JAKARTA, MENARA62.COM – Penyakit gagal ginjal kronis menjadi ancaman serius dunia kesehatan di Indonesia. Karena itu, Direktur P2PTM Kementerian Kesehatan, dr Cut Putri Arianie mengingatkan agar masyarakat menerapkan pola hidup sehat sejak dini.
“Perilaku hidup sehat sejak usia muda perlu dilakukan karena gagal ginjal kronis yang berujung pada tindakan cuci darah sebagian besar dipicu oleh penyakit tidak menular,” kata Cut pekan lalu.
Menurutnya ada tiga hal yang menjadi pemicu gagal ginjal kronis. Yakni obesitas, hipertensi atau darah tinggi dan kencing manis atau diabetes melitus. Riset kesehatan dasar tahun 2018 ketiga kasus tersebut terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Obesitas misalnya, hasil Riskesdas tahun 2018 menunjukkan proporsi penduduk Indonesia usia lebih dari 18 tahun yang mengalami obesitas mencapai 21,8 persen. Angka tertinggi diduduki Propinsi Sulawesi Utara mencapai 30,2 persen dan terendah di NTT mencapai 10,3 persen.
“Pada orang dengan obesitas, organ ginjal harus bekerja lebih berat untuk menyaring darah lebih banyak guna memenuhi tuntutan metabolic yang meningkat sesuai berat badan,” kata Cut.
Peningkatan fungsi tersebut dapat mengakibatkan kerusakan ginjal dan meningkatkan risiko terjadinya penyakit ginjal kronis dalam jangka waktu yang lama.
Selain obesitas, lanjut Cut, gagal ginjal kronis juga dipicu oleh tekanan darah tinggi dan diabetes melitus. Prevalensi tekanan darah tinggi di Indonesia mencapai 34,11 persen dan prevalensi diabetes melitus mencapai 2,0 persen.
Diakui Cut, penyakit gagal ginjal kronis tidak menunjukkan gejala yang khas. Akibatnya banyak penderita yang datang ke dokter dalam kondisi sudah terlambat.
Tetapi beberapa gejala umum yang bisa jadi panduan masyarakat untuk mengenali penyakit gagal ginjal kronis adalah perubahan frekuensi busng sir kecil dalam sehari, adanya darah dalam urine, mual, muntah serta bengkak terutama pada kaki dan pergelangan kaki.
Bila menemukan beberapa gejala tersebut, Cut meminta agar warga segera mengontrol gula darah terutama pada penderita diabetes, control darah pada penderita hipertensi dan mengatur pola makan sesuai kondisi ginjal.
Data Institut for Health Metric and Evaluation (IHME), Global Burden Disease 2017, penyakit tidak menular merupakan penyebab kematian terbanyak di dunia. Dari total kematian 53,3 juta maka penyakit ginjal menempati urutan ke-12 setelah TB sebanyak 1,19 juta. Sedang insidens penyakit ginjal kronis terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada 2000 insiden penyakit ginjal kronis sebesar 346.641, tahun 2010 meningkat menjadi 440.750 dan tahun 2017 menjadi 520.207.
Di Indonesia, pada 2017 dari total kematian 1,5 juta, penyakit ginjal kronis menempati urutan ke-13 penyebab kematian yakni 35.217 atau 2 persen dari total kematian.