30.4 C
Jakarta

Guru Besar UMS Teliti Strategi Efektif Pengurangan Risiko Bencana di Indonesia

Baca Juga:

SOLO,MENARA62.COMIndonesia merupakan negara dengan tingkat risiko bencana yang tinggi. Sejak tahun 1815 hingga Januari 2025, telah tercatat sebanyak 49.300 kejadian bencana alam. Fakta ini mengundang perhatian akademisi, termasuk Prof. Dr. Muzakar Isa, SE., M.Si., dari Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) yang meneliti strategi pengurangan risiko bencana melalui pendekatan manajemen yang lebih efektif.
Dalam kesempatan tersebut, Muzakar Isa berbagi pengalaman panjangnya dalam meneliti dan mengembangkan strategi mitigasi bencana. Hal itu disampaikan dalam Jumpa Pers pengukuhan dua Guru Besar FEB UMS yang dilaksanakan pada hari Senin (24/2/2025) di RM Dapur Solo, Edutorium UMS. Sedangkan acara pengukuhan guru besar ini akan digelar di Auditorium Moh. Djazman Kampus I UMS Selasa (25/2/2025).
Ia mengungkapkan bahwa ketertarikannya terhadap topik ini bermula sejak tahun 2012, ketika ia mendapatkan pendanaan penelitian internasional dari Amerika Serikat dan Australia. Saat itu, Indonesia mengalami berbagai bencana, sehingga muncul kebutuhan mendesak untuk mengkaji pengurangan risiko bencana secara lebih mendalam.
“Tema ini yang akhirnya saya dalami lebih lanjut. Dari penelitian, saya menyadari bahwa meskipun kita telah berpengalaman menghadapi bencana selama lebih dari 100 tahun, risiko bencana di Indonesia masih tetap tinggi. Logikanya, semakin banyak pengalaman, seharusnya risiko semakin menurun. Namun, kenyataannya tidak demikian,” ungkapnya.
Menurutnya, pemerintah, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan telah melakukan berbagai strategi dan program, tetapi masih ada aspek yang belum lengkap. Hal inilah yang menjadi dasar disertasinya, yang kemudian berhasil dipublikasikan di berbagai jurnal internasional bereputasi, dengan total sekitar 12 artikel terindeks Scopus.
Dalam penelitiannya, Muzakar Isa mengkaji bagaimana ketahanan bencana harus disesuaikan dengan kondisi geografis. Berdasarkan hasil risetnya, wilayah pesisir, khususnya di Jawa Tengah, lebih rentan terhadap bencana banjir dibandingkan dengan wilayah non-pesisir. Kajian di pesisir utara menunjukkan bahwa aspek eksposur, kondisi fisik, dan populasi sangat berpengaruh terhadap tingkat kerentanan.
Sementara itu, penelitian di wilayah non-pesisir, seperti Kabupaten Klaten yang dialiri Sungai Bengawan Solo, menunjukkan bahwa pertemuan sungai besar sering menyebabkan banjir parah. Dengan demikian, strategi mitigasi yang diterapkan di pesisir dan non-pesisir harus berbeda.
Selain bencana alam, Guru Besar UMS itu juga meneliti dampak pandemi COVID-19 terhadap dunia usaha. Ia menemukan bahwa usaha kecil lebih tahan dibandingkan usaha mikro dalam menghadapi krisis. Selain itu, unit usaha yang dikelola oleh laki-laki cenderung lebih mampu bertahan dibandingkan yang dikelola oleh perempuan.
“Dalam penelitian kami, usaha makanan dan minuman adalah sektor yang paling terdampak selama pandemi. Dari situ, kami mengembangkan konsep produksi ketahanan terhadap bencana, termasuk bagi pelaku usaha,” jelasnya.
Dalam upaya pengurangan risiko bencana, aspek kelembagaan masih menjadi titik lemah di Indonesia. Ia menyoroti bagaimana kurangnya aturan yang jelas dalam menghadapi bencana sering kali menyebabkan respons yang tidak efektif.
“Kita lihat saja, saat terjadi erupsi Gunung Merapi di Boyolali, banyak orang datang hanya untuk sekadar menonton atau bahkan berswafoto. Fenomena ini menunjukkan lemahnya regulasi dan koordinasi kelembagaan dalam situasi darurat,” tegasnya.
Sebagai solusi, ia menekankan pentingnya memperkuat kelembagaan dalam manajemen bencana, baik dalam perencanaan mitigasi maupun dalam respons terhadap bencana. Dengan sistem kelembagaan yang kuat, diharapkan risiko bencana dapat diminimalisir dan masyarakat dapat lebih siap dalam menghadapi berbagai ancaman.
“Perubahan dan ketidakpastian akan selalu ada. Sebagai akademisi, kita harus terus mengembangkan formulasi ilmiah untuk memproduksi daya tahan dan ketahanan terhadap bencana,” pungkasnya.
Dengan berbagai temuan penelitian yang telah ia lakukan selama satu dekade terakhir, Muzakar Isa berharap kontribusinya dapat membantu Indonesia menjadi negara yang lebih siap dan tangguh dalam menghadapi bencana di masa depan.
Dalam kesempatan Jumpa Pers tersebut Prof. Dr. Jati Waskito, SE., M.Si., Guru Besar Bidang Ilmu Kepemimpinan Organisasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), juga memaparkan pentingnya perilaku organisasi dan manajemen sumber daya manusia dalam meningkatkan efektivitas kerja karyawan. (*)
- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!