SOLO, MENARA62.COM – Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) mencatat prestasi membanggakan di panggung internasional dengan resmi menggandeng Nihon Pharmaceutical University (NPU), salah satu institusi farmasi terkemuka di Jepang, untuk menjalin kemitraan strategis di bidang pendidikan dan riset.
Dekan Fakultas Farmasi UMS, Prof. apt. Erindyah Retno Wikantyasning, Ph.D., yang memimpin delegasi, menyebut kerja sama ini sebagai “tiket emas” menuju panggung akademik dunia.
“Jepang adalah pusat inovasi farmasi dunia. Kami ingin mahasiswa dan dosen UMS bisa langsung belajar dan berkolaborasi di jantung kemajuan itu,” ujar Erindyah saat ditemui pada Jumat (8/8).
Kerja sama ini mencakup bidang Tri Dharma Perguruan Tinggi: pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Dekan menerangkan, nantinya mahasiswa S1, S2, hingga S3 UMS berpeluang mengikuti magang, riset, dan pertukaran akademik di NPU maupun Josai University.
Pemilihan NPU bukan tanpa alasan. Kampus ini dikenal memiliki rekam jejak akademik yang solid dan fasilitas riset berstandar global. Rekomendasi langsung datang dari Presiden Asian Association of Schools of Pharmacy (AASP), Dr. Daryono Hadi Tjahjono, yang juga membuka akses bagi kampus-kampus Indonesia untuk menjalin kemitraan internasional.
Dalam rombongan APTFI, sebanyak 25 perguruan tinggi farmasi Indonesia ikut serta menandatangani kesepakatan serupa. Namun, UMS menjadi salah satu yang menonjol berkat kesiapan akademik dan reputasinya di kancah nasional maupun internasional.
“Tahap awal kerja sama akan difokuskan pada program visiting professor dan joint supervision untuk mahasiswa pascasarjana,” jelas Dekan Fakultas Farmasi itu.
Dalam jangka panjang, UMS menargetkan peningkatan publikasi internasional serta riset kolaboratif yang bisa menjawab tantangan industri farmasi global.
Selain penandatanganan MoU, delegasi UMS juga tampil aktif di International Conference AASP 2025 di Jepang. Mereka mempresentasikan hasil penelitian sekaligus menjalin komunikasi intens dengan akademisi dari berbagai negara.
Kunjungan ke laboratorium riset NPU dan Josai University menjadi agenda penting lainnya. Delegasi melihat langsung penerapan teknologi mutakhir yang dapat diadopsi untuk penguatan kualitas riset dan pendidikan farmasi di Indonesia.
Erindyah menegaskan, kemitraan ini selaras dengan visi besar UMS sebagai universitas berdaya saing internasional.
“Kami tidak hanya ingin menjadi penonton di arena global, tapi menjadi pemain aktif yang kontribusinya diakui,” tegasnya.
Kerja sama ini juga diharapkan membawa dampak luas bagi pengembangan pendidikan farmasi nasional, dari peningkatan kualitas dosen hingga lahirnya lulusan yang siap bersaing di tingkat dunia.
“Ini bukan hanya prestasi Fakultas Farmasi UMS, tetapi juga kontribusi nyata bagi kemajuan pendidikan farmasi Indonesia,” pungkas Erindyah.
Kesepakatan tersebut dituangkan dalam penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pada kunjungan resmi rombongan Asosiasi Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia (APTFI) ke Jepang, 30 Juli–6 Agustus 2025. Langkah ini menjadi bagian dari upaya serius UMS memperkuat reputasi dan jejaring globalnya. (*)
