BOGOR, MENARA62.COM – Yayasan Pusat Pentaheliks Ilmuwan Pertanian Indonesia (PPIPI) bekerjasama dengan DMB Global menggelar kegiatan Forum Group Discussion (FGD) dengan tema “Pembentukan Sikap Positif Masyarakat Indonesia Terhadap Sawit Melalui Sistem Pendidikan yang Berkelanjutan” pada Kamis (02/11/2023). Kegiatan yang mendapat dukungan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit tersebut bertujuan mengkampanyekan berbagai kebaikan industri sawit bagi perekonomian nasional melalui jalur pendidikan.
FGD melibatkan para pemangku kepentingan dari berbagai latar belakang, termasuk ahli dan pakar di bidang industri kelapa sawit, ilmu sosial budaya, lingkungan, kesehatan, pendidikan, psikologi, dan komunikasi. Ini adalah langkah pertama yang berani dan terkoordinasi dalam upaya bersama untuk membangun pemahaman yang lebih baik tentang industri kelapa sawit dan membentuk sikap positif di antara masyarakat Indonesia.
Ketua Umum Yayasan Pusat Pentaheliks Ilmuwan Pertanian Indonesia sekaligus Ketua Pelaksana FGD, Dr. Ir. Paristiyanti Nurwardani, MP mengatakan kelapa sawit menjadi jenis komoditas pertanian yang memiliki daya saing yang tinggi dan telah memberikan kontribusi yang sangat berarti pada perekonomian nasional. Data menunjukkan komoditas sawit telah memberikan kontribusi terhadap APBN senilai Rp600 triliun, menyerap tenaga kerja antara 16 sampai 20 juta orang dan menyumbang penurunan subsidi pemerintah terhadap biodiesel senilai Rp164 triliun.
Komoditas sawit juga bukan sekadar bahan ekspor biasa, tetapi sebuah tulang punggung ekonomi negara ini. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kontribusi dari kelapa sawit pada seluruh rantai distribusi mencapai 6% – 7% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Produksi minyak kelapa sawit menurut data GAPKI tahun 2022 mencapai 51,2 juta ton, yang sebagian besar ditujukan untuk ekspor sebesar 33,9 juta ton. Ada 10 sentra produksi sawit di Indonesia yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan, yaitu Aceh, Sumut, Riau, Sumbar, Jambi, Sumsel, Kalbar, Kalteng, Kaltim dan Kalsel
“Jadi sawit sebenarnya telah menjadi tulang punggung perekonomian nasional Indonesia. Namun banyak Masyarakat yang belum mengetahuinya,” kata Paristiyanti.
Hal tersebut terjadi akibat kampanye negative tentang sawit yang dilakukan oleh negara-negara asing. Beberapa serangan yang dilancarkan negara asing terhadap sawit adalah sawit Indonesia membahayakan lingkungan, sawit menjadi sumber kolesterol, sawit menjadi pemicu diabetes, dan lainnya.
“Kampanye tersebut sudah menyusup ke lembaga pendidikan terutama dengan mengangkat isu bahwa sawit merusak lingkungan. Padahal justeru sawit menyumbang oksigen yang sangat signifikan,” tambah Paristiyanti.
Karena itu, Yayasan Pusat Pentaheliks Ilmuwan Pertanian Indonesia berinisiatif melakukan kampanye juga edukasi terkait fakta baik sawit dengan tujuan membentuk sikap positif masyarakat Indonesia terhadap sawit melalui pendidikan berkelanjutan. “Kami mengajak semua pihak bergotong royong untuk mengedukasi bahwa sawit itu baik, sawit memiliki kontribusi besar bagi perekonomian nasional,” jelas Paristiyanti.
Dalam FGD kali ini, Yayasan Pusat Pentaheliks Imuwan Pertanian Indonesia melibatkan lima stakeholder untuk mengkampanyekan #SawitBaik yakni pemerintah, media, komunitas (pondok pesantren, majelis dasar dan menengah Muhamamdiyah) dan dari kalangan industri. Tujuannya yakni membuat strategi pembentukan sikap positif masyarakat terhadap sawit, menyamakan persepsi bahwa sawit itu benar baik dan membuat tata Kelola Pendidikan berkelanjutan terkait sikap positif masyarakat Indonesia terhadap sawit.
“Jadi kampanye #SawitBaik akan kita mulai dari PAUD, TK, SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi.,” tambah Paristiyanti.
Menurut Paristiyanti, peranan tenaga pendidik sangat penting dalam menanamkan sikap positif terhadap sawit sejak dini. Tenaga pendidik yang dimaksud terdiri dari guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.
Prof. Dr. Bustanul Arifin, selaku Komite Litbang BPDP-KS dan dosen pascasarjana SB-IPB, mengatakan bahwa strategi membangun reputasi sawit Indonesia ada enam yaitu terkait dengan kecermatan dalam keputusan kebijakan di dalam negeri, adanya konsumsi biodiesel sawit Uni Eropa yang cenderung turun apabila jika gugatan Indonesia ke Uni Eropa tidak dikabulkan dalam sidang WTO.
Strategi lainnya adalah pencarian pasar CPO baru di Asia Timur, Asia Tengah dan lain-lain, pendampingan dan pemberdayaan petani untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit, promosi kelapa sawit sebagai investasi masa depan, benchmark untuk membangundiplomasi “sawit baik” melalui benchmark kepada Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE CEPA).
“Kita harus menjaga ketahanan Industri sawit dengan melakukan berbagai program yang dapat memberikan sikap positip terhadap masayarakat melalui Pendidikan. Jika hal ini tidak terlaksana dan membiarkan serbuan kampanye negatif dibiarkan, maka bukan tidak mungkin ekonomi Indonesia diambang kehancuran,” ujarnya.
Karena itu ia mengajak segenap elemen bangsa turut serta menyukseskan pembentukan sikap positif masyarakat Indonesia terhadap industri kelapa sawit melalui sistem pendidikan yang berkelanjutan.
Pada kesempatan yang sama, Dr. Benny Bernardus MM., Psy, Direktur Utama PT Daya Mitra Bersama Global (DMB Global) dan seorang ahli psikologi, menjelaskan bahwa proses pembentukan sikap positif masyarakat membutuhkan tiga kondisi utama. Pertama, pada kondisi di mana pembentukan sikap dimulai sejak usia dini, ketika pikiran masih terbuka dan belum terpengaruh oleh kampanye negatif tentang kelapa sawit. Kedua, pada kondisi di mana seseorang sudah memiliki informasi negatif tentang kelapa sawit, dan perlu mengalami proses perubahan sikap. Ke tiga pembentukan sikap positif harus dengan pendekatan holistic sehingga melibatkan berbagai ahli yang terkait.