JAKARTA, MENARA62.COM – Peran seorang ibu dalam pendidikan anak sangatlah penting. Ibu bahkan disebut sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak. Karena itu, penguatan peran ibu menjadi sangat penting untuk memastikan generasi Indonesia yang unggul.
Hal tersebut disampaikan Plt Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi Kemendikbudristek Nizam pada Peringatan Hari Ibu ke-93 bertema Perempuan Berdaya Indonesia Maju yang digelar DWP Sub Unit Ditjen Diktiristek secara hybrid, Kamis (23/12/2021).
“Tokoh pendidikan Ki Hadjar Dewantoro mengatakan pendidikan itu bermula dari keluarga dan di keluarga tentu saja ibu yang memegang peranan utama,” kata Nizam.
Tentu di luar keluarga, ada sekolah dan masyarakat yang menjadi sentra pendidikan seorang anak. Tetapi dari ketiga sentra pendidikan tersebut, orang sering lupa bahwa keluarga justeru nomor satu yang dapat membentuk diri seorang anak.
Diakui Nizam, di tengah munculnya berbagai tantangan pendidikan dalam keluarga, pencapaian Indonesia sebenarnya sudah cukup bagus, sangat jauh dibanding negara-negara lain. Ibu memerankan tugasnya sebagai pendidik anak dengan baik.
Menurut Nizam, era digitalisasi memaksa ibu harus bisa beradaptasi dengan teknologi. Sebab seorang ibu harus mampu mendampingi anak-anaknya dalam akses informasi. “Ini jadi PR kita bersama bagaimana orangtua terutama ibu dapat beradaptasi dengan teknologi,” lanjutnya.
Nizam mengingatkan bahwa saat ini dunia sedang berubah. Interaksi manusia, antara yang daring dan luring menyatu. “Dalam kondisi seperti itu tentu penting bagi kita yang mungkin bukan lahir dari generasi digital untuk mendampingi anak yang lahir di dunia digital. Ini termasuk pendidikan,” jelas Nizam.
Pada kesempatan yang sama, Ketua DWP Diktiristek, Sarwasti Nizam mengatakan peringatan Hari Ibu tidak sekadar untuk para ibu, tetapi juga untuk semua perempuan Indonesia. Karena sejatinya semua perempuan Indonesia memiliki peran yang sama penting dalam membangun bangsa dan negara.
Ia menyebut Indonesia memiliki banyak perempuan hebat dari masa ke masa. Pada zaman penjajahan misalnya, ada Tjut Nyak Dien yang berjuang melawan penjajah Jepang, ada RA Kartini dengan perjuangan emansipasi perempuan. Dan puncaknya adalah ketika perempuan dari berbagai penjuru tanah air menggelar Kongres Wanita pertama di Yogyakarta yang membahas peran perempuan pada bidang ekonomi, politik dan pemerintahan.
Sarwasti sepakat bahwa peran perempuan pada era sekarang harus terus dikuatkan dan ditingkatkan agar menjadi perempuan yang cerdas berilmu, berbudi pekerti luhur, mandiri secara ekonpmi, bermanfaat secara sosial dan kemasyarakatan. Itu semua membutuhkan dukungan keluarga, masyarakat dan pemerintah,
Sementara itu, Penasihat Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemendikbudristek, Franka Makarim melalui video sambutannya mengingatkan bahwa keluarga memiliki peran penting dalam mewujudkan profil Pelajar Pancasila.
“Tanpa pendidikan yang baik di dalam keluarga, akan sulit menanamkan nilai-nilai Pelajar Pancasila pada anak-anak kita,” tutur Franka.
Profil Pelajar Pancasila terdiri atas enam nilai, yakni Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia, Berkebhinekaan Global, Gotong Royong, Mandiri, Bernalar Kritis, dan Kreatif.