Lingkungan sekolah yang bersih, indah dan menarik, diyakini akan memengaruhi proses belajar mengajar di sekolah. Suasana seperti ini tentu saja akan berdampak kepada kesehatan fisik dan jasmani, pun menyenangkan hati dan pikiran. Itulah diantara sebabnya, sehingga setiap tempat, kampus, sekolah diupayakan sebersih dan seindah mungkin. Mulai dari halaman, pintu gerbang, toilet, ruang kelas dan ruang lainnya.
Bahkan untuk menjaga keindahan dan kebersihan, berbagai instansi menyediakan anggaran yang lumayan besar setiap tahunnya. Jika ada lingkungan sekolah yang tidak bersih dan indah, selain karena kurangnya kesadaran manusia di sekitarnya, pun karena terbatasnya anggaran yang tersedia. Anggaran itu diperlukan untuk gaji tenaga kebersihan, peralatan yang baik, bahan-bahan kebersihan seperti sabun dan kain pel, pupuk dan selang air untuk menyiram tanaman, dan sebagainya.
Sebab tidak mungkin manajer atau pimpinan sekolah terjun langsung memelihara kebersihan secara terus menerus. Tetapi, dia melalui kewenangan yang ada padanya, harus memberi perhatian terhadap kebersihan dan keindahan, karena itu harus menjadi tanggung jawabnya.
Namun demikian, pada saat tertentu, seorang manajer perlu sekali waktu atau pada masa tertentu, turun langsung membenahi kebersihan. Minimal untuk memotivasi bawahan dan menunjukkan sikap respek terhadap pentingnya kebersihan.
Ketika saya masih kuliah di UKM Malaysia beberapa tahun lalu, ada hari yang disebut sebagai hari gotong royong. Satu kali saya melihat sendiri, naib canselor (NC) kami atau setingkat rektor, ikut gotong royong membersihkan gedung rektorat. Saya melihat beliau memakai jaket dan helm, bersama stafnya membersihkan lantai.
Hal yang sama, saya rasakan di Fakultas kami di Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin. Di sini, Pak Dekan, turun langsung memimpin gotong royong membersihkan lingkungan fakultas setiap hari Jumat. Padahal di Fakultas ada petugas kebersihan. Beliau tidak hanya main perintah, tapi bahkan pegang parang atau sekopang. Ini tentu saja memberikan contoh yang baik dan memotivasi bawahannya.
Kerja bakti guru di Australia
Setelah libur selama dunia minggu, hari ini anak-anak saya harusnya sudah masuk sekolah. Tapi mereka masih libur di rumah main game. Mengapa mereka belum pergi ke sekolah? Apakah gurunya belum masuk kerja atau ada apa?
Ternyata, di sini sudah menjadi kebiasaan guru di sekolah mereka. Sebelum anak-anak masuk kelas setelah libur panjang, para guru harus masuk duluan. Ini adalah hari kerja. Jadi para guru mesti bekerja di sekolah. Sedangkan seluruh siswanya, masih diliburkan.
Ketika hari ini, para guru harus masuk kerja adalah untuk memersiapkan suasana yang kondusif esok belajar kembali. Paling tidak ada tiga hal yang harus mereka benahi hari ini. Bahan pelajaran untuk esok dan seterusnya. Lingkungan sekolah yang nyaman untuk tempat belajar. Dan yang ketiga, ruangan kelas masing-masing, khususnya bagi wali kelas dan ruang kerja bagi guru lainnya.
Guru harus ikut memastikan itu memenuhi standar mereka. Jadi hari ini, para guru dan karyawan sudah masuk kerja, melakukan kerja bakti di sekolah, tanpa melibatkan siswanya. Tentu di sekolah ada cleaning service atau petugas kebersihan, tetapi para guru pun pada hari ini harus ikut memastikan ruangannya bersih. Bahkan setiap hari, ketika sore hari para guru sudah selesai mengajar, anak-anak sudah pulang, dia harus tetap tinggal sejenak. Memastikan ruangan kelas tetap bersih untuk dipakai belajar esok hari.
Penulis: Haidir Fitra Siagian, Keiraville, Selasa (22/7/2019)