YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Duta Besar Republik Indonesia untuk Australia, Drs Yohanes Kristanto Soeryo Legowo mengisi kuliah umum di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Rabu (11/12/2019). Kuliah umum yang mengangkat tema ‘70 Tahun Hubungan Indonesia-Australia,’ dilaksanakan di Kampus 3 Jalan Janturan Yogyakarta.
Dijelaskan Yohanes, Australia harus dipandang sebagai aset bagi Indonesia untuk menerapkan politik luar negeri. Ada empat keuntungan yang bisa dipetik hubungan Indonesia dan Australia, terutama keberadaan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Pertama, untuk menjaga kedaulatan dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kedua, perlindungan bagi Warga Negara Indonesia (WNI) di Australia. Saat ini ada 80 ribu warga Indonesia yang berada di Australia. “Sebanyak 70 persen merupakan pelajar dan mahasiswa. Bahkan ada WNI yang menjadi kontraktor di sana. Ketika mereka mengalami masalah kita beri perlindungan, tetapi bukan memutihkan kasus,” kata Yohanes.
Ketiga, peningkatan diplomasi ekonomi yang berupaya menggarap pasar non tradisional; mendorong keterlibatan Badan Usaha Milik Negara (BUMN); dan penguatan infrastruktur kerjasama ekonomi. Perdagangan bukan semata-mata mengejar surplus. Saat ini, Indonesia menjadi jadi pasar gandum Australia.
“Gandum yang diimpor dari Australia terus diolah menjadi mie instan untuk diexport. Sehingga Indonesia mendapatkan nilai tambah dari pengolahan gandum. Demikian pula penyediaan daging sapi. Sekarang tidak lagi daging diimpor dari Australia, tetapi sudah dilakukan penggemukan sapi Australia di Indonesia. Sehingga dagingnya dijamin halal,” kata Yohanes.
Bahkan Australia juga memberikan visa working holiday bagi WNI. Visa ini banyak dimanfaatkan mahasiswa untuk mendapatkan pekerjaan. Lapangan kerjanya pertanian, hospitality, dan pertambangan. “Ini sekaligus memberi pengalaman kerja dan mendapat uang bagi mahasiswa,” katanya.
Keempat, berkontribusi bagi dunia. Kerjasama Indonesia – Australia ini dapat memberikan kontribusi bagi maritim, pluralisme dan toleransi, demokrasi, dan perdamaian dunia.
Sementara Rektor UAD, Dr Muchlas MT mengatakan hubungan Republik Indonesia dan Australia ibarat dua sahabat yang merasa ‘benci tapi rindu.’ Rektor berharap ke depan, hubungan UAD dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Australia lebih akrab. Terutama KBRI Australia telah memfasilitasi dan pengurusan izin pendirian sekolah Muhammadiyah yang menempati tanah 10 hektare di Melbourne, Australia.
Selain itu, Australia juga merupakan negara tempat dosen-dosen UAD untuk menyelesaikan gelar doktornya. “Saat ini ada 10 dosen UAD yang memperoleh PhD dari kampus-kampus Australia,” kata Muchlas.