SOLO, MENARA62.COM – Gagasan inovatif mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dalam menghadirkan solusi modern pemeriksaan kadar gula darah tanpa tusuk jari berhasil mencuri perhatian dunia. Lewat inovasi bertajuk “GluScan: Innovative Ray Based Non Invasive Blood Sugar Detection With Real Time Visualization on Mobile App”, tim UMS memperkenalkan alat pendeteksi gula darah berbasis sinar infrared yang terintegrasi dengan aplikasi mobile.
Kreasi tersebut mengantarkan Tim GluScan menyabet medali emas pada ajang World Invention Competition and Exhibition (WICE) 2025, yang berlangsung 21–25 September 2025 di Kuala Lumpur, Malaysia. Kompetisi ini digelar Indonesian Young Scientist Association (IYSA) berkolaborasi dengan SEGi University dan diikuti peserta dari lebih 10 negara.
Terdiri dari Syaban Al Musyaffaa Ibnu Ahmad sebagai ketua, bersama empat rekannya yakni Nandifa Azzahra Salsabila, Dita Nur Aulia Anggraini, Muhammad Mukhorroja Adz Dzaka, dan Ammar Miftahudin Anshori, tim ini mengusung inovasi di bidang teknologi kesehatan non-invasif. Dengan memanfaatkan sinar infrared, GluScan dirancang sebagai solusi praktis yang memberikan hasil deteksi real-time langsung ke aplikasi.
Ketua Tim GluScan, Syaban Al Musyaffaa Ibnu Ahmad menyampaikan kompetisi ini sangat berkesan baginya. “Senang sekali, soalnya kami persiapkan ini dari bulan Juli dan itu banyak sekali kendala dan hambatan, pokoknya trouble-nya banyak banget,” ungkap Syaban saat dimintai keterangan pada Jumat, (3/10).
Ia menjelaskan bahwa alat pendeteksi kadar gula darah ini dirancang sebagai solusi pemeriksaan kadar gula darah tanpa menusuk jari dengan jarum.
“Zaman sekarang pengen ngecek gula darah itu banyak sekali yang masih menggunakan metode invasif (tusuk jari). Walaupun ada alat yang sudah tidak menggunakan metode invasif, itu banyak dari mereka yang belum terintegrasi sama aplikasi. Sehingga masih berdiri secara independen,” jelas Syaban.
GluScan ini beroperasi dengan bantuan pancaran sinar infrared dan jari kelingking digunakan sebagai objek. “Nanti setelah dipancarkan (infrared) ke jari, akan dipancarkan kembali ke sensor yang menangkap hasil pancaran. Nanti sensor itu akan mendeteksi kira-kira kadar gula darahnya sekian. Setelahnya sensor langsung kirim ke microcontroller untuk disampaikan ke aplikasi,” ujar Syaban memberikan penjelasan mengenai mekanisme pemakaian GluScan.
Sebelum WICE, Syaban mengaku bersama beberapa anggota tim GluScan telah mengikuti berbagai kompetisi dalam kancah nasional dan internasional. Mereka terbentuk dari sekelompok mahasiswa dengan program studi (prodi) berbeda, namun disatukan oleh tujuan yang sama dalam kompetisi WICE.
Dalam proses pemantapan alat di Malaysia, mereka mengalami tantangan terbesar ketika dihadapkan dengan rusaknya alat solder yang mereka bawa dari Indonesia. Dzaka salah satu anggota tim mengungkap, tantangan dapat teratasi dengan koordinasi dan kolaborasi antar anggota.
“Terus dengan suasana yang emang rame, terus pusing juga. Pokoknya perasaannya campur-campur waktu itu panik. Tapi qadarullah, alhamdulillah, bisa selesai sebelum presentasi dan presentasi berjalan dengan lancar,” ucap Dzaka dengan penuh rasa syukur.
Dosen pembimbing tim, Muhammad Al Fatih Hendrawan, S.T., M.T., , mengapresiasi prestasi tersebut. Ia menegaskan, kemenangan mahasiswa UMS di kancah internasional bukan sekadar capaian kompetisi, melainkan bukti pendampingan kampus dalam membentuk karakter berdaya saing global.
“Universitas mendukung penuh inovasi mahasiswa. Saya berpesan agar mereka terus mengembangkan diri, tidak hanya mengejar prestasi tetapi juga menjadikannya sebagai investasi untuk masa depan,” tutur Fatih.
Ke depan, tim GluScan berencana mengembangkan alat ini lebih lanjut sekaligus mendaftarkan Hak atas Kekayaan Intelektual (HAKI). Prestasi internasional ini menegaskan bahwa ide dan gagasan mahasiswa UMS mampu memberikan solusi nyata bagi tantangan di bidang kesehatan. (*)

