JAKARTA, MENARA62.COM – Program tersebut meloloskan sutradara asal tanah air, Harvan Agustriansyah, dengan karya berjudul Sugar on the Weaver’s Chair atau ‘Empu’. Film Empu terseleksi meraih AICEF Price for Cross-Cultural Filmmaking dan telah ditampilkan pada Middlebury New Filmmakers Festival di Middlebury, Vermont, Amerika Serikat dari tanggal 25 hingga 29 Agustus 2021.
Presiden AICEF, Wayne Forrest menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Washington, D.C. dan memberikan apresiasi kepada Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Washington, D.C., Popy Rufaidah, yang hadir sekaligus sebagai salah satu Anggota Pengelola AICEF. “Terima kasih juga kepada Konsul Jenderal Republik Indonesia di New York, Dr. Arifi Saiman atas dukungannya,” ucap Wayne, dalam keterangan tertulis, Rabu(1/9/2021).
Film ‘Empu’ berdurasi 60 menit dan mengisahkan kekuatan seorang perempuan tanpa perlu menggeser posisi laki-laki dalam kehidupan sosial. Berangkat dari kisah nyata, film ini mengangkat cerita tiga perempuan dari latar belakang berbeda. Mereka adalah Yati yang diperankan oleh Tiara Arianggi, Sutringah yang diperankan oleh Annisa Hertami, dan Maria yang diperankan oleh Putry Moruk.
“Yati adalah anak seorang pengusaha lurik yang difabel dari Klaten. Sementara Sutringah adalah istri seorang penderes gula yang hidup susah di Banyumas. Lalu Maria adalah seorang pengrajin kain tenun di Kupang,” jelas Harvan. Sebelumnya, Harvan telah mendapatkan penghargaan Film Pendek Terbaik 2017 di 4th Chennai International Short Film Festival, India, Shared Sight International Short Film Festival di Rumania, dan Asia Peace Film Festival 2017 di Islamabad, Pakistan, melalui film pendeknya berjudul Pangreh (The Silent of Mob). Produser MNFF, Lloyd Komesar, juga mengundang Atdikbud Popy untuk bersama-sama mengisi sesi diskusi setelah pemutaran film Indonesia tersebut. Antusiasme para pemerhati film dan para produser tercurahkan pada film tersebut yang mampu menampilkan suatu cerita kisah nyata yang otentik.
“Melalui karyanya, Harvan berhasil memotret perjuangan mereka menanggulangi permasalahan untuk bertahan hidup,” demikian apresiasi Atdikbud Popy.