SOLO, MENARA62.COM – SMA Muhammadiyah 1 Surakarta menyelengggarakan Fokus Grup Discussion (FGD) Komunitas SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, Rabu (29/12/2021).
Hadir dalam kegiatan tersebut adalah pengawas, Muhari, M.Pd., Majelis Dikdasmen Muhammadiyah, Drs. H. Yatimun, Praktisi Hj Enny Rahma Zaenal, SE., MM dan Dr. Najib Ali Gysimar, S.H. M.Hum., mewakili lingkungan sekolah RT dan RW serta perwakilan orang tua dan siswa.
Rangkaian acara meliputi pembukaan, doa, sambutan, pemaparan materi, diskusi dan tanya jawab. Diawali pembukaan dilanjutkan dengan doa oleh Suratman, S.PdI. Kepala SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, Dr. Rahayuningsih, S.Pd.,M.Pd., dalam sambutannya mengucapkan selamat datang kepada seluruh tamu undangan dan mengenalkan bahwa SMA Muhammadiyah 1 Surakarta menjadi sekolah penggerak dari 6 sekolah di Surakarta. Selanjutnya menguraikan program sekolah penggerak.
Drs. H. Yatimun dari Majelis Dikdasmen Kota Surakarta,dalam sambutannya mengatakan bahwa SMA Muhammadiyah 1 Surakarta terpilih sekolah penggerak untuk menjadi yang terbaik. “Melayani masyarakat, berkemajuan, membantu mencerdaskan anak bangsa dengan dukungan dan fasilitas untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila,”jelasnya.
Semenara itu Muhari,M.Pd., selaku pengawas menjelaskan bahwa untuk mewujudkan merdeka belajar dimulai dari guru penggerak, sekolah penggerak yang ditentukan dari kepala sekolahnya. Banyak fasilitas yang akan diberikan pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan sekolah penggerak menjadi sekolah yang lebih maju.
Dalam pemaparan Kepala SMA Muhammadiyah 1 Surakarta membahas tentang konsep pembelajaran paradigma baru yaitu mengedepankan merdeka belajar seperti filosofi Ki Hajar Dewantoro. Peran guru berubah menjadi pendidik yang inspiratif dan bertanggungjawab. Guru yang bisa menginspirasi siswa menjadi teladan siswa di sekolah.
“Siswa harus merasa aman, nyaman, menyenangkan dan insklusif. Sekolah bisa menjadi surga bagi siswa,’jelasnya. Beberapa agenda yang sudah dijalankan yaitu Deklasari Sekolah Ramah Anak dan Deklarasi Anti Perundungan dengan melibatkan 30 agen perubahan untuk menularkan kebiasaan-kebiasaan baik dimanapun mereka berada.
“Bahkan dengan gelar proyek yaitu pameran sekolah penggerak yang meliputi kegiatan kelas X dalam bentuk artikel, puisi, komik dan kartun. Lewat kegiatan ini potensi anak digali dan hasilnya sungguh sangat luar biasa,”imbuhnya.
Dilanjutkan diskusi dengan praktisi dari Hj Eny Rahman Zaenah, SE.,MM. “Untuk menciptakan sekolah yang inklusi perlu dimengerti konsep inklusi, karena semua orang adalah inklusi, berkebutuhan khusus sehingga harus dikelola seluruh siswa untuk dilejitkan. Ada sinergi anak, orang tua dan guru pendamping sebagai kolaborasi dan harmonisasi,”ungkap Eny Rahman.
Praktisi sekaligus dosen Dr. Najib Ali Gisymar, S.H., M.Hum., mengatakan bahwa surga itu bisa dimunculkan di sekolah. Ibarat ingin masuk surga, maka tiket: yang harus di”tebus” adalah dengan sholat wajib, sunnah, puasa, haji, shodaqoh, zakat, tahajjud, witir, dzikir dan lain-lain.
“Hal yang sama bagi SMA Muhammadiyah 1 Surakarta , apabila serius dan yakin bahwa SMA Muhammadiyah 1 Surakarta mampu bersaing dan bertanding dengan hasil prestatif, maka dapat dimulai dari Kelas XI dan XII saat ini dengan sisa waktu yang ada, harus mendapat bimbingan dan pendampingan serius dari guru dan guru juga akan merasakan “surga” siswanya manakala mampu menembus jenjang S-1 lebih dari 65% lulusannya, apapun pilihan universitasnya,”ungkap Najib Ali.
Masukan dari tokoh masyarakat yang diwakili ketua RT dan RW setempat. Dia berpendapat perlu kolaborasi kerjasama dengan warga dan lingkungan untuk mendukung semua usaha yang ada dan yang telah dilakukan.
Masukan dari orang tua siswa, menyambut baik kegiatan tersebut dan mendukung kegiatan yang sudah ada. Masukan dari siswa,Talitha, ingin lebih banyak siswa ikut terlibat dalam kegiatan sekolah. Sementara dari Dimas Tantra Prahesa mengusulkan untuk memaksimalkan lapangan yang ada dan mengusulkan untuk tambahan ektrakurikuler.
Masukan dari guru yang diwakili oleh Siti Nur Jannah, mengusulkan 5 item: 1. Banyak IHT untuk menyamakan pikiran untuk paradigma baru, 2. Kolaborasi seluruh stakeholder, 3. Meningkatan kompetensi praktek pembelajaran yang melibatkan MGMPS, 4. Model membelajaran yang berpihak pada siswa, 5. Dukungan sarpras.
Drs H. Yatimun memberi saran, bahwa untuk jaminan kualitas terkait profil pelajar Pancasila bisa membaca Al quran dengan baik dan benar dengan memuliakan Allah.
Muhari, M.Pd., menyarankan bahwa kebijakan tentang mutu di bukti akreditasi, temasuk pengakuan alumni. “Jangan lengah mutu lulusan. Harus selalu displin, religius, semangat ditingkatkan, bebas perundungan dalam segala bentuk, berprestasi, kreatif, pengembangan bakat, mutu lulusan diakui msyarakat,”ungkap Muhari.
“Pembelajaran harus baik dan menyenangkan. Kemampuan melakukan pengembangan keprofesional berkelanjutan dengan membuat penelitihan yang didesiminasikan,”imbuh Muhari.
Sementara Dr. Najib Najib Ali Gisymar, S.H., M.Hum, menyarankan perlu dibuat kebijakan untuk share ke beberapa grup WA diluar grup, supaya lebih mengenalkan kondisi sekolah kita termasuk dengan memberian reward.
Kepala SMA Muhammadiyah 1 Surakarta, Dr. Rahayuningsih, S.Pd.,M.Pd., mengucapkan terima kasih atas masukan dari berbagai pihak sebagai upaya untuk menciptakan surga di sekolah.