27.3 C
Jakarta

Enam Juta Penduduk Indonesia Alami Gangguan Penglihatan

Baca Juga:

JAKARTA – Sekitar 6 juta penduduk Indonesia saat ini mengalami gangguan penglihatan. Dari jumlah tersebut 1,3 juta diantaranya mengalami buta.

Penyebabnya kata dr Aldiana Hakim, Wakil Komite Mata Nasional didominasi oleh penyakit katarak.

“Sebanyak 81 persen karena katarak. Suatu gangguan yang sulit dihindari seiring bertambahnya usia,” kata Aldiana ditengah temu media Hari Penglihatan Sedunia 2018, Selasa (2/10).

Selain katarak, dari hasil survei kebutaan Rapid Assesment of Avoidable Blindness atau RAAB 2014-2016 di 15 propinsi menunjukkan kebutaan juga dipicu oleh kasus kelainan segmen posterior non RD 5,8 persen, kekeruhan kornea non trachoma 2,8 persen, kelainan bola mata abnormal 2,7 persen, glukoma 2,5 persen dan kelainan refraksi 1,7 persen.

Sedang prevalensi gangguan penglihatan menurut hasil Rskesdas 2013 menunjukka 0,4 persen penduduk Indonesia mengalami kebutaan/gangguan penglihatan. Sebanyak 80 persen kasus kebutaan tersebut bisa dicegah bahkan diobati.

Gangguan penglihatan dengan penyebab lain seperti glaukoma, retinopati diabetikum, retinopathy of prematury (ROP) dan low vision lanjut Aldiana kini menjadi salah satu fokus prioritas program penanggulangan gangguan penglihatan di Indonesia. Mengingat penyandang diabetes terus meningkat dimana 1 dari 3 penderita diabetes berisiko terkena retinopati diabetikum dan pasien dengan diabetes memiliki risiko 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan.

Kasus kebutaan dengan faktor pemicu katarak, tentu sebagian besar dijumpai pada penduduk lansia. Tetapi saat ini, gangguan penglihatan juga mulai meningkat dikalangan anak-anak. Survey terhadap siswa SMP, sebanyak 20 persen mengalami gangguan penglihatan.

“Belum diketahui mengapa kasus gangguan penglihatan pada anak cenderung meningkat. Anak-anak dengan kaca mata minus semakin banyak,” kata dr M Sidik SpM, Ketua Persatuan Dokter Mata.

Peningkatan kasus gangguan penglihatan pada anak diduga ada kaitannya dengan penggunaan gawai secara berlebihan. Sebab melihat dengan jarak yang sangat dekat dalam waktu lama, apalagi dengan paparan cahaya kuat seperti gawai, akan membuat mata kelelahan.

Pada kasus penggunaan gawai dengan cahaya tunggal (cahaya gawai dijadikan sumber utama penerangan), gangguan mata bahkan akan lebih cepat terjadi. Sebab cahaya yang dipancarkan gawai bersifat tajam dan itu akan menimbulkan kelelahan pada syaraf mata. Kelelahan pada mata yang berlangsung terus menerus akan memicu gangguan penglihatan yang bersifat permanen.

Upaya mengatasi kasus gangguan penglihatan, Dirjen Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Kemenkes Anung Sugihantono mengatakan Kemenkes segera melaunching sistem informasi penanggulangan gangguan penglihatan (SIGALIH) yang akan dilakukan 11 Oktober 2018 di Kota Surabaya. Sistem SIGALIH ini merupakan sistem informasi berbasis wb/android untuk melaporkan pencatatan dan pelaporan skrining gangguan penglihatan masyarakat yang melakukan deteksi dini di Posbindu.

“Sistem ini nantinya terhubung dengan rumah sakit sehingga akan dapat ditindaklanjuti terhadap pasien yang telah dirujuk,” tutup Anung.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!