JAKARTA, MENARA62.COM — (26/09/2019), Pengamat Politik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Andriadi Achmad menilai kenekatan Gibran Rakabuming mendaftarkan diri pada penjaringan calon kepala daerah (calon walikota) kota Solo di PDIP semakin menambah daftar panjang indikasi suburnya dinasti politik di Indonesia. Soalnya image positif terhadap keturunan Jokowi selama ini terbebas dari fenomena dinasti politik ternyata mulai memainkan peran dan masuk dalam lingkaran politik praktis.
“Godaan terbebas dari dinasti politik sangat sulit ditengah peluang dan kesempatan terbuka lebar, seperti Gibran Rakabuming mendaftarkan diri ke penjaringan PDIP untuk calon walikota Solo 2020. Padahal selama ini, keluarga Jokowi terbebas dari dinasti politik,” ujar Andriadi Achmad ketika diwawancara awak media
Semestinya Gibran Rakabuming bisa menahan diri sementara waktu tidak berpolitik di ranah praktis. Artinya, Gibran Rakabuming on the track sebagai pengusaha Markobar. Akan tetapi, tidak ada jaminan masa depan politik keturunan Jokowi terus berkibar di masa mendatang. Sebagaimana mitos, momentum dan kesempatan baik belum tentu akan datang untuk kedua kalinya.
“Kalau menunggu selesai masa bakti Jokowi di periode kedua, Gibran Rakabuming merasa membutuhkan waktu cukup lama untuk menunggu. Padahal dalam politik selalu dinamis dan cair, dikenal istilah aji mumpung dan sesuai momentum. Oleh karena itu, bagi Gibran Rakabuming bahwa momentumnya saat ini terjun ke politik praktis,” jalas Alumni Pascasarjana Ilmu Politik FISIP UI ini.
Menurut Direktur Eksekutif Nusantara Institute PolCom SRC ini bahwa Kesuksesan Jokowi melewati jenjang walikota Solo, gubernur DKI Jakarta dan presiden RI, bisa jadi sebagai daya dorong dan menginspirasi Gibran Rakabuming untuk mencalonkan diri sebagai walikota Solo yang tembakan jangka panjangnya mengikuti jejak sang Ayah untuk presiden Indonesia 2024 atau 2029. Oleh karena itu, Gibran memulai langkah politiknya sebagai walikota Solo 2020 dan 2025, kemudian Gubernur Kalimantan Timur (Ibukota Negara) 2022 atau 2027, dan presiden RI 2024 atau 2029.
“Memang benar kata pepatah, air cucuran atap jatuhnya ke pelimbahan juga, artinya pada umumnya sifat anak biasanya mengikuti sifat dan budi pekerti orangtuanya. Layaknya Jokowi memulai karier dari pengusaha kemudian terjun ke politik praktis. Begitu juga Gibran Rakabuming dikenal sebagai pengusaha, lalu terjun ke politik praktis,” ungkap Andriadi Achmad.
Memutus mata rantai politik dinasti memang sangat sulit walaupun kita telah berada di alam demokrasi, dikarenakan terkait dengan trah atau kehormatan keturunan keluarga. Bagaikan di alam kerajaan, seorang raja atau ratu akan mempersiapkan putra mahkota (pangeran atau putri) untuk meneruskan kehormatan kerajaan sebagai Raja atau Ratu. Begitu juga di politik Indonesia, seorang walikota/bupati atau gubernur bahkan presiden mempersiapkan keturunannya mengikuti jejak langkahnya sebagai kehormatan dan martabat keluarga.
“Tak mudah untuk menghilangkan dinasti politik saat ini tengah menggurita, karena terkait dengan mitos mempertahankan trah kehormatan keluarga. Seorang bupati/walikota akan mempersiapkan pengganti dirinya dari trah keluarganya, begitu juga seorang gubernur bahkan seorang presiden sekalipun. Kita pada hakikatnya tengah berada di alam demokrasi ala kerajaan,” demikian tutup Andriadi Achmad mengakhiri wawancara.