Jakarta, Menara62.com – Razan Al Najjar adalah seorang tenaga medis yang berasal dari Kementerian Kesehatan Palestina.
Sehari-hari ia menangani pasien luka akibat serangan tentara Israel. Razan yang berumur 21 tahun merupakan relawan bagi negerinya dengan memberikan pertolongan medis kepada demonstran yang terluka di perbatasan Gaza, Palestina, Jumat (1/6/2018).
Rentetan serangan roket dan mortir yang dihujamkan tentara Israel ke wilayah Palestina seolah tak menyurutkan semangat Razan dalam menolong korban.
Hingga akhirnya Najar menjadi korban tewas ke-119 dari pihak Palestina di Jalur Gaza. Tentara Israel dituduh telah melanggar Konvensi Internasional.
Sesuai Konvensi Jenewa pada 1949, paramedis mendapat perlindungan ketika ketika berusaha menyelamatkan mereka yang terluka dalam konflik serta harus mendapat perlindungan khusus.
Fakta Baru
Razan dimakamkan pada hari Sabtu, 2 Juni 2018 dan pemakamannya dihadiri ribuan orang. Mulai dari warga sipil, keluarga dan kerabat juga rekan-rekan relawan medis yang turut berjuang bersama Razan saat hidupnya.
Kematian Razan juga meninggalkan kesedihan bagi banyak orang. Ayah dan ibu Najjar membawa seragam medis berlumuran darah yang dia kenakan saat tertembak.
“Dia sering pulang dengan pakaian putih yang berubah jadi merah. Itu darah para korban yang dia tolong hari itu. Tapi merah kali ini adalah darahnya sendiri,” kata Ashraf, ayah Najjar.
Sementara itu, dilansri dari Middleeasteye, ibunda Najjar, Sabreen mengungkap fakta baru mengenai kematian putrinya. “Mereka (pasukan Israel) tahun Najjar. Mereka tahu dia adalah paramedis yang bertugas sejak 30 Maret,”
“Peluru itu bukan peluru acak. Israel memang menargetkan Najjar dan itu peluru ledak langsung ditembak ke dadanya, itu ulah para penembak jitu Israel,” ujar Sabreen.
Sabreen menduga Rayyan ditargetkan karena pada bulan Mei menjadi sosok yang diwawanarai majalah Time serta melakukan wawancara yang tersebar di media sosial tentang kejahatan tentara Israel yang sebelumnya juga menembak mati paramedis.