JAKARTA, MENARA62.COM – Lebih dari separuh kematian di dunia saat ini disebabkan oleh penyakit tidak menular (PTM) atau Non-Communicable Diase (NCD). Global Burden of Diase (NDC) mencatat dari 54,6 juta kematian pada 2016, ternyata 72,3 persen disebabkan PTM. Dan WHO pada tahun 2011 menemukan hampir 80% kematian premature PTM ditemukan di negara-negara berkembang termasuk Indonesia
“Di Indonesia sendiri pada tahun 2016 dari 1,8 juta kematian, 73% diantaranya disebabkan NCD. Kematian akibat penyakit NDC atau PTM tersebut 35% disebabkan oleh penyakit jantung, 21% perinatal and nutritional conditions, 12% cancers, 6% diabetes, 6% injuries dan 15% other NCDs,” ujar dr. Hendy Wijaya ,MD.,M. BioMed, dokter Ahli Bidang Kedokteran Anti Penuaan Universitas Widya Mandala Surabaya dalam webinar Healthy Heart, Happy Life Jum’at (25/9/2020).
Dari data tersebut, kata dr. Hendy, jantung kronis menjadi penyebab kematian tertinggi dibanding kematian yang diakibatkan oleh PTM lainnya.
Menurut dr Hendy, penyebab penyakit jantung kronis ada dua yaitu faktor genetik dan non genetik. Faktor genetik merupakan faktor keturunan, dimana anak dengan orang tua penderita jantung memiliki risiko lebih besar terkena penyakit jantung dibanding mereka yang tidak memiliki riwayat keluarga terkena jantung dengan tingkat risiko 21,6%. Sedang faktor non genetik, merupakan faktor yang berkaitan dengan gaya hidup. Faktor non genetik ini menyumbang risiko hingga 78,4%.
Riset menunjukkan, penyebab tingginya penyakit jantung pada non genetik ialah karena sering mengonsumsi minuman manis buatan, konsumsi lipid (trans –fat seperti margarin, produk bakery), konsumsi sumber protein seperti daging merah segar, kurangnya aktivitas fisik (meningkatkan resiko PJK 2%), dan merokok (meningkatkan PJK sebanyak 60%).
Untuk mengurangi risiko terkena penyakit jantung koroner, lanjut dr Hendy bisa dilakukan dengan beberapa strategi. Dalam kampanye kesehatan, strategi tersebut dikenal dengan cek kesehatan berkala melalui program CERDIK PTM. CERDIK terdiri atas Cek kesehatan secara rutin, Enyahkan asap rokok, Rajin aktivitas fisik (olahraga), Diet seimbang, Istirahat yang cukup dan Kelola stress.
Berhenti merokok dapat menurunkan risiko terkena PJK sebesar 26%, meningkatkan aktivitas fisik (lebih baik dari makanan sehat), menurunkan berat badan (untuk setiap kenaikan 5 cm lingkaran perut= peningkatan resiko kematian PJK sebanyak 17%), dan meningkatkan asupan serat (rekomendasi 24 gram/1000Kkal ). Menurut survei Riskesdas (2018) konsumsi serat di Indonesia masih rendah terbukti sebanyak 95,4% penduduk Indonesia belum memenuhi rokomendasi konsumsi serat.
“Padahal konsumsi serat yang cukup dapat mengurangi 31% risiko PJK. The first wealth is health,” tutup dr. Hendy.