Es kopi Jepang. Memang bukan kopi berasal dari Jepang. Namun, sejauh-jauh burung terbang, kata pepatah kembalinya ke sarangnya juga. Begitu pun saya. Setelah empat hari melawat ke Padangsidempuan, Tapanuli Selatan, akhirnya kembali ke rumah juga di kawasan Kelapa Gading, Jakarta Utara.
Dua dari lima jenis produk Tabo Coffee yang sempat ditenteng dari Sipirok, langsung diujicoba dengan teknik seduhan khas Barista Senior Bank Indonesia. Seduhan itu, menggunakan aseupan bambu berukuran mini dengan penyajian ala Jepang. Caranya, dengan pendinginan supercepat menggunakan es batu.
Teknik penyajian ala Jepang itu, digunakan untuk ‘memancing’ rasa manis pada biji kopi itu keluar. Hasilnya, Kopi Arabica Sipirok yang wangi dan manis alami dan menyegarkan, segera menggoda.
Teknik Japanese style itu saya peroleh dari seorang barista di sebuah cafe terkenal di Jogja, dua tahun silam. Seduhan itu sangat membantu memulihkan kondisi badan yang sedang lelah, setelah melakukan perjalanan panjang. Saya biasa mengonsumsinya saat menyetir mobil dari Jakarta ke Jawa Tengah atau ke Jogja.
Sabtu pagi kemarin, saya meninggalkan Hotel Natama di Padangsidempuan pukul 10:00 waktu setempat. Dua jam kemudian sampailah di Bandara Pinang Sori di Sibolga. Seharusnya, dijadwal pukul 12:30 sudah boarding menaiki pesawat ATR Wings Air menuju Bandara Kuala Namu di Deli Serdang. Namun, seperti biasa, pesawat baru datang 1,5 jam kemudian.
Tiba di Bandara Kuala Namu, saya tidak sempat menikmati kopi susu khas Medan Lim Kok Tong. Pasalnya, petugas darat Lion Air sudah memanggil penumpang transit untuk memasuki pesawat.
Enam jam tanpa ngopi akhirnya terbayar di rumah. Es kopi asli dengan citarasa harum dan manis alami.