32.5 C
Jakarta

Golkar adalah Pemenang Abadi

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM — (08/10/2019), Pengamat Politik Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jakarta, Andriadi Achmad menilai bahwa kepiawaan elit partai Golkar dalam konstelasi politik Indonesia patut diapresiasi dan diakui. Bahkan sejak era Orde Baru sampai era reformasi Golkar selalu berjaya dan tidak pernah keluar dari posisi tiga besar sebagai parpol papan atas dan senantiasa berada setiap periode dalam pemerintahan.
“Siapapun presidennya, menterinya pasti partai Golkar. Sejak Orde Baru sampai era reformasi partai Golkar selalu mendapat posisi sebagai elit pemerintahan dan legislatif. Era Orba adalah masa keemasan Golkar, akan tetapi di era reformasi sejak pemilu 1999 sampai 2019 selalu masuk parpol papan atas. Golkar selalu berada dalam elit kekuasaan baik di legislatif maupun di eksekutif,” ungkap Andriadi Achmad saat diwawancarai awak media.
Kehebatan manuver politisi partai Golkar harus diakui di tengah perpolitikan Indonesia, dimana pada tahun 1998 ketika meletusnya reformasi. Sebagai partai pemerintah, Golkar dianggap ikut bertanggungjawab dan didesak untuk dibubarkan. Kepiawaan Akbar Tanjung dan elit politisi Golkar, sehingga keberadaan Golkar dapat diselamatkan dari pembubaran dan pada tahun 1998 bermetamorfosis menjadi sebuah partai politik Golongan Karya.
“Kepiawaan Akbar Tanjung dan elit lainnya, tahun 1998 Golkar dapat diselamatkan dari desakan pembubaran dan berubah dari ormas menjadi parpol Golkar sebagai syarat untuk mengikuti pemilu tahun 1999,” Jelas Alumni Pascasarjana Ilmu Politik UI ini.
Direktur Eksekutif Nusantara Institute PolCom SRC (Political Communication Studies and Research Centre) ini menceritakan bagaimana keberadaan kader Golkar selalu ada di dalam pemerintahan sejak Orde Baru sampai era reformasi. Walaupun tidak mendukung Abdurrahman Wahid pada pilpres 1999, Golkar mendapat jatah menteri yaitu Jusuf Kalla, Mahadi Sinambela, Bomer Pasaribu, dan Jaksa Agung Marzuki Darusman. Pada era SBY – JK dalam Kabinet Indonesia Bersatu I (2004-2009), Golkar menempatkan dua kadernya, yaitu Aburizal Bakrie dan Fahmi Idris. Sedangkan, pada kabinet Indonesia Bersatu II, Golkar memiliki empat kader yaitu Agung Laksono, MS Hidayat, serta Fadel Muhammad digantikan Sharif Cicip Sutarjo. Era Jokowi-JK Kabinet Kerja jilid 1, Golkar mendapat posisi menteri yaitu Airlangga Hartarto dan Idrus Marhan, kemudian diganti Agus Gumiwang Kartasasmita serta Kepala BNP2TKI Nusron Wahid. Di era Jokowi-Ma’ruf Kabinet Kerja jilid 2, sejak awal Golkar mendukung Jokowi – Ma’ruf Amien. Tentunya akan mendapatkan jatah menteri minimal di tiga pos kementerian.
“Dalam sejarah perpolitikan Indonesia, Golkar tidak pernah berada diluar pemerintahan sejak era Orde Baru sampai era reformasi. Walaupun pada pilpres Golkar tidak mendukung presiden terpilih. Seperti pilpres pada tahun 1999, Golkar tidak mendukung Gus Dur dan pilpres 2004 Golkar tidak mendukung SBY – JK. Begitu juga di pemilu 2009 diawal mendukung JK – Wiranto, kemudian diputaran kedua mendukung SBY – Boediono. Pilpres 2014 tidak mendukung Jokowi – JK dan baru 2019 sejak awal mendukung Jokowi – Ma’ruf Amin. Akan tetapi, disetiap kabinet Golkar selalu mendapatkan jatah menteri,” ujar Andriadi Achmad.
Di lembaga legislatif, Partai Golkar selalu mendapat posisi pimpinan seperti periode 1999-2004 sebagai Ketua DPR RI (Akbar Tanjung) dan Wakil Ketua MPR RI (Ginanjar Kartasasmita), periode 2004-2009 sebagai Ketua DPR RI (Agung Laksono) dan Wakil Ketua MPR RI (Aksa Mahmud), periode 2009-2014 sebagai Wakil Ketua DPR RI (Priyo Budi Santoso) dan Wakil Ketua MPR RI (Hajriyanto Y. Thohari), Periode 2014 – 2019 sebagai Ketua DPR RI (Setya Novanto, Ade Komarudin, dan Bambang Soesatyo) dan Wakil Ketua MPR RI (Mahyudin), periode 2019-2024 sebagai wakil Ketua DPR RI (Aziz Syamsudin) dan ketua MPR RI (Bambang Soesatyo) serta Ketua DPD RI (La Nyalla Mattalitti).
“Di lembaga legislatif pada setiap periode sejak 1999 – 2004 sampai 2019-2024, partai Golkar senantiasa mendapat posisi pimpinan di DPR RI, MPR RI, bahkan di DPD RI,” demikian tutup Andriadi Achmad.
- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!