Menara62.com, Jakarta – Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) diyakini membuat sebagian anak mengalami tekanan psikologi karena mereka dihadapkan pada kekerasan di rumah. Penyebabnya adalah karena orang tua yang ikut tertekan ketika mendampingi anak-anak saat pembelajaran online.
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi mengungkapkan data lembaganya menunjukkan 13 persen anak Indonesia yang mengikuti pembelajaran online mengalami depresi. Menurutnya, depresi anak itu berawal dari kekerasan di rumah karena orang tua yang tidak mampu membawa suasana menyenangkan dalam mendampingi anak belajar.
“Pembelajaran online ini harusnya membawa suasana menyenangkan bagi anak, jangan sampai orang tua marah-marah,” kata Seto Mulyadi saat launching Olimpyakids Festival Generasi Emas Indonesia di Jakarta, Kamis (17/12).
Ditambahkannya, pada dasarnya anak senang belajar online, hanya saja kondisi psikologi anak yang penuh dengan tekanan, maka anak pun kesulitan menerima materi pembelajaran.
“Belajar yang efektif adalah belajar yang jauh dari tekanan, serta menyenangkan,” kata pria yang sempat viral soal rambutnya tersebut.
Olympiakids adalah wahana pembelajaran efektif yang berlangsung secara online mulai 18 hingga 20 Desember 2020 mulai pukul 08.00 hingga 16.00 WIB. Program ini kerja sama antara Olimpiakids dengan NU Circle yang mendapat dukungan dari Pemerintah, seperti Kementerian Koordinasi PMK, Kementerian BUMN dan beberapa Lembaga lainnya. Masyarakat bisa mengakses laman olimpyakids dan juga menyaksikan video di akun-akun media sosial.
Founder Olimpyakids Douglas Kertapati menegaskan Olimpyakids adalah wadah pembelajaran interaktif yang sudah dirancang 10 tahun. Menurutnya, gap pendidikan di Indonesia sangat jauh sampai ke pelosok.
“Kita melihat anak-anak kita rasa kebangsaannya tidak seperti kita dulu. Padahal, informasi yang didapat sekarang ini semakin mudah,” kata Douglas.
Diharapkan, dengan adanya olimpyakids ini, anak bisa belajar secara menyenangkan.
“Dengan adanya wadah ini, kita berharap anak-anak lebih enjoy dalam belajar online. Ini bukan kompetisi, ini menjadi wadah bagi orang tua untuk mendampingi anak belajar online,” jelasnya.
Ketua Umum NU Circle Gatot Prio Utomo mengungkapkan Festival Generasi Emas Indonesia adalah sebuah refleksi atau ruang temu stakeholder di Indonesia.
“Anak-anak hari ini adalah tulang punggung negara kita pada tahun 2045 mendatang. Apakah nanti menjadi bonus demografi atau kah bencana demografi?” jelasnya.
Menurutnya, berdasarkan data-data yang ada, anak-anak Indonesia masih dalam kondisi memprihatinkan. Angka kelaparan (stunting) kita masih 30 persen, angka kematian ibu pasca melahirkan tertinggi di ASEAN.
“PISA (program penilaian pelajar internasional) di Indonesia mengukur kemampuan membaca anak yang rendah. Masih banyak anak-anak kita yang bisa membaca tetapi mayoritas mereka tidak paham apa yang mereka baca.” Katanya.
Gatot menegaskan, kondisi tersebut harus menjadi wake up call kepada kita agar lebih serius lagi memperhatikan Pendidikan anak saat ini.
“Ada dua aspek yang menjadi concern NU Circle yakni Kesehatan dan Pendidikan. Kedua aspek ini sangat fundamental bagi kehidupan berbangsa dan bernegara kita, khususnya saat menyongsong generasi emas Indonesia di tahun 2045 mendatang,” tegasnya. (*)