan Wanita Berkebaya Indonesia mengatakan kebaya saat ini sudah dimodifikasi sedemikian rupa, sehingga bisa digunakan untuk berbagai aktivitas. Mulai dari aktivitas di rumah, kerja kantoran, naik sepeda, traveling, mendayung bahkan naik gunung.
“Jangan merasa dibuat ribet atau repot sama kebaya. Modelnya bisa dimodifikasi dan bisa untuk semua aktivitas,” katanya.
Kongres Berkebaya Nasional mendapat dukungan dari Kemenko Pembangunan Manusia & Kebudayaan , Kementrian Pendidikan & Kebudayaan, Kementrian Koperasi & UKM, Kementrian Komunikasi dan Informatika. Diperkirakan 1.000 orang akan ambil bagian dalam kegiatan tersebut termasuk peserta dari luar negeri.
Selama dua hari tersebut akan diisi dengan diskusi oleh narasumber membahas antara lain Kebaya dari masa ke masa, aspek ekonomi kebaya, aspek psikologis kebaya serta aspek politik kebaya. Dan pada hari ke dua diisi dengan topik memperkenalkan kebaya ke dunia serta penetapan masa depan kebaya sebagai warisan budaya Indonesia.
“Jika India dikenal dengan kain sarinya, lalu Jepang dengan kimononya, mengapa tidak dengan kebaya? Bisa saja nanti kebaya dikenal di dunia sebagai pakaian tradisional Indonesia,” tukas Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan Kemenko PMK Nyoman Shuida