JAKARTA, MENARA62.COM– Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menilai guru perlu mengubah metode pengajaran Bahasa Indonesia di kelas. Menurut Kepala Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, Prof Emi Emilia, belajar Bahasa Indonesia tidak dengan dihapal tetapi bagaimana cara menggunakan bahasa itu.
Prof Emi Emilia, dijumpai pada Kongres Bahasa Indonesia XI di Jakarta mengatakan untuk belajar Bahasa Indonesia, murid terlebih dahulu jangan diajari kata kerja atau kerja benda. Tapi bagaimana cara menggunakan Bahasa Indonesia dalam mengekspresikan atau menjelaskan sesuatu. Dalam hal ini, guru memegang peranan penting.
“Perlunya adanya peningkatan pola ajar Bahasa Indonesia yang baik,” kata Prof Emi seperti dikutip dari Antara, Senin (29/10).
Prof. Emi menambahkan saat ini pihaknya melakukan internasionalisasi Bahasa Indonesia dengan mengajarkannya di 27 negara. Setiap tahun, pihaknya mengirim 200 guru Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA).
Tak hanya itu, pihaknya juga merekrut guru lokal yang menguasai Bahasa Indonesia.
“Guru lokal lebih hemat dibandingkan kita mengirimnya dari sini, karena kita gak perlu menyediakan tempat tinggal, visa dan lainnya,” papar dia.
Kongres Bahasa Indonesia XI Tahun 2018 menghadirkan 27 orang pembicara kunci dan undangan, serta 72 pemakalah seleksi yang berasal dari dalam dan luar negeri. Peserta yang akan mengikuti kongres tersebut berjumlah 1.031 orang yang terdiri atas para pemangku kepentingan, seperti pejabat publik, akademisi, budayawan, tokoh pegiat, pakar, guru, praktisi/pemerhati bahasa dan sastra Indonesia serta daerah, serta para tamu undangan.
Ada sembilan subtema yang dikembangkan dari tema besar itu, yaitu pendidikan bahasa dan sastra Indonesia, pengutamaan Bahasa Indonesia di ruang publik, bahasa, sastra, dan teknologi informasi, ragam bahasa dan sastra dalam berbagai ranah kehidupan, pemetaan dan kajian bahasa dan sastra daerah.
Selain itu, pengelolaan bahasa dan sastra daerah, bahasa, sastra, dan kekuatan kultural bangsa Indonesia, bahasa dan sastra untuk strategi dan diplomasi, dan politik dan perencanaan bahasa dan sastra.