JAKARTA, MENARA62.COM — Film ASEAN-China jadi jembatan budaya. Film Thailand berjudul “How to Make Millions Before Grandma Dies” meraih kesuksesan besar di China daratan pada musim panas tahun ini, dengan pendapatan lebih dari 100 juta yuan (1 yuan = Rp2.220).
Film ini tidak hanya mencetak prestasi box office, tetapi juga menggugah resonansi budaya melalui kisah yang hangat serta elemen khas seperti dialek Chaozhou dan opera lokal, yang menarik perhatian penonton China.
Dalam beberapa tahun terakhir, film-film dari China dan negara-negara ASEAN terus mendapatkan apresiasi luas di pasar masing-masing, membangun saling pengertian yang lebih dalam. Fenomena ini kembali terlihat dalam Pekan Film dan Budaya China-ASEAN 2024 yang baru saja berakhir di Nanning, Guangxi, China. Acara tersebut menampilkan 20 film dari kedua kawasan dan menyoroti peran sinema sebagai penghubung budaya.
Salah satu penonton festival, Tan Jun Jie, seorang mahasiswa Malaysia di Guangxi, mengungkapkan antusiasmenya terhadap film ASEAN. “Saya menonton ‘Abang Adik’ di festival ini, dan saya berharap lebih banyak film Malaysia bisa diputar di bioskop China di masa depan,” ujar Tan, yang telah mengikuti festival selama dua tahun berturut-turut.
Di sisi lain, film-film China seperti “The Wandering Earth” dan “No More Bets” juga mendapatkan sambutan hangat di negara-negara ASEAN. Platform digital seperti iQIYI, Tencent, TrueID, dan Iflix menjadi jembatan yang memperluas akses penonton terhadap film dan serial TV dari kawasan Asia.
“Media digital adalah penghubung yang kuat untuk mempererat hubungan antarnegara di kawasan ini,” kata Kuasa Usaha Kedutaan Besar China di Malaysia, Zheng Xuefang, dalam sebuah seminar di Kuala Lumpur belum lama ini.
Sukses
Kolaborasi film antara China dan negara-negara ASEAN juga mencatat kesuksesan artistik dan komersial. Produksi seperti “Detective Chinatown” dan “Lost in Thailand” memadukan elemen budaya kedua negara, menciptakan karya yang diminati penonton secara luas.
“Karya-karya ini menunjukkan kreativitas integrasi budaya dan peran unik film sebagai jembatan budaya,” kata Direktur Guangxi Film Group Co., Ltd, Wan Xingwei.
Wan menambahkan bahwa kolaborasi di masa depan harus melampaui sekadar impor dan ekspor film, melainkan mencakup produksi bersama, pertukaran talenta, dan kerja sama teknologi. “Tim China unggul dalam narasi dan teknik film, Thailand memiliki keunggulan estetika visual, Vietnam terkenal dengan dokumenter, dan teknik animasi Indonesia memiliki nilai yang patut dikembangkan,” tutupnya.