Jakarta, Menara62.com – Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan, pemangkasan jumlah BUMN harus segera dilakukan agar perusahaan milik negara dapat menjalankan tugasnya sebagai korporasi dan lokomotif kesejahteraan masyarakat.
Erick bilang, pihaknya menerapkan 5 langkah dalam merampingkan 143 BUMN menjadi 40 BUMN, dari 27 klaster menjadi 12 klaster.
“Pertama, memetakan, mana BUMN yang bisnis, mana yang 50:50, mana yang kesejahteraan,” ujar Erick dalam acara Halal Bihalal KAHMI yang diselenggarakan secara virtual, Senin (14/6/2021).
Langkah kedua, BUMN harus membangun ekosistem baik dengan swasta, daerah, UMKM atau masyarakat. Ketiga, digitalisasi dan perubahan ekonomi digital, percepatan teknologi dan inovasi harus menjadi fondasi perusahaan.
“Apakah hilirisasi pertambangan, yang namanya nikel jadi baterai listrik atau hilirasasi ekonomi digital. Kita baru bicara e-commerce. E-commerce saja babak belur. Ketika UMKM menciptakan produk seharga Rp 200 ribu, tiba-tiba produk asing masuk dengan harga Rp 20 ribu, jd dumping. Ini realita,” ujar Erick Thohir.
Langkah ke-empat, BUMN harus memiliki business process yang baik dan projektif. Pihaknya akan memastikan seluruh BUMN memiliki bisnis yang visible.
“Lalu terakhir, bagaimana human capitalnya (sumber daya manusia). Kita maunya melahirkan leader terbaik di bisnis, oleh karenanya kita harus dorong human capitalnya,” tandas Erick Thohir.
Menteri BUMN Erick Thohir beberkan alasan merampingkan jumlah BUMN dari 143 perusahaan menjadi 40 perusahaan saja.
Menurutnya, BUMN harus dapat menjalankan tugas sebagai lokomotif pembangunan dan penyeimbang ekonomi sekaligus sebagai korporasi.
“BUMN, tadi di sampaikan, sangat berat, tidak beda dengan swasta, 90 persen terdampak Covid-19. Kalau kita lihat labanya menurun, tapi saya rasa itu jadi bagian yanh tepat, saat ini BUMN ini sudah saatnya kita rapikan,” ujar Erick dalam Halal Bihalal KAHMI, Senin (14/6/2021).
Erick melanjutkan, 40 BUMN yang dirampingkan akan dikategorikan menjadi 12 klaster. Klaster-klaster ini diharapkan bisa memiliki kinerja yang maksimal namun tidak melupakan kewajibannya untuk mensejahterakan rakyat.
“Seperti klaster Himbara dan telekomunikasi kita yang pasarnya bebas, bersaing dengan swasta dan asing tapi masih menang. Di Himbara ada 3 bank yang masuk fortune, jadi perusahaan besar, Mandiri, BRI, BNI. Di klaster telekomunikasi, sekarang eranya meger, tapi Telkom, Telkomsel masih besar,” ujar Erick.
Kinerja BUMN, lanjutnya, harus semakin meningkat, meskipun tidak mudah. Tapi pandemi Covid-19 dan digitalisasi bergerak semakin cepat sehingga BUMN harus ikut gerak cepat agar tidak tertinggal.
“Karena itu, sejak awal kami memberanikan diri bahwa BUMN nggak usah banyak-banyak, buat apa punya 143 BUMN, toh devidennya cuma dari 10 BUMN. Kalau jumlahnya banyak yang nggak sehat nggak ada hasilnya. Akhirnya cuma jd sapi perah,” tutur Erick Thohir.