YOGYAKARTA, MENARA62.COM — Bangsa Indonesia pada Kamis (1/6/2017) memperingati hari lahirnya Pancasila. Muhammadiyah memiliki pandangan bahwa Pancasila atau Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah. Keputusan tersebut berdasarkan hasil Muktamar Muhammadiyah ke 47 di Makassar.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah menyatakan bagi Muhammadiyah Pancasila dan Negara Pancasila sebagai darul ahdi yaitu hasil konsensus nasional yang tidak boleh dipudarkan kembali tautan sejarahnya.
“Bung Karno mengatakan Pancasila adalah wadah kita sebagai masyarakat untuk berkonsensus secara gentel,” tegas Haedar, ketika ditemui pada Rabu (31/5/2017) di Kantor PP Muhammadiyah Yogyakarta, seperti dilansir situs Muhammadiyah.or.id
Pemikiran tentang Negara Pancasila itu dimaksudkan untuk menjadi rujukan dan orientasi pemikiran serta tindakan bagi seluruh anggota Muhammadiyah dalam berkehidupan berbangsa dan bernegara secara kontekstual berdasarkan pandangan Islam Berkemajuan yang selama ini menjadi perspektif ke-Islaman Muhammadiyah.
Agar nilai-nilai berbangsa dan bernegara yang berbasis pada Pancasila tidak pudar, maka bagi Haedar diperlukan penghayatan kembali bagi para elit dan juga tokoh bangsa dalam membangun bangsa ini dengan kerjasama. “Untuk mewujudkannya diperlukan duduk bersama, duduk dengan suasana yang tenang, jernih, dan saling percaya,” ucap Haedar.
Haedar menilai, dalam tuntutan kebangsaan saat ini ada kehilangan rasa saling percaya, sehingga menimbulkan perpecahan dan gampang berseteru. Hari lahirnya Pancasila yang kali ini bertepatan dengan momentum Ramadhan, Haedar berharap akan mampu mengajak seluruh lapisan bangsa untuk jernih hati, dan jernih berfikir.
Kembali disampaikan Haedar, dalam memaknai lahirnya Pancasila kita harus membayangkan dan menyatukan pandangan bahwa, subtansi dari isi Pancasila yaitu ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial merupakan nilai-nilai dasar yang harus kita aktualisasikan dalam kehidupan, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Karena itu, ketika kita memperingati hari lahirnya Pancasila sebagai sebuah sejarah maka jangan berhenti hanya pada ritual formal, tetapi pada hakekat yang mendalam yakni menyerap nilai-nilai tersebut untuk mewujudkannya dalam kehidupan keseharian.
“Warga bangsa, dan elit bangsa, harus betul-betul berpancasila lahir dan bathin, bukan hanya verbal, retorika, maupun lisan,” tegas Haedar.