YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Rektor Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Prof Dr Muchlas MT mengungkapkan selama empat tahun terakhir tiga fakultas di UAD mengalami penurunan jumlah mahasiswa baru. Ketiga fakultas adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Fakultas Sain dan Teknologi Terapan, dan Fakultas Agama Islam.
Rektor UAD mengemukakan hal tersebub pada Breakfast Seminar Leadership and Management Development Program (LMDP), Indonesian Higher Education Leadership (iHiLead) Erasmus+ di Kampus 4 UAD Yogyakarta, Jumat (27/10/2023). Selain Rektor UAD, Prof Dr Muchlas MT, seminar ini juga menghadirkan pembicara Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) Prof Fathul Wahid ST, MSc, PhD, yang juga Rektor Universitas Islam Indonesia (UII); dan Pelaksana Tugas Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah V, Prof drh Aris Junaidi PhD.
Lebih lanjut Prof Muchlas mengatakan UAD memiliki 11 Fakultas dan menghimpun 57 Program Studi (Prodi). “Berdasarkan penelusuran data, ternyata kami menemukan tiga fakultas yang mengalami penurunan drastis yaitu FKIP, Fakultas Sains dan Teknologi Terapan, dan Fakulas Agama Islam,” kata Muchlas.
Penurunannya, kata Muchlas, sudah terasa empat atau lima tahun yang lalu. Saat ini, FKIP menurut Undang-Undang Guru dan Dosen, seorang guru harus memiliki sertifikat pendidik. Untuk mendapatkan sertifikasi harus menempuh pendidikan Program Profesi Guru.
“Karena yang memberikan tunjangan pemerintah, maka Program Profesi Guru dikuota pemerintah, biaya diatur pemerintah dan lain-lain. Sehingga peraturan ini membuat kita tidak bisa membuat program single track, S1 Pendidikan Profesi. Di UAD, FKIP itu 61 persen penurunannya. Jadi separoh lebih mahasiswa baru FKIP kami turun selama empat tahun terakhir,” kata Muchlas.
Penurunan jumlah mahasiswa baru yang sama juga dialami di Fakultas Sains dan Teknologi Terapan, dan Fakulas Agama Islam. “Jadi goncangan dari tiga fakultas ini berpengaruh terhadap finansial UAD. Jadi tiga fakultas ini dampaknya luar biasa terhadap UAD,” kata Muchlas.
Sedang Ketua Aptisi DIY, Prof Fathul Wahid mengatakan Perguruan Tinggi Swasta Daerah Istimewa Yogyakarta (PTS DIY) menghendaki Penerimaan Mahasiswa Baru Perguruan Tinggi Negeri (PMB PTN) ditutup akhir Juli. Hal ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan PTS agar mendapatkan mahasiswa baru lebih banyak.
Hal tersebut, kata Fathul, berdasarkan hasil survei terhadap 40 PTS yang dilakukan 9-10 Oktober 2023. Survei dilaksanakan dengan pengisian kuesioner bersifat sukarela. Sebanyak 40 PTS tersebut memiliki 372 program studi (Prodi), 135.210 mahasiswa aktif, 4.549 dosen, dan 29.184 mahasiswa baru.
Keterisian kursi atau kuota tahun 2023, kata Fathul, 19,5 persen menjawab ‘Tahun Lalu Jauh Lebih Tinggi’ dibandingkan tahun ini. Kemudian sebanyak 29,3 persen menjawab ‘Tahun Lalu Lebih Tinggi’ dibandingkan tahun ini. Sebanyak 24,4 persen menjawab ‘Tahun Lalu Mirip/Sama’ dengan tahun ini.
“Tetapi ada juga PTS yang mengalami peningkatan mahasiswa baru sebesar 24,4 persen. Sisanya, menjawab ‘Tahun Lalu Jauh Lebih Rendah’ dibandingkan tahun ini,” kata Fathul.
Sementara Rektor Universitas Alma Ata (UAA) Yogyakarta, Prof Dr Hamam Hadi MS ScD mengatakan pemerintah seharusnya mendorong perguruan tinggi negeri (PTN) masuk ke World Class University. Bukan memperbanyak kuota mahasiswa Strata Satu (S1) dan Diploma, sedang Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana begitu-begitu saja.
Menurut Prof Hamam Hadi pemerintah yang mendorong PTN BH memperbanyak kuota mahasiswa Strata Satu (S1) dan Diploma membuat PTS mengalami penurunan jumlah mahasiswa baru. Penurunan mahasiswa baru ini tidak hanya dialami PTS di wilayah DIY dan Jawa Tengah, tetapi seluruh wilayah Indonesia.
“Padahal Pemerintah Indonesia masih memiliki masalah besar dalam meningkatkan kualitas perguruan tinggi. Saat ini, perguruan tinggi Indonesia masih kalah jauh daya saingnya dengan universitas-universitas di Asia,” kata Hamam. (*)