BANTUL, MENARA62.COM — Pemandangan menarik terlihat di SLB 1 Bantul, Sabtu (14/10/2017). Siswa bersama guru berkumpul di aula sekolah memegang Buku Panduan Pembelajaran Pendidikan Pengurangan Resiko Bencana ( PRB), dengan materi bencana gempa bumi.
Beberapa guru secara bergantian mencoba melakukan proses pembelajaran berdasarkan isi buku kepada para siswa. Mereka melakukan uji coba Panduan pembelajaran Pendidikan PRB yang diinisiasi Forum Penguatan Hak Penyandang Disabilitas (FPHPD). Acara dibuka Kepala SLN Negeri 1 Bantul, Hanafi Effendi, SPd dihadiri perwakilan guru dan siswa SLB di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Menurut Koordinator FPHPD, Dr. Arni Surwanti, Penyandang Disabilitas merupakan salah satu kelompok rentan yang paling beresiko menjadi korban dari suatu peristiwa bencana. Menurut penilaiannya, pada umumnya perhatian pihak-pihak terkait terhadap kondisi dan kebutuhan khusus Penyandang Disabilitas dalam rangka penyelamatan dirinya masih kurang dan belum sesuai.
Pendidikan pengurangan resiko bencana (PRB) kurang dapat diakses penyandang Disabilitas, baik kesempatannya maupun metode pembelajarannya. Banyak ragam disabilitas yang sebenarnya masing-masing memerlukan perhatian terhadap kondisi dan kebutuhan khususnya.
“Dalam penyelenggaraan pendidikan PRB, harus dipastikan Penyandang Disabilitas mendapatkan pendidikan tersebut yang disesuaikan dengan kondisinya agar Penyandang Disabilitas dapat memahami dan mempunyai kemampuan menyelamatkan diri ketika terjadi bencana”, tegasnya di sela-sela kegiatan Uji Coba Panduan Pembelajaran Pendidikan PRB dalam kegiatan Pramuka di SLB Negeri Bantul. “Ada yang mengatakan pendekatan pembelajaran PRB itu sama saja. Pendapat ini tidak betul”, katanya lebih lanjut.
Staf Pengajar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta tersebut mengingatkan bahwa Indonesia termasuk negara yang rawan menghadapi berbagai bencana yang disebabkan alam maupun manusia. Sedangkan jumlah Penyandang Disabilitas sebanyak 10-15% dari total penduduk Indonesia. “Karena itu, semua pemangku kepentingan terutama pemerintah harus memastikan semua Penyandang Disabilitas mendapatkan pendidikan PRB”, katanya.
Lebih lanjut Arni menjelaskan FPHPD yang terdiri dari Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah, CIQAL, dan ILAI terdorong menyusun Buku Panduan Pembelajaran Pendidikan PRB yang diperuntukkan bagi Penyandang Disabilitas yang bersekolah di SLB dan sekolah inklusi. Pendidikan PRB ini didisain diajarkan dalam kegiatan ekstra kurikuler Pramuka. Kegiatan Pramuka dipilih bagi Penyandang Disabilitas karena lebih fleksibel dalam merancang proses pembelajaran dan karakter pendidikan PRB sesuai dengan karakter Pramuka yakni mendorong kemandirian dan memiliki kecakapan hidup. Di samping itu pendidikan PRB memerlukan banyak praktek dan simulasi yang dapat dilakukan dalam kegiatan Pramuka. Terlebih untuk ragam disabilitas tertentu, memerlukan praktek dan simulasi berulang-ulang sampai akhirnya benar-benar dapat memahami dan melakukan.
Sementara Ketua MPM PP Muhammadiyah, Dr M Nurul Yamin, saat memberikan sambutan pengantar mengatakan pentingnya melakukan pendekatan invidual dalam melakukan pendidikan PRB, terlebih pada kelompok Penyandang Disabilitas. “Ada karakteristik individual yang harus diperhatikan”, tegasnya.
Dwi Suka, salah satu penyusun buku panduan, menambahkan bahwa dalam kunci keberhasilan pendidikan PRB bagi Penyandang Disabilitas terletak pada ketersediaan buku panduan dan metode pembelajaran yang dengan kondisi Penyandang Disabilitas sesuai ragam disabilitasnya. “Dalam konteks pendidikan inklusif, memang semua siswa ada dalam satu proses pembelajaran yang sama, tetapi kita harus memperhatikan kondisi dan kebutuhan masing-masing disabilitas”, kata gadis pengguna sepeda motor modifikasi ini.
Ia mencontohkan Penyandang Disabilitas tuli lebih mudah memahami teks dengan kalimat yang pendek dan sederhana. “Saat ini sangat minim buku pendidikan PRB yang ditujukan bagi Penyandang Disabilitas. Buku panduan yang kami susun ini sengaja disusun dengan teks berupa kalimat pendek dan sederhana, disertai gambar agar lebih mudah dipahami”, katanya.
Materi buku ini antara lain meliputi memahami bencana gempa bumi, dampak, dan upaya menyelamat diriSebelum menyusun buku panduan, ia beserta anggota tim penyusun lainnya telah menghimpun masukan dari berbagai pihak terutama Penyandang Disabilitas, keluarga yang mempunyai Penyandang Disabilitas, dan guru.
Menurutnya uji coba yang dilakukan ini untuk mengetahui sejauh mana buku panduan dapat dipahami para siswa sebagai bahan pembelajaran. Nantinya akan dilakukan perbaikan yang diperlukan sesuai masukan dari kegiatan uji coba ini. Selama uji coba juga digunakan untuk bisa menentukan metode yang paling efektif dalam pembelajaran pendidikan PRB bagi Penyandang Disabilitas. Ia berharap nantinya semua SLB dan sekolah inklusi di Indonesia mengajarkan pendidikan PRB dalam kegiatan Pramuka. Dengan demikian semua Penyandang Disabilitas mempunyai kemampuan menyelamatkan diri ketika terjadi bencana.