“Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (Q.S. Ibrahim: 1)
Imam Al-Qurthubi dalam al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an, ketika menafsirkan kalimat litukhrija al-nas min al-dzulumat ila al-nur pada rangkaian ayat di atas, menjelaskan bahwa di antara fungsi al-Qur’an adalah mengeluarkan seseorang dari gelapnya kekafiran serta sesatnya kebodohan menuju terangnya cahaya keimanan dan ilmu pengetahuan.
Al-Qurthubi mengilustrasikan kekafiran dan kebodohan dengan kegelapan dan kesesatan. Sedangkan Iman dan ilmu pengetahuan digambarkan sebagai cahaya yang terang benderang.
Sungguh tepat perumpamaan yang digambarkan oleh al-Qurthubi. Orang-orang kafir adalah mereka yang menutup diri dari cahaya kebenaran, sehingga mereka tetap berada dalam kegelapan. Mereka abaikan semua keterangan yang diberikan oleh al-Qur’an. Mereka larut dalam keangkuhan dan kesombongan. Mereka terlelap dalam pelukan nafsu. Mereka tenggelam dalam keyakinan yang menyengsarakan.
Al-Qurthubi juga mengilustrasikan kebodohan dengan kesesatan. Ya, orang-orang yang tidak memiliki ilmu pengetahuan adalah orang-orang yang akan tersesat. Mereka tidak mengetahui arah dan tujuan hidup di dunia ini. Mereka berjalan tanpa arah dan tujuan yang jelas. Mereka melangkah tanpa berpikir. Mereka bertindak tanpa mempertimbangkan resiko yang akan didapatnya. Merekalah orang-orang yang akan tersesat. Jika dibiarkan, maka tidak menutup kemungkinan, mereka pun akan menyesatkan orang lain.
Dalam kondisi seperti inilah, seseorang memerlukan petunjuk (hidayah) yang akan membimbing, menuntun serta mengantarkannya dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang, dari kesesatan menuju kebenaran. Dan petunjuk itu adalah al-Qur’an.
Al-Qur’an menegaskan dirinya sebagai hudan li al-nas, petunjuk bagi umat manusia. Artinya, bahwa al-Qur’an adalah pedoman hidup yang berisi tuntunan serta ajaran yang akan menuntun setiap manusia menuju jalan yang terang benderang. Al-Qur’an akan melepaskan manusia dari kegelapan menuju cahaya, dari kesesatan menuju kebenaran, dari ketidakmenentuan menuju kepastian, dari kesengsaraan menuju kebahagiaan.
Di era modern sekarang ini, ketika seseorang telah mencapai kesuksesan duniawi, tidak jarang ia merasakan kegamangan hidup dan kegersangan jiwa. Hal ini disebabkan karena tidak seimbangnya antara capaian duniawi yang bersifat materi-jasadi dengan capaian ukhrawi yang bersifat spiritual-rohani. Dari sisi materi mereka tidak kekurangan, bahkan berkelimpahan. Sementara dari sisi ruhani mereka kosong, kering kerontang.
Kekosongan ruhani inilah yang pada gilirannya membuat hati mereka galau, batin mereka gelisah, jiwa mereka resah. Mereka pun kemudian mencari alternatif jawaban untuk masalah yang tengah dihadapinya. Di antara mereka ada yang mendatangi orang-orang ‘pintar’ atau sering disebut dengan ‘guru spiritual’, ‘penasehat spiritual’ untuk menanyakan jawaban atas persoalan yang dihadapinya. Ada juga yang mencari jawaban dengan membaca buku-buku motivasi. Bahkan, tidak sedikit yang mengalihkan perhatian atas persoalan yang dihadapinya dengan menghabiskan hari-harinya di tempat-tempat hiburan.
Padahal, jika mereka mau merenung sejenak, maka akan didapati jawaban atas persoalan yang dihadapinya terletak pada ajaran serta tuntunan agama. Dalam hal ini, al-Qur’an menjadi solusi yang tepat atas setiap persoalan yang tengah dihadapi oleh setiap orang.
Al-Qur’an akan menunjukkan jalan keluar atas setiap persoalan yang dihadapi oleh manusia. Al-Qur’an akan menuntun, membimbing dan mengarahkan manusia untuk keluar dari masalah. Al-Qur’an menjadi pelita yang akan menerangi jalan orang-orang yang tengah dirundung masalah, ditimpa kesulitan dan dililit persoalan. Dengan menjadikan al-Qur’an sebagai buku panduan kehidupan, maka ungkapan “habis gelap terbitlah terang” akan benar-benar terwujud.
Ruang Inspirasi, Selasa, 14 Januari 2020.